~ SELAMAT MEMBACA ~
"Sebaik apa pun rahasia disembunyikan, kelak saat waktunya sudah tiba kebenaran pasti terungkap."
~•••~
Pak Kenzie tersenyum saat melihat pemandangan dari jendela ruangannya yang menjurus ke arah lapangan. Dia tampaknya puas dengan apa yang dia lihat saat ini. Hal itu mungkin karena rencananya akan berhasil setelah sekian lama dia dibuat pusing.
"Bapak panggil saya?" Suara pak Arya membuat pak Kenzie mengalihkan pandangannya.
"Ah, ya," kata pak Kenzie masih dengan senyumannya. "Saya lihat perkembangannya semakin bagus bukan?"
Pak Arya yang mengerti maksud ucapan pak Kenzie langsung tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. "Ya, saya rasa begitu."
"Gadis itu ternyata punya pengaruh yang kuat juga. Sama seperti —"
"Bapak bakal izinin mereka buat ketemu dia lagi?" tanya pak Arya memotong ucapan pak Kenzie.
Pak Kenzie berpikir sejenak, seakan sedang menimbang-nimbang sesuatu. "Mereka udah menjalankan tugasnya dengan baik. Saya juga udah kehabisan alasan karena dia terus bertanya kenapa mereka menghilang gitu aja."
"Tapai gimana kalau mereka jadi nggak mau bantuin Jane lagi? Karena saya rasa ..." Pak Arya menggantungkan ucapannya.
"Saya tahu, tapi apa yang saya rencanakan ini bukan untuk memisahkan mereka," kata pak Kenzie sambil menatap pria di depannya.
Dengan hati-hati pak Arya bertanya, "Bapak nggak manfaatin Jane, kan? Karena kalau —"
"Nggak usah khawatir soal itu," potong pak Kenzie sambil tersenyum meyakinkan.
Dia lantas berjalan menuju kursinya lalu duduk di sana. Sedangkan pak Arya masih berdiri di tempatnya sambil memandang keluar jendela. Tepatnya ke arah Jane, Julian dan Jio yang sedang bermain bola di lapangan.
°°°°
Jane, Julian dan Jio baru saja selesai bermain basket ketika jam istirahat. Sekarang mereka sedang berjalan di koridor untuk kembali ke kelas.
Selama perjalanan Julian terus menggerutu saat dia gagal memasukkan bola ke dalam ring basket. Apalagi saat Jio mulai mengejek Julian kalau dia payah dalam olahraga. Bahkan cowok itu juga membanding-bandingkannya dengan Jane yang berhasil memasukkan bola ke dalam ring.
"Jane yang si ratu nol aja bisa masukin bolanya, masa lo nggak bisa sama sekali sih?" kata Jio sambil menunjukkan seringai di wajahnya.
"Gue bisa kok, cuma tadi kurang beruntung aja. Lagian gue yakin, Jane bisa masukin bolanya juga karena dia lagi beruntung aja," balas Julian dengan nada sewot.
"Kata siapa? Lo lupa apa pikun, hah? Jane bisa masukin bolanya karena gue udah ajarin dia," balas Jio yang tidak mau kalah.
"Udah deh, kalian bisa nggak sih sehari aja nggak debat kayak gini?!" tanya Jane dengan nada membentak.
Jane juga melirik kedua cowok itu dengan tatapan kesal, sedangkan yang ditatap malah memalingkan wajahnya ke arah lain. Gadis itu hanya menghela napas, mungkin dulu Jane masih bisa tahan dengan perdebatan mereka tapi sekarang Jane sudah tidak tahan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN ZERO [END]
Teen FictionGadis bodoh, tidak punya bakat, sering mendapat julukan ratu nol, itulah JANE ALIZHA ZAHIRA. Kata orang dia adalah manusia paling tidak berguna di Adsyar High School. Jane tidak menyangkal hal itu, dia justru menyetujuinya. Bagi Jane hidupnya adalah...