1

1.7K 190 5
                                    

Normal pov.

Hari minggu ini tak seperti biasanya gereja itu tampak sepi hanya dengan menghitung jari jemaat hari itu berada di dalam. Minggu ini kebanyakan orang tampaknya sedang berlibur menikmati akhir pekan mereka setelah korea melepaskan masa lock down akibat pandemi. Semua orang satu - persatu pergi meninggalkan gereja namun tampak seorang gadis berambut coklat yang masih duduk di bangku itu masih dia mengepal erat kedua tangannya dengan mata tertutup.

"Mungkin aku terlahir seperti ini, apakah aku sakit? Aku rasa aku tidak sakit, karena aku menyukainya. Tapi terima kasih atas semua anugrah yang telah Kau berikan, aku tidak akan mengeluh lagi karena ini adalah pilihanku. Terimakasih dan tolong tetap jaga aku, Amin" Dia berdoa dengan segenap raganya. Setelah selesai dia segera bergegas untuk meninggalkan gereja. Hari itu dia punya jadwal lain yang harus dia datangi. Tanpa dia sadari seseorang yang memakai masker yang berada di bangku samping sejak tadi mendengar semua doa yang dia ucapkan.

Melihat gadis itu telah keluar dari pintu, seseorang itu akan berlari untuk mengejarnya namun gadis itu telah pergi dengan cepat.

"Aku tidak ingin mencampuri apa masalahnya, tapi itu cukup membuatku penasaran. Maaf lisa, aku tidak menyapamu tadi" Ujarnya pelan. Dia segera kembali memakai maskernya dan keluar dari gereja.

Lisa hari ini menonton pertandingan tenis dengan beberapa temannya. Sekelompok perempuan dan laki-laki tiba di studium itu. Meski sepi tapi masih ada beberapa penonton yang melihat.

"Sepertinya hari ini tim pilihanku yang akan menang, ayo bertaruh lagi" Kata ryujin memulai.

"Aku tidak ikut hari ini. Aku sudah berhutang banyak pada junhoe" Ten berkata.

"Payah. Kalau begitu ayo siapa yang akan bertaruh lagi, lis ayo lagi?" Kata ryujin yang tengah melihat lisa menonton sambil memakan ice creamnya.

"Ani, aku juga tidak ikut kali ini." Jawab lisa tanpa melihat ryujin.

"Aisshh kenapa kalian semua tampak berbeda hari ini! Jangan bilang karena kalian kalah terus-" Ucapan ryujin terpotong saat ponsel lisa berdering keras.

"Yaah! Kenapa volume nada deringmu terlalu keras." Kata ryujin kesal.

"Halo? Apa unnie, aku sedang menonton seperti biasa. Uh apa? Kau akan kemari? Aku hanya bercanda soal janji itu, tapi baiklah tidak jika kau ingin kemari." Lisa segera mematikan telfonnya setelah selesai bicara.

"Jennie?" Tanya tyuzu tiba - tiba.

Lisa hanya mengangguk dengan pandangan masih fokus ke lapangan.

"Dia sudah kembali ke korea, Ku dengar dia akan mengadakan pesta untuk perayaan ulang tahun Lia unnie" Ryujin yang mendengar tyuzu bicara langsung menimpalinya.

"Kita pasti di undang, Tidak mungkin Jennie mengabaikan kita. Kita adalah teman lisa dan lisa adalah temannya dekatnya, iya kan lis?" Ujar ryujin pada lisa.

"Cirlce kita berbeda dengannya. Jangan terlalu berharap kita bisa dekat dengan cirle mereka. Kita hanya anak kelas rendahan yang masih bekerja sementara dia ibarat putri yang hanya tinggal menikmati hasilnya. Aku sedikit merasa dia terlalu sombong, tapi Lisa sangat beruntung bisa satu circle dengan mereka." Mereka menoleh pada jihwan begitu dia mengatakan semua itu.

"Jennie unnie tidak seperti itu. Kau tidak boleh mengatakan karena kau tidak tahu banyak tentang dia. Dia adalah wanita karir yang hebat yang semua orang bahkan ingin menjadi dia." Ucap Lisa dan menghabiskan sisa ice creamnya.

"Aduh! Yaah! Kenapa kau memukul kepalaku?!" Teriak jihwan saat ryujin menjitak kepalanya.

"Itu balasan karena kau mengatakan jennie unnie sombong. Lisa kita akan marah karena dia adalah temannya." Mereka terkekeh saat ryujin dan jihwan sedikit berdebat.
Itu adalah rutinitas mereka jika hari libur tiba. lisa kembali fokus pada dunia nya yang sedang tonton. Lisa menyukai olahraga tenis sejak kecil dia ingin menjadi pemainnya tapi tentu saja itu tidak mungkin karena berbagai masalah kebutuhan hidupnya yang membuatnya harus pindah cita - cita.

Ms. HomophobicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang