3. Amarah Ratu

13 4 0
                                    

"Ya?! Apa kau akan mengirim kud itu untuk keponakan kesayanganmu?! Apa kau tidak memikirkan Putrimu yang menyayangi kuda ini?! Sebegitu pentingkan Luna untukmua?!" Minju -Ibunda Ratu- sedikit geram melihat Hanbin, yang mengeluarkan Nirsy dari kandangnya.

"Sekali saja kau membawa kuda itu keluar dari sitana ini, akan aku pastikan semua anak-anakmu bahkan aku, pergi dari sini!!"

"Kau berani?" Hanbin menjawab santai.

"Tentu saja! Aku tidak malu dicap penghianat, daripada aku harus membiarkan Putriku tinggal dengan seorang Ayah yang lebih mementingkan keponakannya dari pada Putrinya!" Minju merebut tali leher Nirsy, membawanya masuk kedalam istana. Aku akan membuatmu berpikir banyak! Dan aku akan membuat kalian bekerja berkali lipat dari ini batinnya. Hanbin membiarkan Minju membawa kuda putih itu, yang memang awalnya ia berniat mengirimkan kuda itu untuk Luna. Tapi, ia kepikiran dengan ucapan Minju.

"Hah" menghela nafas, Hanbin berjalan memasuki istana menyusul istrinya. Dimeja makan, sudah ada Sohye dan ketujuh Putranya. Ia mencari keberadaan istrinya, ia melupakan fakta bahwa istrinya membawa masuk kuda putih itu kedalam istana. Sohye makan dengan pelan, tanpa menunggu semua orang tiba dimeja makan. Bahkan ia tidak menyapa para Nanny seperti biasa.

"Selesai, aku akan kembali kekamar" ucapnya saat melihat Bunda dan Ayahnya datang. Berjalan lurus tanpa menyapa kedua orang tuanya, bahkan mengabaikan sapaan Bundanya.

"Kau lihat? Kau akan mendapatkan itu jika kau terus melakukan semua hal untuk Luna! Dan tentunya, aku akan mendukung tindakan Sohye dari depan!" ucap Minju lalu duduk, menghabiskan makanannya. Hanbin menunduk memikirkan masalah yang tiba-tiba datang, lalu bergabung dengan keluarga kecilnya.

Dikamar, Sohye sedikit terkejut saat melihat Nirsy berada dikamarnya. Tindakan pertama yang ia lakukan adalah mengunci pintu dan menjanggalnya dengan kursi kesayangannya. Memeluk Nirsy dengan sayang, ia tak akan keluar dari kamar. Ia akan menjaga Nirsy agar tetap berada dikamarnya.

"Nirsy hiks" memeluk kudanya dengan sayang, dia tidak rela kuda yang ia sayang direbut. Ia tidak suka itu, ia akan memusuhi seluruh istana bahkan Ayahnya! Sungguh ia membenci Luna! Ia akan membawa kabur Nirsy, jika melihat Nirsy diberikan untuk Luna!

"Benci, Luna!" tangannya mengepal erat, air mata merembes keluar dari matanya. Sedari dulu, Ayahnya selalu memberikan Luna barang kesayangannya dengan embel-embel ayah bisa memberikan yabg baru. Ya, Ayahnya lebih menyayangi Luna daripada ia. Bahkan, Ibunda juga menyayangi Luna.

"Dilain kesempatan, aku akan membiarkan tubuhmu disobek-sobek werewolf berbulu domba itu! Huks" Nirsy yang mengerti, tuannya sedang bersedih. Membuat atraksi lucu, agar Sohye tertawa. Dan, hal itu berhasil. Tapi, saat mendengar ketukan dan suara dari Uncle beserta Auntynya, membuat ia menghentikan tawanya.

"Sohye, keponakan manis Uncle. Keluar dulu sayang, Uncle dan Aunty ingin bicara" Sohye mengepalkan tangannya kembali.

"APA?! MAU AMBIL NIRSY, DARI SOHYE?! LALU MEMBERIKANNYA UNTUK, LUNA?! GITU?!" teriakan Sohye mengejutkan Soodam dan Seon. Untuk pertama kalinya, Sihye berteriak karena kekesalannya. Hati Soodam sedikit berdenyut, lalu tersenyum menenangkan Luna yang ingin menangis.

"Enggak sayang, Aunty cuma mau bicara sama Sohye, sebentar aja" tidak ada sahutan apapun dari Sohye "Buka pintunya sayang, biarin Aunty lihat wajah kamu. Aunty, rindu" lirih Soodam.

Didalam kamar, Sohye menangis. Ia bimbang, ingin membuka atau tetap menutup pintu kamarnya. Ia hanya anak kecil yang masih labil dan sedikit posesif terhadap apa yang ia punya. Soodam paham, ia tak ingin menghakimi sifat Sohye sejarang. Hatinya sedikit terluka saat mendengar cerita Luna yang berkata, bahwa Aunty kesayangannya -Ibunda Ratu- menatap ia dengan sinis.

"ENGGAK! SOHYE ENGGAK MAU BUKA PINTUNYA!! KALIAN, MAU REBUT NIRSY! HIKS" Sohye menjerit, memeluk Nirsy. Mengamankan Nirsy dibelakangnya, saat mendengar suara Ayahnya beserta kunci cadangan kamarnya.

Sihye menangis histeris saat melihat semua orang masuk kekamarnya. Menjauhi semuanya, Sohye memeluk Nirsy dengan erat. Tidak membiarkan Luna, Aunty Soodam, Uncle Seon, Ayah dan Bundanya merebut Nirsy darinya. Sohye berteriak saat melihat Luna mendekat.

"AAAAAA, JANGAN AMBIL NIRSY, PERGI!!" Sohye melempar sepatu yang ia pakai kesembarangan arah, ia benar-benar takut kehilangan Nirsy. "AKU BENCI AYAH! BENCI UNCLE! BENCI BUNDA! BENCI SEMUANYA!!" Sohye berlari dari kamarnya, membiarkan Luna mengelus kudanya. Ia berlari menjauh dari istana, membiarkan para penjaga berteriak bahkan mengejarnya.

"BENCI!!!"

Masih terngiang-ngiang dibenaknya, bagaimana Sohye mengatakan bahwa ia benci dengan Ibundanya. Ditamparnya wajah Hanbin dengan kuat, lalu menatap tajam saudara iparnya.

"Kalau terjadi apa-apa dengan Sohye, aku akan mambunuh Luna didepan mata kalian! Aku bersumpah! Demi Sohye, aku rela membunuh keponakanku sendiri!!" Minju berlari, menyusul Putrinya yang sudah jauh berlari. Menghentikan para penjaga istana.

Hanbin terdiam, lalu menatap Luna yang menjauh dari Nirsy. Kuda itu mengamuk, menendang apa yang bisa ia tendang. Soodam memeluk tubuh Luna, perkataan kakak iparnya, membuat ia sedikit kepikiran. Matanya berair, ini salahnya, ya benar salahnya. Andai saja ia tidak menuruti egonya, pasti Sohye tidak berlari pergi. Seon mengepalkan tangannya, lalu memukul wajah kakaknya.

"ARGH!" ia sedikit khawatir dengan nasib Sohye bahkan Luna. Ancaman kakak iparnya, tidak bisa dianggap remeh. Kakaknya berasal dari keluarga Vampire merah darah, vampire yang benar-benar menepati apa yang ia ucapkan.

"Sudahku katakan, sedari awal! Aku kemari hanya untuk membiacarakan masalah serius! Dan kau Soodam, kau membuat anakku didalam bahaya! Bahkan kau membuat Sohye pergi dari istana!!"

Vampire [ ENHYPEN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang