03: Seratus Juta!

498 79 22
                                    

Haiiii!! Ternyata ujiannya gak nyampe pertengahan bulan wkwk, gimana nih yang UAS dan PAT? Lancarkah? Bentar lagi hasil SBM keluar ya, semoga nanti teman-teman lulus dengan skor yang memuaskan yaa Aamiin. Happy reading!!!

Ada banyak informasi yang didapat Yana dan Javin dari ponsel masing-masing. Misalnya Javin yang berprofesi sebagai video editor dan juga graphic designer yang gajinya tidak sedikit. Kemudian Yana yang memiliki usaha makanan kekinian, yang sepertinya cukup terkenal karena sempat di-endors selebriti yang tengah naik daun.

"Lo kok diem mulu sih dari tadi?" Javin menegur.

"Ah, enggak."

"Mikirin gimana cara balik ke masa lalu?" tebak Javin asal.

"Vin, kalo seandainya kita di masa depan cerai, menurut lo siapa yang salah?"

Javin memeluk tangannya di depan dada. "Kenapa?"

Yana menggeleng. "Lupain aja, gue cuma asal ngomong aja."

"Gue gak tau kalo dari sisi lo, tapi ketika gue udah milih buat bersama seseorang ... gue bakal ngelakuin semua hal buat bisa jaga orang itu selalu ada di samping gue." Javin terlihat bersungguh-sungguh dengan ucapannya.

Perempuan itu tidak menanggapi lagi, ia malah membuka topik baru. "Besok hari senin, kita harus bersikap seperti Javin 27 tahun dan Yana 29 tahun."

Javin mengganti saluran televisi. "Gimana ya kita ngejalanin hari dengan orang-orang yang gak kita kenal? Padahal kemarin gue lagi asyik-asyiknya nongkrong di basecamp sambil main gitar. Oh iya, gue kayaknya harus bilang ini sekarang dari pada lupa."

"Apa?"

"Selama kita masih di sini, gimana kalo ngomongnya pakai aku-kamu?"

Yana memiringkan kepalanya.

"Jangan salah paham, Leo itu kan udah pinter ngomong sama niruin orang, takutnya dia ikutan manggil lo-gue."

Yana mengangguk. "Oke deh."

Sebenarnya mereka berdua sempat canggung karena membaca pesan yang saling mereka kirimkan. Dalam pesan tersebut mereka kerap kali memanggil 'mam' dan 'pap', namun ada hal ganjil yang mereka temukan, yakni keduanya tidak saling mengirim pesan satu bulan terakhir.

Yana beranjak dari sofa. "Gue ke kamar duluan, ya."

***

"Gak tidur di kamar semalem?" tanya Yana pada Javin yang tengah menyeduh kopi.

"Enggak. Cuma badan aja yang muhrim, jiwanya enggak."

Yana mengernyitkan dahinya, kemudian mengendikkan bahu tidak peduli.

"Jadi, gimana?"

"Apanya?"

"Gimana caranya kita buat bersikap kayak Yana-Javin di masa depan?"

"Ya mana gue—"

"—aku."

"Ya mana aku tau." Perempuan itu membesarkan matanya. "Paling juga pergi kerja kayak biasa, lo—maksud gue, kamu pergi ke studio, aku pergi ke toko. Tapi heran gak sih? Aku gak punya skill apa-apa tentang bikin kue, kenapa bisa punya toko gede gitu ya?"

Javin membenarkan. "Aku juga gak kuliah di bidang desain grafis, kalo balik ke masa lalu perlu ngulang SBM lagi gak ya?"

Yana menutup mulutnya. "Kayaknya harus cari tahu judul skripsi, struggle banget sebelum ke sini." Ia hendak beranjak, namun berhenti karena notifikasi di ponsel Javin, diikuti dengan mulut lelaki itu yang menganga. "Kenapa?" Ia mendekat dan ikut menganga melihat pesan tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Across The UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang