"NIRSY!!" pekik Sohye dengan girang, kuda putihnya pun menyambut kedatangannya. Sohye terjatuh direrumputan dengan Nirsy diatasnya. Tidak, ini bukan kisah cinta antara manusia dan kuda.
"Hahahahaha, kau merindukanku ternyata" dibantu Nanny Hera, Sohye berdiri dan mengelus lembut kuda kesayangannya.
"Jangan sentuh! Ini kudaku, kau cari kudamu sendiri!!" Sohye memekik saat melihat musuh bebuyutannya datang dan ingin mengelus kudanya.
"Ini kuda yang akan diberi Ayahku, untukku!! Kemarikan!!" Sohye mencibir, lalu menatap Unclenya dengan garang.
"Kata siapa hah?! Ini Ayahku yang membawanya dan Uncle Seon tidak membawa apapun saat itu. Dasar bodoh" Sohye itu terlalu bar-bar jika seseorang ingin merebut apapun yang sudah ia klaim.
"Luna, minta maaf pada Putri. Kita kemari untuk membahas masalah kerajaan, bukan untuk memperebutkan kuda. Kuda yang Ayah janjikan akan datang minggu depan, diistana kita" Sohye menatap sinis Luna, musuh bebuyutannya.
"Jangan mengklaim apa yang aku punya! Dengar apa kata Ayahmu?! Kudamu datang minggu depan, dalam keadaan berlumuran darah hahahahaha" Sohye pergi setelah merasa puas membuat Luna menangis. Salah sendiri, siapa suruh mengklaim kuda kesayangannya.
"Putri, apa tadi tidak berlebihan?" tanya Hera dengan pelan, takut menyinggung perasaan Nona mudanya. Sohye mengembungkan pipinya, sedikit merasa bersalah dan juga merasa kesal dengan pertanyaan Hera yang menyerempet membela Luna.
"Aku tidak peduli, ini kudaku! Bukan kudanya! Dia ingin mengambil Nirsy dariku!!" teriak Sohye dengan keras, emosi sudah menguasai tubuhnya. Diujung sana, Seon dan Hanbin masih bisa mendengarnya. Luna menunduk, merasa terpojok.
"Uncel Seon, bisa membelikannya! Tapi, dia ingin merebut Nirsyku!! Vampire jelek itu, ingin mengambil Nirsyku!!" wajahnya memerah, mengepalkan tangannya. Matanya berair, lalu dengan cepat ia menaiki Nirsy dan kabur dari istana. Memasuki hutan yang gelap tanpa memperdulikan teriakan para penjaga istana.
"Hiks, aku kesal!!" tidak... dia tidak takut dengan gelapnya hutan, dia hanya takut ia melupakan jalan pulang. Dia dan Nirsy berhenti ditepi danau yang jernih, memastikan Nirsy memakan rumput yang tersedia.
"Hiks, aku benci Uncle Seon!" perasaannya kacau sekali, ia tidak ingin kehilangan Nirsy. Ayahnya pasti akan memberi Nirsy untuk Luna. Kalau itu sampai terjadi, ia akan kabur kembali bersama Nirsy, menjauhi istananya.
Diistana, sebelum kejadian Sohye dan Nirsy kabur. Hanbin menyambut dengan suka cita, kedatangan adiknya. Tapi, saat melihat wajah keponakannya yang sembab, membuat ia bertanya-tanya.
"Luna, kenapa menangis?" tanya Hanbin, Seon menghela nafas.
"Aku kemarin sempat bercerita tentang kuda putih itu, rencananya kalau kuda itu tidak terpakai disini akan aku berikan untuk Luna. Tapi, sepertinya keponakan manisku menyukainya. Jadilah mereka beradu argumen disana-" Hanbin dan Seon mengalihkan pandangannya saat mendengar Sohye berteriak pada Nannynya.
"Aku tidak peduli, ini kudaku! Bukan kudanya! Dia ingin mengambil Nirsy dariku!!" bisa dilihat dari jauh, wajah Sohye sudah memerah karena emosi. Tubuh nanny Hera dari belakang, tampak terkejut. Luna mencengkram celana Ayahnya, sedikit takut mendengar suara Sohye.
"Uncel Seon, bisa membelikannya! Tapi, dia ingin merebut Nirsyku!! Vampire jelek itu, ingin mengambil Nirsyku!!" Hanbin menghela nafas, putrinya menangis disana. Matanya membola saat melihat tubuh itu menaiki Nirsy dan kabur, memasuki hutan lebat nan gelap. Bahkan teriakan orang-orang istana tidak diindahkan.
"HEESEUNG, JAY! TOLONG, KEJAR ADIKMU!" Ibunda berteriak, memanggil kedua putranya. Heeseung dan Jay mengangguk lantas berlari cepat, jangan lupakan bahwa mereka seorang vampire. Ibunda menatap sinis Luna dan Hera -nanny anaknya- kembali mengkhawatirkan anaknya.
"Lain kali, biarkan Sohye meluapkan kekesalannya sebelum kalian menghakiminya! Ingat statusmu! Hanya seorang nanny kepercayaan Ratu dan Raja! Kalau Sohye kenapa-kenapa, apa kau ingin bertanggung jawab hah?!" Hanbin menenangkan istrinya yang mengamuk, membanting tubuh Hera ketanah.
"Maafkan saya Ratu, maafkan saya" Hera menangis tersedu-sedu, dia mengaku salah.
"Jangan coba-coba untuk menenangkanku Raja! Kalau anakku terluka, aku akan membunuh semua orang-orangmu yang tidak bisa menghentikan Putriku!" lantas Ratu masuk kedalam istanya, menunggu kedua putranya membawa Sohye kepelukannya. Hanbin tidak mengangguk bahkan tidak menggeleng. Ratunya marah, tapi dia percaya bahwa Putri cantiknya akan pulang dengan selamat.
"Uncle Hanbin" lirih Luna, membuat atensi Seon dan Hanbin beralih kepadanya. Hnabin berjongkok menyesuaikan tubuhnya dengan tubuh Luna.
"Ada apa?"
"Maafkan Luna, Luna tidak akan mengambil punya Sohye lagi, hiks" dia semakin takut, saat auntynya menatap ia dengan sinis. Ini pertama kalinya, dalam seumur hidup Luna.
"Uncle maafkan, maafkan juga Sohye"
"Kak, sepertinya aku harus pulang sekarang. Maafkan Luna atas tindakannya dan maaf juga aku tidak bisa membantumu mencari keberadaan Sohye. Besok aku datang kembali dan membahas masalah serius" Hanbin mengangguk, membiarkan adiknya pergi dari istananya.
Malam datang, Sohye tak kunjung pulang. Heeseung dan Jay berjalan dengan pelan. Bahu keduanya merosot, dari pagi tadi mereka belum bertemu bahkan tidak melihat tanda-tanda adik bungsu mereka. Ratu menangis histeris, memeluk Sunoo disebelahnya. Ia benar-benar khawatir sekarang, putrinya tidak pulang.
"Bunda, tenang. Jangan seperti ini, setelah makan malam, aku dan Sunghoon akan pergi mencari Sohye"
Ditempat yang sama, Sohye membiarkan Nirsy mengeksplor rerumputan. Air matanya masih mengalir, mungkin besok ia tak melihat Nirsy dikandangnya. Uncle Seon akan mengambil Nirsy darinya dan memberikannya untuk Luna. Ia tidak ingin pulang hari ini, dirinya masih kesal. Beberapa ikan muncul dipermukaan air, membuat Sohye sedikit tertarik. Melupakan kesedihannya, ia menatap ikan-ikan itu dengan binar.
"Kalian lucu-" Nirsy mendengus dari belakang, seakan-akan mengetahui apa yang dibicarakan Sohye.
"Kau juga lucu Nirsy, kemarilah duduk dan istirahat. Perutmu akan meledak kalau kau banyak makan" Nirsy menurut, duduk disamping Sohye. Tapi ia tak memejamkan matanya, kuda itu ingin menjaga tuannya.
"Nirsy, sepertinya besok kau dan aku tidak akan bertemu. Uncle Seon akan menjemputmu besok hiks, Ayah pasti sangat sayang dengan Luna hiks"
Sunghoon yang mendengar suara isakan dari pohon besar didepan sana, menepuk pelan punggung saudara kembarnya. Lalu menunjuk pohon besar yang ia curigai dari tadi.
"Dengarkan?" tanya Sunhoon pelan. Jake mengangguk, lalu mendekat pelan-pelan.
"BA! HAYO, NGAPAIN KABUR DARI ISTANA?" Sunghoon mengejutkan Sohye, hampir saja ia kembali masuk kedalam danau, jika Jake tidak menahan tubuhnya.
"Ya?! Kau ingin membuat adikku tercebur lagi, huh?!" Sunghoon terkekeh, lalu menggeleng. Mengusap kedua pipi adiknya, mengecup kening adiknya.
"Jangan pergi lagi, Kakak dan yang lainnya seperti orang gila saat Putri pergi" Sohye memeluk tubuh kakaknya erat, membiarkan tubuhnya diangkat.
"Nirsy, c'mon" lirihnya pelan, ia sudah lelah sekarang.
Ibunda Ratu memeluk tubuh Sohye yang tertidur disampingnya, tak membiarkan Hanbin tidur disampingnya. Membiarkan suaminya yang berstatus Raja itu tidur dikamar lain. Ia sedikit kesal dengan Hanbin, ia pastikan besok kuda cantik kesayangan putrinya akan tetap berada dikandangnya.
"Sayangnya, Bunda"
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire [ ENHYPEN ]
VampireHanya sebuah kisah dimana Yang Sohye, putri bungsu keluarga Vampire asli paling dihormati. Sohye kecil tertawa manis saat bermain dengan teman seusianya. Tapi saat para kakaknya datang, ia memalingkan wajahnya. "Ais, anak itu!" "Sudah kubilang, bia...