Lima wanita dewasa, berbaris rapi didepan kamar bernuansa cerah. Meski kubu mereka, termasuk golongan gelap, justru sibungsu menyukai sesuatu yang cerah -kecuali, matahari-. Setelah memastikan semuanya lengkap, salah satu dari mereka memberanikan diri mengetuk pintu kamar sibungsu.
Sibungsu, kesayangan keluarga Yang sedikit terganggu. Matanya mengerjap pelan, lalu berdehem sedikit keras agar para Nanny masuk kedalam kamarnya. Hari ini, dia ingin pergi ketempat dimana kuda putihnya yang nakal itu, dijaga.
"Nanny~" karena merasa jaraknya dekat dengan sibungsu, Nanny itu menjawab.
"Iya, Putri Yang?" baju tidurnya perlahan dibuka, lalu dibawa masuk kedalam kamar mandi.
"Boleh ketempat Nirsy? Sohye, kangen berat" sambil memeluk dirinya sedikit gemas, apalagi sambil membayangkan tubuh Nirsy masuk kepelukannya. Nanny terkekeh, dibantu teman-temannya, mereka berkeja sama membersihkan tubuh nona kuda mereka.
"Izin sama Paduka Raja dulu, Putri. Saya tidak bisa menjamin, kalau Putri sendiri belum izin" Sohye mengangguk paham, ia akan meminta izin kepada Ayahanda. Kalau tidak diizinikan, ia akan melapor pada Ibunda.
Sohye pergi terburu-buru dari kamarnya, membuat seisi istana sedikit panik. Bahkan para Nanny, sibuk mengejarnya hanya untuk menghentikan larian super cepat Sohye. Ibunda memberhentikan percakapannya dengan sang suami, lalu melihat anak tangga yang menjulang tinggi. Disana, putri bungsunya berlari tanpa melihat pijakannya.
"Oh, Sohye. Tolong berlari pelan" Sohye sepertinya tidak mendengarkan perkataan Ibunda, membuat Ibunda sedikit geram. "Heeseung, tolong berhentikan adikmu sekarang" Heeseung mengangguk, dalam sekejap mata ia sudah berada didepan Sohye. Membuat gadis kecil itu sedikit kaget dan oleng, dengan cepat Heeseung menggendongnya. Membuat seisi istana, sedikit lega.
"Tolong jangan berlari seperti itu, kalau kamu terjatuh, Pangeran Daniel akan mencari gadis baru" Sohye diam, lagi pula dia tidak tau apa yang dikatakan oleh kakak pertamanya ini.
"Pagi Ibunda, Ayahanda, dan kakak-kakak" Ibunda tersenyum begitupun Ayahanda, terkecuali ketujuh kakaknya.
"Putri Ayah, sudah besar ternyata. Bisa lari secepat itu hm? Liat para Nanny, mereka khawatir dengan Sohye, tapi Sohye tidak mendengarkan mereka. Sohye tau, Ibunda hampir kehabisan nafas saat melihat Sohye seperti itu" Sohye menunduk, sedikit melirik kearah para Nanny yang sedang tersenyum dan kearah Ibunda yang memasang wajah sedikit galak. Hal itu, membuat Sohye mengerucutkan bibirnya.
"Kenapa bibirnya seperti itu?" Sohye menghela nafas kecil, lalu menormalkan bibirnya.
"Siapa yang ajarin?" pandangan mata Sohye, seakan-akan mengucapkan kata -apanya?- Jay, memperagakan apa yang dilakuka sang adik.
"Hah, seperti ini. Siapa yang ajarin, kamu?"
"Sohye lihat Uncle Kei seperti itu, jadi Sohye coba" Sohye terkekeh sedikit, membayangkan wajah frustasi Unclenya saat mengawasi dirinya bermain bersama Nirsy.
"Dengar Sohye, hal seperti itu belum pantas kamu lakukan sekarang"
"Lalu kapan, kak Nuwon?"
"Mungkin sepuluh tahun lagi?" Sohye menghitung jarinya, sedikit tidak paham.
"Itu pasti lama" rengek Sohye.
"Itu hanya boleh dilakukan oleh orang dewasa yang berumur delapan belas tahun"
"Seperti itu?"
"Ya" Sohye mengangguk paham, ia tinggal menunggu waktu sepuluh tahun yang akan datang.
"Oh ya, Ayahanda-"
"Putri cantik Ayah, ayo habiskan makanannya. Nanti kita bicarakan lagi, oke?"
"Okey" sahutnya riang. Biasanya, setiap ia ingin membicarakan hal penting. Ayahanda seperti tidak ada waktu, setiap hari mengelilingi desa per desa, bahkan sampai luar kota, hanya untuk memastikan kaum mereka aman.
Sohye menyingkirkan daging biawak dari piringnya, bahkan menyingkirkan semua daging. Ia tidak bisa makan itu, tubuhnya akan melemah. Yang ia harapkan sekarang hanya, nutrisi dari darah hewan atau darah manusia kotor -seperti perampok, dll- Niki mengambil daging dari piring adiknya.
"Dagingnya untuk kakak, darahnya untuk kamu" Sohye mengembangkan senyumnya, lalu meminum pelan gelas berisi darah hewan.
"Ah, terima kasih kak"
"Sama-sama" Sohye menunggu Ayahnya menyelesaikan sarapannya. Dilihatnya sang Ayah-
"Ayah jangan lama-lama, kalau Ayah lama, Sohye tidak jadi bertanya" Sohye cemberut, saat Ayahanda dengan sengaja minum dengan pelan.
"Hahahaha, baiklah-baiklah. Putri cantik Ayah, ingin bertanya apa?" Sohye memasang raut wajah serius, yang sejujurnya membuat hati Ibunda sedikit geli.
"Nirsy sudah rindu dengan Sohye, apa boleh Sohye pergi kerumah Nirsy?" Ayah sedikit berpikir, apa anaknya mempunyai teman bernama Nirsy? Tapi, setaunya anak-anak disekitar istana tidak ada yang bernama Nirsy.
"Nirsy?"
"Nirsy, kuda cantik yang minggu lalu Ayah bawa ke istana" oh, Ayah ingat sekarang. Anak kuda yang ia temukan dihutan timur, sudah diklaim anak bungsunya bahkan sudah diberikan nama.
"Baiklah, Putri boleh bermain dengan Nirsy. Dengan syarat, Nanny Hera, ikut bermain bersama Sohye"
"Hm ya, Sohye setuju. Terima kasih Ayah, setelah ini Ayah boleh sibuk sampai sore" Sohye turun dari kursinya, berlari pergi melupakan tata krama yang sudah diajarkan Seon Ssaem.
"Nirsy, i'm coming. Nanny Hera, c'mon!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire [ ENHYPEN ]
VampireHanya sebuah kisah dimana Yang Sohye, putri bungsu keluarga Vampire asli paling dihormati. Sohye kecil tertawa manis saat bermain dengan teman seusianya. Tapi saat para kakaknya datang, ia memalingkan wajahnya. "Ais, anak itu!" "Sudah kubilang, bia...