kalau ngomong pake bismillah

3 1 0
                                    

"HADEN!!!"

Haden yang sedang fokus menonton Balika vadhu sambil memakan kripik singkong buatan ibun itu terlonjak kaget sampai melempar remot yang sedari tadi berada digenggaman tangan kirinya.

"Naon sih teh ngaggetin wae." Rutuk nya sambil menghampiri kamar si teteh.

Dilihatnya si teteh sedang menggenggam pecahan benda berwarna neon sambil menatapnya dengan tatapan sendu. Haden melotot setelah meneliti apa yang digenggam oleh sang teteh. "Anjir mampus siah Haden." Rutuk Haden pada dirinya sendiri.

Kakinya melangkah mundur dengan perlahan.

BRAKK!

"Anj–"

"HADEEEEEEENNNNNNNNN!"

Dengan segala kekuatan yang dirinya punya Haden berlari seperti kilat menuju kamarnya dan membanting pintu dengan sangat keras hingga menimbulkan suara, lalu mengunci kamarnya menyelamatkan diri dari amukan singa betina yang sebentar lagi akan ngamuk.

"yaAllah kalau hidup Haden sebentar lagi selesai, tolong sampein ke Ambu Ena ikhlasin hutang gorengan Haden, Aam–"

"HADEN BUKA PINTU!!!!"

"min."

"Enggak mauuu!" Pekik Haden didepan pintu sambil menahan gedoran teteh.

"Buka atau teteh dobrak?!"

"Emang bisa nge dobrak?" Sahutnya dan malah memancing emosi teteh.

"HADEN BUKA GAK?!!!" Haden reflek menutup telinganya kaget.

Perlahan tanganya membuka kunci pintu dan dalam hitungan detik Haden sudah berlari memasuki kamar mandi dan langsung mengunci nya dengan rapat. Sudah cukup pahanya memar karena dicubit teteh waktu itu, Haden kapok dicubit tapi gak kapok bikin ulah.

"Haden kamu mending keluar, teteh cuman mau ngomong." Ujar teteh selembut mungkin.

Haden didalam kamar mandi tidak henti-hentinya berdoa, dari doa makan sampai doa mau tidur Haden bacakan.

"Teh ngomongnya pake bismillah ya?" Teriak Haden dari dalam kamar mandi.

"HEH EMANG MAU NGOMONG APA PAKE BISMILLAH SEGALA?!" Sahut teteh malah ngegas. Dan Haden yang berada didalam langsung memundurkan kakinya, "eta Sora Atawa toa gede pisan." Gertak Haden didalam hati, soalnya kalau ngomong langsung tidak berani.

"Biar berkah atuh teh."

"Cepet keluar dulu, banyak cingcong kamu mah!" Ujar si teteh yang mulai kesal.

"Asal jangan diapa-apain ya?"

"Iya. Haden." Sahut dengan penuh penekanan.

Haden membuka pintu kamar mandinya perlahan hingga bisa melihat wujud teteh yang bersedekap didepannya. Reflek Haden menyengir kearah teteh yang mengangkat sebelah alisnya, "ngapain kamu nyengir?"

"Gak pa-pa, damai teh."

"Teteh mah mau kamu jujur ya Den." Kata Teteh yang langsung bikin bulu kuduk Haden berdiri, merinding.

Haden sudah memasang tameng kalau sewaktu-waktu teteh menyerang nya tiba-tiba, "jujur apa teh?"

"Kamu ke kamar teteh ya waktu teteh pergi?" Haden berusaha santai walau jiwanya mulai terbantai.

"E-ee iya minjem casan." Ujarnya kikuk sambil menggaruk tengkuknya asal.

"Udah fiks kamu pelakunya, buru ikut teteh!" Sahut teteh tiba-tiba ngegas sambil menarik tangan Haden kasar.

"Ehhh teh kamana anjir??" Haden panik, dirinya diseret ke kamar teteh dengan kasar.

"Mampus anying siah Haden." Gerutunya sendiri.

"Kamu yang ngerusakin lightstick teteh kan???!"

Haden terpaku, kaget ditambah takut digeplak teteh sebenernya. Kalau ngaku Haden kena omel kalau gak ngaku juga tetep kenal omel, jadi sekarang dia harus jawab apa. Haden tidak tahu, dia hanya pasrah kepada Allah SWT yang sayang hamba-hamba Nya.

"YaAllah semoga Haden gak apa-apa."

"Haden jawab!"

Haden menatap wajah teteh ya dengan melas berdoa semoga teteh bisa luluh lihat wajah melasnya, "kesenggol teh."

"TAPI SUMPAH HADEN GAK SENGAJA ASLI SUER TAKEWER KEWER TEH!"

Tangan Haden sudah rapat membentuk salam sambil memohon ampun kepada teteh agar teteh terketuk hatinya biar gak hukum Haden yang berat-berat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Abisatya | Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang