10. Tawuran

204 26 0
                                    

HAPPY READING

•••••

“Matt, si Angkasa nyari ribut. Kayaknya dia masih nggak terima kalo kalah dari balap liar kemarin.” Axel membuka percakapan.

“Emang dia kenapa lagi?” tanya Malvin penasaran.

“Kemarin, si Kevin digebukin sama gengnya Angkasa,” kata Axel mulai bercerita.

“Kevin digebukin pasti ada alesannya.” Matteo menanggapi, Axel dengan cepat menggeleng. Tidak setuju dengan kalimat Matteo.

“Angkasa sama gengnya gebukin Kevin tanpa alesan, Matt. Lo tau sendiri Kevin tipikal orang yang kayak gimana,” kata Axel menjelaskan.

Javar mengangguk, menyetujui kalimat Axel. “Bener kata Axel, si Kevin bukan tipikal orang suka nyari keributan, Matt.”

“Dia sengaja Kevin jadi sasarannya, buat mancing lo,” sambung Jalar tiba-tiba yang datang dengan senampan berisikan 5 mangkuk bakso. “Gue denger dari temen-temennya, Kevin juga lagi dirawat.”

“Berarti Kevin lagi di rs?” tanya Matteo.

Jalar mengangguk, “Iya. Parah banget sih kalo sampe dirawat di rs.”

“Ntar kumpulin anak-anak, abis pulang sekolah suruh pada kumpul di warung Burjo,” kata Matteo pada akhirnya. Lagipula, sudah sangat lama Matteo tidak pernah memukul orang lagi.

Sontak jawabana Matteo membuat keempat sahabatnya berseru senang. “Nah gitu dong, Matt!” seru Javar bersorak senang. “Nggak mau tau, gue harus mukul Rafli,” gumamnya.

“Emang dia ngapain lo lagi?” tanya Malvin terkekeh.

“Karena dia udah berani nikung gue,” balas Javar.

“Tapi, kan, karena kejadian itu lo jadi tau kalo Shafa nggak baik.” Axel menyambung, sembari menyomot gorengan di meja.

Javar mengangguk setuju, dengan kalimat Axel. “Tapi, Rafli juga harus dikasih pelajaran. Shafa udah gue putusin, dan sekarang waktunya buat Rafli. Lagian gue belom ketemu dia sejak putus.”

Matteo menepuk-nepuk pelan bahu Javar, terkekeh. “Bener, gue dukung lo. Biar nggak tuman dia suka ngambil punya orang.”

“Vin, ntar pas anak-anak udah pada kumpul, langsung kasih tau aja intinya.”

“Lah, emang bukan lo yang ngasih tau ke mereka?”

“Takut nggak keburu, soalnya gue nganterin Ayana balik dulu, baru ke warung Burjo,” balas Matteo. “Tapi begitu dateng, ntar gue langsung ngasih tau arahannya,” lanjutnya yang diangguki Malvin.

“Bucin mah beda,” ejek Axel.

“Yang udah punya pacar mah, auranya beda,” sambung Jalar.

“Iri? Bilang boss,” seru Matteo menjulurkan lidahnya, mengejek.

•••••

“Mau langsung pulang, kan?” tanya Matteo pada Ayana. Saat ini, mereka sedang berada di parkiran sekolah, berniat untuk pulang.

“Mau nganterin gue dulu nggak?” tanya Ayana menaikkan sebelah alisnya.

“Ke mana?” Matteo menoleh ke arah Ayana, menatap pacarnya.

“Ke toko buku.”

“Beli novel?”

Ayana dengan cepat mengangguk, gadis itu tersenyum lebar, terlihat senang. Matteo hanya tidak bisa jika menolak, tapi siang ini, Matteo juga ada janjian untuk berkumpul dengan para teman-temannya di warung milik Bu Marjo, atau yang biasanya dikenal oleh murid-murid SMA 1 dengan sebutan warung Burjo.

MATTEO ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang