Sohye berlari memasuki perbatasan, membiarkan para serigala menatap dirinya. Membiarkan tubuhnya tercabik-cabik. Ia akan berakhir disini, ya.... ia akan mengakhiri hidupnya disini. Ibunda dan Ayahanda, bisa mengangkat Luna menjadi putri mereka. Sungguh, tinggal bersana kedua orang tua yang lebih menyayangi sepupunya, membuat ia terluka. Ia membiarkan kakinya terluka tanpa alas, membiarkan ranting-ranting kayu menusuk telapak kakinya.
"Errr, ini tanah perbatasan! Pergi dari sini, sebelum kami memakanmu kaum jelek!" sentak serigala berbulu abu kehitaman. Sohye diam, ia tidak menjawab. Malah semakin mendekat dan hampir melewati tanah perbatasan. Seseorang -yang masih berkaum dengan Sohye- dengan cepat menghentikan langkahnya. Sohye tidaj mengalihkan perhatiannya, ia tetap menunduk sambil menatap kakinya yang sufah berlumuran darah.
"Sekali saja, kaum domba seperti kalian, melukai keponakanku. Akan aku pastikan, peperangan antar kaum akan terjadi!" Sohye jelas tau, siapa yang menahannya. Aron menggendong tubuh Sohye, membiarkan keponakannya terdiam. Entah apa yang terjadi sebenarnya, sampai keponakan cantiknya itu nekat pergi kearea perbatasan.
"Sohye, mainnya disekitar sini saja. Kalau disana, nanti Sohye dicakar Serigala jelek" Sohye diam, tidak ingin menimpali ucapan Pamannya.
"Kenapa? Cerita sama paman" Aron menduduki Sohye dibebatuan, membiarkan Sohye menatapnya dengan tatapan sendu.
"Sohye mau tinggal bersama Paman, Sohye benci tinggal diistana" Aron mengangguk, lalu membiarkan Sohye menangis dipelukannya. Setibanya diistana keluarganya, ia menurunkan Sohye dari gendongannya. Membiarkan anak berusia tujuh tahun itu, bermain dihalamannya yang penuh dengan hewan ternak.
"Woah, ini kambing? Aaa, lucu! Yang ini, jangan dimasak ya Paman, ini punya Sohye!" Aron mengangguk, ia membebaskan Sohye disini. Ayahnya keluar, mungkin karena mendengar pekikan Sohye.
"Hai Sohye, cucu Kakek cantik sekali hari ini. Loh, ini mukanya kenapa jelek? Cucu siapa?" Sohye cemberut, kakeknya ini benar-benar sesuatu.
"Sohye habis jatuh didorong Paman Aron, dihutan tadi. Paman mau beri aku, ke serigala jelek!" Aron melotot kaget, keponakannya ini benar-benar luar biasa.
"Aron?"
"Mana ada Yah, Sohye mau masuk kedaerah mereka" lalu Aron mengirim pesan telepati kepada ayahnya. Ayah mengangguk paham.
"Nanti akan Ayah tanyakan, saat pergi besok. Untuk sekarang, biarkan Sohye menginap disini. Disini terlalu sepi" Aron mengangguk, dia sedikit terkejut saat melihat Sohye bermain bersama buaya besar kesayangannya.
"WOAHH MULUTNYA BESAR SEKALI! BAU! HUWEK" Aron berlari tergesa-gesa, menyelamatkan keponkannya yang masuk kedalam mulut buaya peliharaannya.
"Aduh, Lele pergi sana! Jangan memakan, keponakanku atau anak-anakmu akan aku hancurkan!" seolah mengerti, buaya itu pergi dari sana, menjauhi Sohye yang mengerjapkan matanya.
"Mulutnya besar, Paman"
"Ya, tapi Sohye akan dimakan kalau seperti itu lagi"
"Benarkah?"
"Ya, dia pemakan segalanya"
"Makan anak kecil juga, Paman?"
"Tentu saja! Mari kita pergi mencari kelinci"
"Yeay!"
Diistana Yang Hanbin, Minju menatap keempat orang itu dengan tatapan permusuhan. Putrinya, pergi menjauh bahkan belum ditemukan sampai saat ini. Hanya ada jejak darahnya yang mengering. Tidak ada petunjuk lanjutan, membuat ia ketar-ketir sendiri. Tapi disini, Hanbin malah sibuk menenangkan Luna yang menangis.
"Kau!? Apa kau tau, hah?! Anakmu pergi dari istana dan kau disini, menghibur keponakanmu?! Sungguh, aku menyesal menikahimu!" Minju mencengkram pipu keponakannya sampai memerah, Hanbin melerai.
"Dia anak kecil, Ratu!"
"Oh ya?! Lalu, apa Putriku bukan anak kecil?! Kau benar-benar egois Hanbin!" Minju mencubit kuat tubuh keponakannya, membiarkan Hanbin menataonya dengan tajam "Ingat apa yang aku katakan tadi? Aku akan membunuh Luna, kalau saja Sohye pulang dalam keadaan yang buruk! Camkan, itu!" Minju dengan sengaja mendorong tubuh Soodam, membuat tubuh itu terjatuh kelantai.
"Hiks, Ayah" Luna menangis, memeluk tubuh Bundanya. Ia benar-benar takut dengan Auntynya, cubitannya masih terasa panas.
"Kau tau, kak? Aku benar-benar kecewa sekarang. Nasib anakku berada ditangan istrimu dan aku akan membenci kalian berdua, jika Sohye pulang dalam keadaan yang buruk" Seon memeluk tubuh Luna, lalu membawanya pulang. Ia akan melindungi anak semata wayangnya, ia akan pastikan bahwa Sohye akan pulang dengan selamat. Soodam terdiam, ia benar-benar menyesal.
"Pulanglaj Soodam, aku akan membicarakan masalah ini dengan istriku" Hanbin menyusul kepergian istrinya, ia tidak akan membiarkan kedua anak kecil kesayangannya itu dalam bahaya. Walaupun, ia baru menyadari, bahwa yang ia lakukan sekarang salah dan mungkin akan menjadi fatal. Ia tahu betul, asal usul keluarga Minju -istrinya- dan ia benar-benar menyesal sekarang.
"Minju! Buka pintunya, kita bicarakan ini baik-baik" semu pelayan menunduk, turun kelantai bawah, meninggalkan pekerjaan mereka yang belum selesai 100%.
"Baik-baik? Bicarakan hal itu bersama Soodam dan Luna, oh juga Seon. Mungkin kalian ingin menyembunyikan Luna, sebelum aku membunuhnya"
"Kita bisa mencari solusinya, Minju!"
"Untukku, tidak ada solusi bahkan negosiasi! Semua yang aku ucapkan, akan aku lakukan ketika putriku pulang!" Hanbin menendang pintu dengan kuat, membuat Minju sedikit terkejut. Membiarkan Hanbin datang padanya dengan urat-urat dilehernya.
"Kau seperti anak kecil!" Minju membalas tanpa takut apa yang akan terjadi selanjutya.
"Dan kau seperti pengecut, yang memutar balikkan masalah, Hanbin. Jujur saja, kau memang pengecut!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire [ ENHYPEN ]
VampireHanya sebuah kisah dimana Yang Sohye, putri bungsu keluarga Vampire asli paling dihormati. Sohye kecil tertawa manis saat bermain dengan teman seusianya. Tapi saat para kakaknya datang, ia memalingkan wajahnya. "Ais, anak itu!" "Sudah kubilang, bia...