11. Ahlinya Membuat Patah Hati

2.9K 292 6
                                    

Hai, guys! Aku kembali lagi!😁
Tak lupa aku mengingatkan teman-teman semua. Jangan lupa vote dan comment, ya kalau suka dengan cerita ini😁🙏




Bandung, 2019

Amaya berlari menubruk sosok itu dan memeluknya erat bersamaan dengan air matanya yang luruh.

"Mas Radhi .... Ini beneran Mas, kan?"

****

Meskipun terkejut mendapat pelukan amat erat dari Amaya, Radhi menepuk punggung wanita itu lembut dengan sebelah tangan lainnya mengusap bagian belakang kepala Amaya sayang.

Gadis remaja yang telah dianggapnya adik sendiri belasan tahun lalu kini telah tumbuh menjadi wanita dewasa yang cantik juga menawan. Barangkali keelokan itu pula yang menarik sesosok pria lain yang nampak mengamati keduanya lewat jendela mobil yang terbuka lebar di seberang jalan.

Radhi hanya tersenyum sopan pada laki-laki dalam mobil itu setelah beberapa kali melarikan pandangannya antara laki-laki itu dan Amaya yang tengah memeluknya dengan tangis sesegukan. Hanya dengan melihat raut patah hati di seberang sana pun Radhi dapat menebak ada hubungan yang terjalin di antara keduanya.

Radhi menangkup wajah sembab Amaya dan menekan kedua pipinya hingga menampilkan wajah aneh Amaya. Dulu Amaya akan langsung menepis tangannya jika ia melakukan itu dan Freya akan memarahinya karena sering mengganggu adiknya. Kini Amaya hanya diam dan balas melakukan hal yang sama padanya dengan sorot tak percaya.

"Ini beneran Mas Radhi, kan?!"

"Kenapa baru kembali sekarang sih?! Kenapa gak pernah ngabarin Amay juga?! Tega banget sih, Mas ..." rajuknya dengan suara tangis yang kian mengeras, membuat beberapa pasang mata yang melewati pelataran butik menatap tidak suka pada Radhi.

Radhi melirik pada mobil di seberang jalan lagi, namun si pemilik rupanya sudah hendak pergi dengan wajah menggelap.

"May, May. Udah ya. Jangan nangis lagi dong. Mas malu nih dilihatin orang-orang. Sekarang lebih baik kita pulang dulu, ya ke rumah Ibu. Mas sengaja naik taksi ke sini karena tahu dari ibu kalau kamu biasa bawa mobil,"

Seraya membersit ingus sisa tangisannya, Amaya memberikan kunci mobilnya tanpa banyak berkomentar. Sesampainya di dalam mobil, ia menanyakan banyak hal pada Radhi. Pertanyaan-pertanyaan yang selama delapan tahun ini ingin didengarnya dari laki-laki itu.

"Jadi ... Mas Radhi kemana aja selama delapan tahun ini?" mulai Amaya.

Radhi menyodorkan kotak tisu yang ada di atas dashboard mobil pada Amaya sebelum menjawab. Nampaknya yang nyaris tidak berubah dari Amaya hanyalah kebiasaan wanita itu yang selalu mengelap air matanya asal dengan baju saat menangis. Lengan panjang wanita itu kini bahkan sudah dipenuhi pulau-pulau samar bekas air matanya sendiri.

"Mas keliling dunia. Ke tempat-tempat yang sangat Mas ingin datangi bersama Freya. Kamu tahu sendiri, kan semasa hidupnya Freya itu ingin sekali keliling dunia." jawab Radhi.

Amaya menatap wajah kakak iparnya itu dari samping. Seulas senyum tipis yang nampak baru dikenalnya itu sudah ia lihat beberapa kali hari ini sejak ia berjumpa dengan Radhi. Namun Amaya tahu senyum itu tidak sampai menyentuh hatinya. Karena sorot mata tak pernah berdusta. Amaya dapat melihat sendiri bahwa tatapan yang Radhi pancarkan dipenuhi kesenduan.

Kenapa? Apakah perjalanan panjang yang ditempuhnya tidak lantas menyembuhkan sakit di hatinya karena ditinggal pergi oleh Freya?

"Gak ingat sama Bulan dan Bintang selama keliling dunia?" tanya Amaya lagi, tanpa ada niatan menyinggung sedikitpun.

The ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang