1. Senin nan Sial

28 2 0
                                    


Sangat disayangkan, pagi kali ini, beberapa orang jadi mengawali Senin mereka dengan disenggol remaja SMA yang tengah tergesa-gesa di sepanjang trotoar sebab layar gawainya telah menunjukkan pukul tujuh lewat dua puluh menit, yang di mana menyatakan bahwa gerbang sekolah telah ditutup dan upacara tengah berlangsung.

Namanya Nalendra Abyanka, dasarnya memang bocah rajin hadir kelewatan—tapi jarang masuk ruang konseling sebab pandai meloloskan diri—tapi hari Senin adalah pengecualian baginya.

Persentase lolos dari guru dan anggota kesiswaan nyusruk karena adanya upacara bendera, pagar di samping sekolah yang biasanya dapat ia panjat jika telat pada hari-bukan-Senin tak memungkinkan aman dilalui. Karena, walau tidak begitu terpampang jelas dari lapangan tempat upacara, tapi bagi beberapa orang yang berdiri di bagian ujung barat lapangan akan mudah menyadari jika ada manusia yang tengah bersusah-payah memanjat pagar.

Sebenarnya, ia bisa saja menunggu di depan gerbang sekolah hingga upacara selesai dan pagar akan dibukakan. Tapi nyatanya, tak ada yang percuma di dunia ini. Konsekuensinya dapat hukuman beragam, biasanya hukuman telat pada hari Senin di sekolahnya adalah disuruh hormat di bawah tiang bendera sampai jam pelajaran kedua selesai.

Tapi dengan opsi nekat ini, dengan jadi ninja dan mencari jalan tikus, setidaknya jika beruntung, ia bisa lolos dari hukuman. Walau jika ketahuan akan berakhir kena hukum plus marah juga.

Nalendra berlari melewati samping sekolahnya, tujuannya adalah pagar ketiga di sekolahnya yang terletak di belakang gedung. Pagar itu telah ditutup permanen sejak lama, tak pernah dibuka hingga terlihat usang serta berkarat, di kelilingi rumput ilalang dan tumbuhan merambat.

"Anjer... astaga..."

Remaja itu melambatkan langkah kala telah tiba di depan tujuan, berjalan lemas lalu menumpu tangan di tembok samping pagar sembari terengah-engah, diam sebentar seraya merasakan sekujur tubuhnya memanas dan keringat semakin meluncur membasahi tubuh dan wajahnya.

Setelah tiga puluh detik beristirahat sejenak, putra sulung dari dua bersaudara itu mulai menaiki pagar yang terasa sedikit lebih sulit dipanjat dibandingkan pagar lainnya karena banyaknya tumbuhan yang melilit. Sepatunya kadang tersangkut dan ia mendecak kesal.

Hari Senin sendiri saja sebenarnya sudah menjadi kesialan bagi sosok Nalendra, ditambah dengan kendaraan sang ayah yang tiba-tiba mogok hingga ia harus menyusuri jalan dengan berlarian dan sekarang dihiasi drama ribetnya memanjat pagar terbengkalai membuat hatinya mengumpat ria.

Tapi ternyata puncak kesialannya belumlah terlewati. Nasib ampas dialaminya lagi saat ia hendak terjun: Nalendra baru menyadari ada figur lain di sisi dalam pagar, tengah bersandar di tembok gedung seraya menatapnya dengan datar. Nalendra yang terkejut dengan posisi telah siap untuk melompat jadi oleng, lantas jatuh dengan tidak keren; walau setidaknya ia masih mendarat dengan kaki yang tak seimbang, namun berkat tarikan gravitasi pada akhirnya pemuda itu tetap terjerembap di antara rumput ilalang.

"Akh, sialan," ringisnya, masih terbaring sembari meremat lengan kanan atas yang tadi lebih dulu menghantam tanah.

Suara derap sepatu terdengar mendekat, tak lama Nalendra merasakan cahaya mentari terhalang menuju wajahnya. Lelaki kausa terjatuhnya ia mengulurkan tangan, menawari bantuan untuk bangkit.

Ogah meraih telapak itu sebab jengkel dan tentunya malu, remaja buruk nasib itu tak mengindahkan niat baik murid yang ia tak ketahui namanya itu. Ia bangkit dengan dirinya sendiri, masih meringisi bahunya yang nyeri.

Dan kala mengangkat wajah, Nalendra dapat melihat sosok yang menjadi salah satu sumber sialnya pagi ini. Fitur wajah tegas dan rambut coklat yang familiar bagi telaganya membuat otaknya berputar untuk mengingat nama lelaki yang ternyata merupakan sosok yang sering dibicarakan para gadis di depan mejanya.

Tak sadar menatap terlalu lama hingga membuat yang ditatap menyerngit heran, Nalendra memalingkan wajah, maniknya tak sengaja menangkap ukiran nama di seragam bagian dada pemuda good looking di hadapannya.

Ohh, iya... Si Aji bocah baru itu. Ajishaka Mandala.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Favorite CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang