Di hari weekend ini, kegiatan Atta di siang hari adalah ikut uminya berbelanja. Tanpa sepengetahuannya, ternyata uminya akan berbelanja dengan mama Aurel. Ia memakai helm bergambar tayo miliknya lalu naik ke motor uminya.
"Atta nanti ke playground aja ya ngga usah ikut umi keliling supermarket" ujar umi Atta.
"Hah?" Atta mendadak kopok saat ini. Ia hanya mendengar suara motor dan mobil yang sangat ramai hingga tak mendengar suara uminya.
"ATTA NANTI KE PLAYGROUND AJA NGGA USAH IKUT UMI KELILING SUPERMARKET" ulang umi Atta lebih keras.
"Ohhh, eh... Huwaaaa ngga mauuu! Nanti umi tinggal Atta dicitu telus Atta bobok dicitu nda bica pulang" tolak Atta. Beberapa hari lalu saat ia merengek ingin ke playground abinya mengancam akan meninggalkan nya disitu dan menyuruhnya tidur disitu, tapi kali ini malah umi nya menyuruhnya ke playground saja. Apakah uminya sudah tak sayang durinya dan hendak meninggalkannya di supermarket?
"Ngga sayang, nanti umi pasti jemput lah, masak anak umi yang paling ganteng umi tinggal di supermarket. Umi nanti belanja banyak, nanti Atta capek kalo ikut keliling, jadi Atta main di playground aja" ujar umi Atta menjelaskan. Awalnya Atta ragu dan terus merengek ikut uminya berbelanja, tetapi setelah melihat balita mungil tengah bermain di playground supermarket, ia berlari ke playground bahkan memberi pesan pada uminya agar berbelanja hingga malam hari. Umi Atta hanya geleng - geleng melihat tingkah putranya sedangkan mama Aurel gemas sendiri melihat interaksi anaknya dengan anak berusia 6 tahun itu.
"Yaudah Atta jaga dek Aurel ya, umi sama tante belanja dulu" ujar umi Atta.
"Ote! Umi anan lupa beli jajan Atta loh yaaa" ujar Atta lalu ia kembali berlarian kesana kemari diikuti Aurel yang mengikutinya dari belakang dengan merangkak secepat ia bisa.
"Nul cini naik cama Atta!" seru Atta. Ia meminta tolong pegawai playground ini untuk menaikkan Aurel agar bisa duduk berdua di mobil - mobilan yang ada di playground tersebut.
"Yuhuuu kita naik mobil beldua! Becok kalo kita udah becal kita naik helikoptel beldua ya!" seru Atta. Aurel mengangguk senang. Ia mengoceh tak jelas sambil menarik - narik baju Atta dan menunjuk ke arah mesin capit boneka.
"Nul mau boneka? Ayok Atta ambilin!" seru Atta lalu kembali meminta tolong ke pegawai playground untuk menurunkan Aurel.
"Hm... Mau yang mana Nul? Ada boneka beluang, panda, umba - umba, cama ada kula - kula uga, em... Kula - kula aja ya!" seru Atta. Aurel mengangguk senang lalu ia hendak memainkan mesin capit itu.
"Dek, maaf ya ini harus beli koin dulu" ujar pegawai playground.
"Beli? Pake uang?" tanya Atta. Pegawai playground tersebut mengangguk. Atta cemberut mendengar nya. Ia tak punya uang serupiah pun saat ini.
"Em... Maap ya Nul, Atta nda puna uang" ujar Atta dengan lesu. Aurel yang tadinya tertawa kini ikut cemberut. Ia merangkak ke arah pegawai playground tadi lalu memukulinya sambil mengoceh seperti sedang marah.
"Nul nda boyeh gitu! Nda ucah malah, nanti kalo Atta udah gede Atta beliin kula - kula yang gedeeee banget, cekalang main lumah - lumahan aja yok cama Atta" ujar Atta sambil menarik Aurel. Aurel cemberut lalu menangis.
"Eh eh, anan anis! Iyaaa Atta janji, pokona kalo Atta dah gede nanti Atta beliin kula - kula buat Nul" ujar Atta menenangkan Aurel. Ia menggendong Aurel lalu membawanya ke rumah - rumahan yang ada di playground.
"Halooo, nama kamu sapa?" tiba - tiba saat Atta dan Aurel tengah bermain menjadi sepasang suami istri, ada seorang balita perempuan yang sepertinya seumuran dengan Atta.
"Eh? Halo uga, aku Atta" ujar Atta. Balita tadi tersenyum lalu mengulurkan tangannya.
"Aku Hana, salam kenal" ujar balita tersebut. Atta membalas uluran tangan Hana dengan senang hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Atta and Aurel
RandomSaat Atta sedang tiduran di paha istrinya, tiba - tiba ada anak sulungnya menghampiri nya. "Pa, papa kenal mama dari kapan?" tanya Adam pada papanya. "Sejak mama masih bayi" jawab Atta. Semua anaknya langsung mengerubungi Atta. "Cerita dong pa wa...