3

959 139 16
                                    

JENNIE POV.


Aku terbangun sepanjang malam beberapa hari yang lalu. Semua masih karena Lisa.
Aku masih tidak mengerti tentang jalan pikirannya yang tertarik pada wanita. Maksudku dia seperti gadis pada umumnya yang manis masih kekanak-kanakan, tapi memang disisi lain selama ini aku merasa ada yang tersembunyi dari satu sisi lain hidupnya yang tidak kami ketahui. Aku berputar berbagai pertanyaan dalam otakku tentang dia. Lia bahkan sudah tahu dan dia tetap diam selama ini padaku, apakah Lisa juga sudah tahu tentang ini? Aku menghela nafas dan bangun dari tempat tidurku untuk cuci muka dan sarapan pagi.

Kemarin kami pergi ke luar negeri sesuai dengan keinginan ning-ning karena ini adalah hadiah ulang tahunnya. Aku membawa gadis-gadis pergi bersama setidaknya seminggu kami akan berada disini.
Aku duduk mengesap kopi cappucino ku seraya mendengarkan mereka tengah bernyanyi. Lisa, rose dan ningning menjadi satu group yang selalu mereka katakan ingin menjadi musik di antara kita. Rose dan ningning memainkan musik dengan bagus lalu di iringi vocal lisa yang unik dan terdengar lembut di telingaku. Itu perpaduan yang cocok dengan jenis musik mereka.

"Cokelat manis dan pahit
Rasa akhirnya selalu sama
Seperti film paling menyedihkan
Hanya air mata di sekitar mataku"

"Aku tahu
Lagu cinta yang manis
Kata-kata umpatan
Jika kau berbalik
Seseorang jadi orang lain
Maaf, aku anti-romantis
Aku ingin kabur saja
Hatiku sudah mengejarmu
Terbakar dengan bara api kecil
Maaf aku anti-romantis
Aku tidak percaya lagi, romantis ini
Membakar seluruh hatiku
Aku khawatir hanya abu hitam yang tersisa"

Suara manis itu kini memenuhi telingaku. Lisa bernyanyi dengan baik itu adalah bakat terpendam dia lainnya. Aku selalu bangga dengan bakat yang dia punya, dia banyak mempunyai kemampuan yang tidak kami ketahui dan aku selalu iri sekaligus senang dengan bakatnya, seperti aku ingin menjadi dia namun semua itu di patahkan saat tahu bahwa dia juga punya berbakat mempunyai sifat menyukai sesama perempuan.

"Huaaa ini sangat enak" aku menghela nafas dan menoleh di sebelah Rose. Dia minum jus. Selesai berlatih dia langsung berlari ke arahku dan minuman itu. Dia berkata pada itu adalah jus tadi pagi subuh dia buatkan untuk kami.

"Villa ini sangat bagus!!!" Teriak Jisoo dengan khasnya.

"Bisakah kita tinggal sini saja ?" Ungkap jisoo.

Sudah satu hari kami pindah ke sini dan ini sudah seperti di rumah idamanku sendiri. Aku merasa senang untuk mereka, mereka menyukai tempat ini. sangat menyenangkan untuk hang out kami. Aku berharap perjalanan kami bisa bertahan lebih lama.

"Kita akan memiliki kamar masing-masing tapi tidak akan aku ijinkan untuk dalgom" kata Lia seraya terkekeh.

"Yaah! Kau tidak boleh begitu!" Jisoo mengerutkan kening dan menyilangkan tangannya menatap Lia. Aku terkikik senyum sementara Rose mengabaikan mereka dan tetap menghabiskan jus buatanya. Dia terlalu asyik dengan jus itu yang dia buat sendiri untuk kedua kali dalam hidupnya. Senyumku menghilang begitu Lisa tiba-tiba masuk. Aku tidak tau bisa mengubah humorku tiba-tiba tapi melihatnya sekarang ini terasa aneh bagiku, Dia menepuk tangannya di bahu Jisoo untuk mengagetkannya dan itu berhasil.

"Kau jalang kecil!" teriak Jisoo sebelum terjadi saling mengejar Lisa di seluruh isi rumah. Keheningan kini dipenuhi dengan tawa Lisa dan langkah kaki Jisoo di telinga kami, Bahkan jika mereka memiliki perbedaan usia sangat jauh mereka  tapi mereka akan seperti anak usia seumuran.
Kami menyebutnya virus bahagia diantara kami karena mereka bisa mengatur suasana hati.

"Rosieku, bisakah kau melihat sebentar kue yang sedang aku buat di dapur ? Aku perlu berbicara dengan Jennie unnie sebentar" kata Lia sebelum menatapku. Sebagian diriku seharusnya tidak peduli lagi tentang dia karena itu cara hidup dan mencintai entah bagaimana pun, tapi aku merasa aku bisa mengubah pola pikirannya. ini sangat salah. Saat Lia memberi tahu Rose bahwa dia perlu berbicara denganku, aku tahu itu tentang Lisa. Karena tidak ada masalah di antara kami kecuali dia ingin bicara tengang Ibu. Aku melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada yang mendengarkan kami. Aku berjalan pelan ke ruang tamu dan membalikkan tubuhku melihat Lia. Dia sudah menatapku. Dia tidak bisa marah padaku karena tidak menerima Lisa karena dia tahu bahwa aku tidak begitu menghargai tentang LGBT.

Ms. HomophobicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang