.
Hujan begitu lebat di kota seoul. Lelaki dengan Cardigan warna cokelat nya berjalan gontai menerjang hujan lebat untuk kembali ke apartemen kecil ah mungkin bukan kecil lagi. Hanya ada satu kamar, dapur, dan satu kamar mandi. Itu pun sudah di syukuri nya.
"Kau akan kembali kepadaku? Bisakah kita bersama lagi? Sebenarnya kau di mana?" gumam lelaki tersebut
Sudah 4 tahun berlalu
Sekarang hanya kenangan bersama yang mungkin di kenang.
Dia pergi
Bukan dalam arti pergi untuk selama lamanya.
Dan tak terasa jika lelaki tersebut telah sampai di depan apartemen nya dengan keadaan basah kuyup setelah menerjang hujan. Tidak membawa payung saat bekerja tadi.
Dirinya hanya lulusan SMA. Dan bekerja hanya sebagai barista sementara di cafe
'Ceklek
30 mnt kemudian
Baru saja lelaki tersebut ingin merebahkan badan nya di kasur empuknya tiba tiba sebuah panggilan telpon membuatnya harus kembali duduk di kursi dekat rak buku nya.
"Yeobseo?"
"Haish! Yak jeon wonwoo. Kau tak ingin pulang ke changwon huh?! Kau tak rindu pada adik mu dan eomma?"
"Wae eomma?"
"Wae wae wae, cepatlah pulang anak manis ku"
"Ye?! Aku di sini masih banyak pekerjaan tolong mengertilah eommaaaaa waeeeee"
Pemuda yang di panggil jeon wonwoo merengek. Bukan masalah banyak pekerjaan atau apa, tapi gaji nya belum keluar jika ingin ke changwon ia tak punya uang
Sedangkan di seberang sana terdengar bunyi grusuk grusuk karena telpon nya di pindah pindahkan
"Hyung!! Bogosipeo.."
"Menjijikan"
"Kau tak merindukan ku hyung?"
"Ani"
"Hyung.. Pulnglah"
"T-"
"Kenapa? Kau masih memikirkan kim mingyu?"
'"Bohyuk-ah, jangan sebut nama itu lagi. Aku mohon.."
"Makanya.. Pulang ya..! Ya ya ya?"
"Baiklah kalau kau MEMAKSAKU"
Tuuut..
Wonwoo menghela nafas nya lalu beranjak dari duduk nya untuk membereskan buku nya..
Ting tong...
"Siapa lagi malam malam begini?, sudh jam 11 malam"
Dengan terpaksa wonwoo melangkahkan kaki nya untuk membukakan pintu
"Nugu-"
Wonwoo terpaku melihat orang di depan nya. Sedangkan orang yang di tatap wonwoo hanya menyunggingkan senyum tipis lalu tangan nya terulur untuk memegang tangan wonwoo. Namun wonwoo mundur dan menabrak tembok yang ada pakunya saking panik nya.
Sedangkan orang tersebut langsung panik karena melihat ada darah di dinding yang kebetulan berwarna putih.
"Chagia! Gwenchana?!"
Wonwoo sudah terperosot jatuh terduduk dengan airmata yang mulai mengalir dari pelupuk mata nya.
"M-mingyu ya.."
"Ne?! Aku... Aku mohon.. Bertahanlah sayang" tangan kanan nya di genggam erat oleh wonwoo. Sedangakn tangan kiri nya untuk mengirimkan pesan kepada sopir di parkiran mobil untuk menyiapkan mobil nya karena tadi mingyu turun di lampu merah.
Tangan rapuh wonwoo yang satunya mengelus surai hitam minggu yang mulai basah dengan keringat
"Gyu ya... Kenapa kau pergi babe gitu lama eoh? Hiks.. Aku rindu padamu" cicit wonwoo
Mingyu tersenyum kecut saat melihat kekasih nya dengan keadaan yang mengkhawatirkan seperti ini. Sebenarnya ia pergi bukan tanpa alasan. Melainkan hanya untuk kuliah di luar negeri dan akan di jodohkan dengan pilihan nenek nya di australia. Dan saat itu juga ia mengancam akan bunuh diri jika petjodohan itu tetap di laksanakan. Dan nenek mingyu pun menyerah dengan berat hati.
"Nado.."
"Gyu ya... S-saranghae.."
Dan mata rubah cantik nya tertutup rapat membuat mingyu semakin gusar dan langsung menggendong wonwoo bridal dan membawa nya ke bawah dengan kepala wonwoo yang tadi sudah ia tempelkan plester sementara karena darah nya tak berhenti.
Tebeceee