Bandung, 1 Januari 2018.
Disebuah balkon rumah yang berhadapan dengan satu pohon yang memiliki tempat seperti rumah-rumahan, Rachel berteriak meminta satu tusuk telur gulung kepada seorang pemuda yang asik memakan telur gulung itu tanpa mempedulikan teriakan Rachel.
“Haden bajingan!” umpatnya yang sudah kepalang kesal.
“Modal dong bangsat, minta Mulu lu bocil!” Pemuda bernama Haden itu terpaksa memberikan dua tusuk terakhir telur gulung nya.
“Gitu kek dari tadi.”
“sama-sama.” Sindir Haden.
“Hmm thanks brader.” Setelah mendapatkan apa yang dirinya mau, Rachel masuk kedalam kamarnya tak lupa menutup kembali pintu balkon.
“DASAR ANAK PAK KUNCORO!” teriak Haden sambil melempar batu kecil kearah pintu balkon Rachel.
Pintu balkon terbuka lagi dan menampakan kepala Rachel sambil balas berteriak, “DIEM LU DUGONG PINTU MAHAL NIH!”
“Anjirt Lo tuh anjirt banget tau gak?” Seru Haden dengan wajah kesalnya.
Haden memegang salah satu batang pohon untuk menyangga tubuhnya, satu persatu kakinya ia turunkan dan berhasil menapak kembali ke tanah dengan selamat sentosa.
“haus beli pop ice ah.” Gumamnya sambil memakai sendal.
Haden berjalan melewati rumah Rachel dengan santai, namun tiba-tiba saja ada sebuah kertas yang digulung-gulung terlempar dan mendarat tepat ditangan Haden.
Matanya melirik sinis orang yang melempar gulungan kertas itu, namun yang ditatap malah cengegesan dengan tampang yang tidak berdosa, “kemana Lo?”
“Ka hareup.” Jawab haden lalu memungut gulungan kertas tadi.
“Ka hareup kamana anjir cing baleg.” Sahut Rachel sambil berjalan kearah Haden.
“meuli pop ice.”
“Nitip lah lur.”
“hoream Tara dibayar.”
“anjir pamrih Lo sama temen sendiri.” Ujar Rachel dengan tampang songot nya.
“tangan sama kaki Lo masih lengkap kan? Beli sendiri.” Sahut Haden sinis.
Rachel mengernyitkan dahinya, “dih marah Lo gara-gara telur gulung tadi?”
“lo suka banyak maunya, ikut ajalah biar gak ribet.” Ujar haden kemudian pergi begitu saja.
Rachel menatap punggung Haden dengan segenap jiwa yang kesal dan rasa ingin memukul Haden yang tinggi, “TUNGGUIN DONG BEGO!”
Mang Heri, penjual pop ice dan seblak pengkolan komplek yang menjadi langganan mereka sejak SD ternyata tutup memupuskan harapan untuk meminum segarnya pop ice disiang hari ini.
Haden dan Rachel menatap gerobak mang Heri dengan tampang suram, jauh-jauh mereka jalan malah tutup.
“si mamang mah gak bikin info dulu gitu kalau mau tutup teh.” Lirih Rachel.
“Jus ajalah Weh yuk hel.” Ajak Haden kepada sobatnya itu.
“jauh anjir, kalau nitip mah hayuk Weh.”
Haden menggeplak tangan Rachel sambil berkata, “lu kenapa malesan pisan jadi cewek teh.”
“Sabodo kumaha aing.”
Rachel akhirnya ikut membeli jus, sebenarnya terpaksa karena haden dengan kurang ajar menyeret dirinya untuk ikut. Sesampainya di tempat jus Haden yang memesan dan dirinya duduk santai dikursi yang disediakan didepan etalase buah-buahan.
“Jus apa Lo?” tanya Haden
“jambu.” Jawabnya sendiri.
Rachel menatap aneh sobat kecilnya itu, walaupun sudah berteman sejak kecil Rachel masih suka aneh dengan kelakuan-kelakuan Haden yang diluar nalar manusia normal. Untung saja dirinya kuat menghadapi ke-Freak an kelakuan sobat blangsaknya itu.
“Jamet freak.”
Diperjalanan pulang Rachel dan Haden terus saja berbincang walaupun topiknya tidak jelas kearah mana mereka asik-asik saja karena memang sudah ditakdirnya se-frekuensi mau segajelas apapun topiknya tetap nyambung.
“Eh lampu-lampuan yang bentuknya kotak warna hijau yang dikamar Lo itu berapaan sih?”
“500 rebu, ngapa Lo mau beliin?” Haden menggeleng, “gue gak sengaja jatohin tuh lampu dikamar si teteh terus pecah.” Sahutnya dengan watados.
Rachel berhenti lalu menatap horror Haden, “HAHHHHHHHHH???”
“gue lem-in tetep gak nyatu, bantuin dong takut si teteh ngamuk.”
“LU APAIN ANJIRT SAMPAI BISA JATOH ADEN DUGONG?!?!” teriak Rachel untung saja sedang sepi jadi tidak ada yang terganggu dengan teriakan asoy nya Rachel, tapi gak tau kalau anjing milik rumah putih disampingnya itu.
“sia tong teriak Rachel anjirr.”
“sumpah aing gak habis thingking sama elo Den, kok bisa jatoh anjir???” Sahut Rachel masih tidak terima.
“udah takdirnya itu lampu kali jatoh, lagian hidup kan gak ada yang tau dia jatoh kapan.” Jawab Haden.
“tapi itu mahal goblok!!!”
“ya gue mana tau anjir.” Ringis Haden saat kembali mengingat kejadian jatuhnya lampu itu.
“Bantuin lah Hel, kita kan temen susah senang selalu bersama.” Rachel bergidik geli.
“sejak kapan Lo jadi temen gue?”
“Rachel Asu.”
“Gak ikut-ikutan gue, terima aja nasib Lo sendiri sana, jangan bawa-bawa gue.”
“hel Lo lupa perjalanan kita selama ini Hel? Lupa Lo gue yang rela-rela kehujanan, kepanasan cuman buat nganterin Lo nyari photocard si Hacan-hacan itu. Parah banget Lo Hel sakit hati gue.” Ujar Haden dramatis.
“anjir geli banget Aden jamet, sana Lo jauh-jauh dari gue.”
“Cilok 10 rebu dah bantuin gue.”
“tambah janji jiwa, deal?” sahut Rachel sambil menarik turunkan alisnya.
“Bokek aing bego!”
“Halah gue tau ya Lo baru jual Jordan air Lo.”
“Tau dari mana ai sia anjir?”
“yang beli kan temen gue bodoh!”
o0o
"kita kan temen susah senang selalu bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Abisatya | Haechan
FanfictionRumah pohon, telur gulung, dan Kiko. Cover picture : cr pinterest