Chapter 3

123 15 16
                                    

"Yak, anak-anak semua! Tanggal delapan belas, berarti kita tukar tempat duduk, ya!" seru wali kelas kami saat itu. Dengan senyum lebar, ia pun membagikan kartu undian tempat duduk kepada kami.

Bangku nomor dua puluh empat kudapati, segera kulangkahkan kaki menuju ke sana, namun terdiam sekejap kala berpapasan dengan seorang gadis yang sepertinya akan menjadi teman sebangkuku sampai tanggal delapan belas bulan nanti.

"Anu ... Sakusa-kun, kau duduk di bangku nomor dua puluh empat?"

"Ya."

Kala aksa yang memisahkan kita, kini hanya tersisa sejengkal untuk dilangkah.

Kala aksa yang memisahkan kita, kini hanya tersisa sejengkal untuk dilangkah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

╭┈─────── ೄྀ࿐ ˊˎ-

╰┈➤ ❝ [ Ch.3: Aksa Sejengkal] ❞
Story by: Erukani_mitsu
Haikyuu!! Sakusa Kiyoomi ©Haruichi Furudate
Hirohiko Yuukari ©Erukani_mitsu
Wcs: 1101 words.

3: Aksa Sejengkal] ❞Story by: Erukani_mitsuHaikyuu!! Sakusa Kiyoomi ©Haruichi FurudateHirohiko Yuukari ©Erukani_mitsuWcs: 1101 words

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suaranya itu, tidak asing sih. Tapi, menolak untuk memikirkan kapan aku mendengarnya, aku lebih memilih mengelap meja dan kursi dengan sanitizer bermerek Erusol. Setelahnya, aku lantas duduk pada bangku tersebut, disusul dengan teman sebangkuku yang baru.

Ah, Hirohiko? Sepertinya dia cukup pendiam. Dan akan lebih bagus kalau dia memanglah pendiam.

Bel berbunyi, guru lantas melangkahkan kaki memasuki kelas kami, pelajaran segera dimulai setelah sebelumnya mengucap doa sesuai kepercayaan masing-masing.

... 🍃

"Anu... Sakusa-kun, bisa tolong ambilkan penghapusku? Itu terjatuh di bawah kursimu,"

Alisku berkerut, kapan penghapusnya terjatuh? Rasanya tadi dia hanya diam saja?

Lantas aku membungkukkan badan, mengambil penghapus tersebut dan meletakkannya begitu saja di atas mejanya, lalu kembali mengelap tanganku dengan tisu basah.

"Lain kali hati-hati," ujarku dan hanya dibalas anggukan canggung darinya.

Pensil lantas kembali ku gerak-gerakkan pada salah satu halaman buku, jawaban demi jawaban kutulis, hingga pada salah satu soal kusadari ada jawaban yang aneh menampang pada salah satu soal yang menanyakan pasangan pada tokoh soal cerita yang tertera.

Cry and Laugh | Sakusa KiyoomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang