Chapter 2

110 18 1
                                    

Di malam yang sama, namun di tempat yang berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di malam yang sama, namun di tempat yang berbeda. Seorang gadis sedang sibuk berbicara kepada temannya di telepon, tawa cekikikan sesekali terdengar kala membicarakan sesuatu yang membuat perut terkikik geli. Sebuah plushie berbentuk bintang dengan wajah lucu dipeluk, sesekali diremas tanpa sadar karena gemas akan topik yang sedang dibicarakan.

Ngomong-ngomong, Yuuka-chan

"Ya?"

Bagaimana soal kau dan soulmate- mu?

Pelukan mengendor, siratan kecewa langsung muncul dengan jelas pada wajah sang hawa.

Ialah Hirohiko Yuukari, yang masih belum mendengar kabar belahan jiwanya sama sekali hingga kini.

Ialah Hirohiko Yuukari, yang masih belum mendengar kabar belahan jiwanya sama sekali hingga kini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

┈─────── ೄྀ࿐ ˊˎ-

╰┈➤ ❝ [ Ch. 2: Siapa Dia?] ❞
Story by: Erukani_mitsu
Haikyuu!! Sakusa Kiyoomi ©Haruichi Furudate
Hirohiko Yuukari ©Erukani_mitsu
Wcs: 646 words.

 2: Siapa Dia?] ❞Story by: Erukani_mitsuHaikyuu!! Sakusa Kiyoomi ©Haruichi FurudateHirohiko Yuukari ©Erukani_mitsuWcs: 646 words

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tidak mendengar adanya suara tawa seseorang. Apa itu berarti aku tidak punya belahan jiwa?" balas Yuukari dengan nada kecewa. Ujung surai dwiwarnanya ia gosok pelan di antara jari telunjuk dan ibu jarinya.

Helaan nafas dari seberang terdengar. Heh! Mana mungkin ada orang yang tidak punya belahan jiwa, hah?. Seru temannya di seberang sana.

"Ada. Nih, aku tidak punya," kecewa Yuukari lagi.

Astaga! Berpikirlah positif sedikit, Yuuka-chan! Mungkin saja dia itu orang yang jarang tertawa, bukan?. Semangat temannya.

"Bisa, sih. Tapi orang dengan hidup semembosankan apa yang tidak tertawa selama setengah tahun?" tanya Yuukari tidak pasti.

Semua orang pasti tertawa. Selalu ada hal yang bisa membuat orang itu tertawa, bagaimanapun caranya, apapun penyebabnya. Orang yang tidak pernah tertawa pasti hidupnya monokrom saja.

Err ... Pertanyaan bagus. Mungkin selera humornya jelek?. Balas temannya sembari tertawa.

"Oh, benar juga sih," balas Yuukari sedikit terkikik.

Hei, hei, Yuuka-chan. Kalau menikah, gaun seperti apa yang akan kau pakai?

Yuukari terdiam sebentar untuk berpikir. "Hm ... Apa ya? Empire Waist  sepertinya cocok, sih. Mengingat aku pendek,"

Temannya tertawa terbahak-bahak di sebelah sana mendengar ucapan Yuukari. Astaga, mau pendek, mau tinggi, pakai sesukamu saja! seru temannya.

"Ta- tapi ...,"

Kenapa tapi-tapi?

"Hiks ... Aku akan menikah dengan siapa .... " Tangis Yuukari. Setengah tahun sudah menginjak umur delapan belas tahun, tidak ada sekalipun ia dengar suara tawa dari sang adam yang seharusnya menjadi belahan jiwanya.

Loh? Yuuka-chan? Kau menangis???

Hening, isak Yuukari masih terdengar di sana. Ia sangat mengkhawatirkan keberadaan sang belahan jiwa. Mungkinkah benar, belahan jiwanya adalah orang yang jarang tertawa? Atau benar jika ia memang tidak mempunyai belahan jiwa sejak awal? Jika iya, maka dirinya adalah orang paling tidak beruntung di dunia ini.

Oh, ayolah Yuuka-chan, nanti kau akan menemukannya, kok! Tenang saja!

Hening. Butuh waktu lama bagi Yuukari untuk berhenti menangis. Jika saja temannya bukan tipikal orang yang sabar, maka ia sudah menutup teleponnya dengan Yuukari sedari tadi.

"Bertemu dengannya bagaimana? Kami itu ternyata teman sekelas yang tidak sadar karena tidak dekat? Dan, ternyata dia itu memang orang yang mempunyai selera humor yang sangat ampas, begitu?" kesal Yuukari.

Sial, aku tertawa, hahaha!!! Mana aku tahu! Itu sih urusanmu. Eh, ngomong-ngomong, kalau benar ... Satu-satunya orang dengan kriteria begitu di kelas kita kan cuma satu.

"Hah? Siapa? Komori-kun?" bingung Yuukari dengan tampang dodol yang tentunya tidak terlihat oleh temannya.

Kadang aku mempertanyakan bagaimana bisa kita ini berteman, sih. Tapi- Ah! Itu Sakusa, Bodoh! Maksudku adalah Sakusa Kiyoomi!. Kesal temannya dari seberang telepon.

"Oh ... iya juga, ya," ingat Yuukari sembari mengangguk-angguk.

Ah, oh, ah oh! Sudahlah, tidur! Aku juga sudah mengantuk disini. Aku matikan teleponnya, sampai jumpa besok!

Setelah temannya berkata sedemikian, telepon pun terputus. Yuukari langsung menaruhnya secara asal, kemudiam termenung.

"Kalau benar Sakusa, sih ... Entah harus senang karena dia tampan, pintar, atletis, dan populer di kalangan perempuan, atau sedih karena dia sungguh menyebalkan saat diajak bicara?" Yuukari bertanya pada dirinya sendiri. "Oke, aku sedih dan dia menyebalkan." Lanjutnya lagi dengan cepat tanpa berpikir apa-apa lagi dan mulai mempertemukan kedua kelopak matanya untuk tidur.

Sedihmu tak akan lama, Hirohiko Yuukari. Besok akan menjadi hari spesialmu, di mana kau tidak akan pernah menyangka bahwa semua ini akan terjadi.

Bisa apa kalian kalau benang merah sudah Dewa ikatkan pada jari kelingking kalian?

Bisa apa kalian kalau benang merah sudah Dewa ikatkan pada jari kelingking kalian?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cry and Laugh | Sakusa KiyoomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang