Delapan belas tahun, kita bertemu lewat suara.
|
Tangisan yang terdengar selama beberapa hari berturut-turut yang berasal dari soulmate seorang Sakusa Kiyoomi mampu membuatnya terusik. Setiap malam, di jam yang sama, mampu membuat dirinya terusik. S...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ketika malam sedang asyik menunjukkan keindahan akan bulan dan bintang di atas sana, membuat banyak orang terlena, bahkan sampai terpaku atas keindahan yang Tuhan berikan kepada dunia yang fana ini, seorang Sakusa Kiyoomi malah sibuk dengan pemikirannya. Sudah berhari-hari pikirannya berhasil dikendalikan oleh suara tangis yang terdengar setiap malam.
Ya, suara tangis dari soulmate- nya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pemuda ini baru genap berusia delapan belas tahun pada tanggal 20 Maret lalu. Tentu, seperti remaja normal lainnya, ia bisa mendengar suara tangis dari belahan jiwanya. Awalnya tentu saja ia bersikap biasa akan hal lazim tersebut. Sesekali, memang terdengar suara tangis belahan jiwanya. Entah karena menonton film, animasi, anjingnya yang mati, ataupun nilai jelek.
Akan tetapi, belakangan suara tangis itu terdengar terus-terusan. Kiyoomi tak habis pikir, apa yang membuat soulmate- nya ini begitu sedih sehingga ia terus menangis beberapa hari belakangan?
Tiada terdengar ucapan apapun di tengah-tengah tangis. Itu sebabnya ia tidak dapat menerka-nerka mengapa belahan jiwanya tersebut menangis. Dengan pikiran bahwa ia bisa memikirkan hal ini nanti, ia pun mengambil buku pelajaran dan mulai mengerjakan tugas-tugasnya yang belum selesai.
20 menit, pikirannya dengan sukses teralihkan akan materi fisika yang sanggup membuat kepalanya berputar memikirkan bagaimana cara memecahkan soal satu ini.
Aku tidak akan bisa menikah seperti yang lain.
Pulpen yang sebelumnya ia antukkan di meja terjatuh lantaran terkejut atas tuturan di tengah-tengah isak yang sedaritadi terdengar.
"Tidak bisa menikah seperti yang lain? Apa maksudnya?" monolognya bingung.
Keningnya berkerut memikirkan maksud dari perkataan barusan. Ia kan sudah punya belahan jiwa. Bagaimana bisa ia tidak bisa menikah? Aneh.
Belahan jiwanya ini orang yang bodoh apa bagaimana? Apa dia tidak tahu, kalau di umur delapan belas tahun semua orang sudah dapat mengetahui ataupun mendengar suara belahan jiwa mereka masing-masing? Apa dia tidak tahu juga, kalau semua orang sudah mempunyai soulmate- nya masing-masing?
Hiks, aku akan menikah dengan siapa ....
"Pertanyaan macam apa lagi itu? Tentu saja denganku, Bodoh." Kesal Kiyoomi.
Mood belajar menghilang, kini ia mengambil bola voli dan memantulkannya ke dinding kamar pelan-pelan. Satu, dua, tiga, berurutan dengan rapi pantulannya.
Sayang sekali, biar kata tangan dan mata fokus memperhatikan bola voli yang ia pantulkan, pikirannya masih saja menjalar pada kalimat yang diucapkan oleh belahan jiwanya tadi. Mengakibatkan, bola yang ia pantulkan ke atap, semakin mengeras suaranya tanpa sadar.
"Kiyoomi! Suara apa itu di atas?!" teriak sang ibu dari bawah.
Gelagapan, Kiyoomi lantas menghentikan kegiatannya memantulkan bola tersebut, kemudian lekas menjawab ibundanya dengan kebohongan kecil, "Bukan aku! Mungkin suara tikus di loteng!"
Menghela nafas, Kiyoomi kemudian mengacak rambutnya gusar. "Ck. Apa dia sudah tahu kalau aku adalah soulmate- nya dan tidak mau menikah denganku?" ujarnya gusar.
Sediam apapun Kiyoomi, terlihat setenang apapun dirinya, tetap saja ia bisa bertindak ataupun berpikiran layaknya manusia pada umumnya.
Berusaha mengalihkan pikiran lagi, pemuda tersebut lantas turun ke bawah menuju dapur untuk mengambil segelas susu segar. Cangkir berukuran sedang dengan gambar awan tersebut langsung mengembun kala diisi dengan susu dingin di dalamnya.
Diminumnya susu tersebut sekali teguk.
Hiks, aku tidak punya soulmate.
Pfftt!!!
Susu yang baru akan tertelan malah menyembur keluar lagi. Pernyataan apa barusan? Dia ini gila atau bagaimana? Semua orang pasti punya soulmate tentunya.
"Dasar gila. Dipikirnya aku ini apa? Sapi berwajah tampan, begitu? Apa dia sengaja berkata begitu agar aku dengar?" kesal Kiyoomi seraya kembali naik ke kamarnya. Suara tangis sang hawa tidak lagi terdengar di pendengarannya selesai kalimat yang berhasil membuat dirinya kesal.
"Terserah, saja. Lebih baik aku tidur." Ujarnya lantas membanting diri di kasur dan langsung mendapat posisi nyaman.
Ya, tidurlah Sakusa Kiyoomi. Karena esok akan menjadi hari panjangmu. Mimpi indah, karena kau akan segera bertemu dengan seseorang yang jauh lebih indah dari mimpimu malam ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.