"Ayah, El ta-kut" suara bergetar dari seorang bocah SD dibawah pohon rindang menatap kosong air hujan didepannya.
"Adek, kamu sendirian? " Tanya wanita cantik didepannya.
Orang yang tadi di tanya menatap wanita tersebut dengan mata berkaca-kaca.
"Hei, kamu nunggu siapa? Ini udah sore. Hujan pula, dimana orang tua kamu?" Tanya wanita itu, karena tak dapat balasan dari anak kecil itu.
"El ga tau. El, tunggu Ayah jemput El. El takut" buka suara bocil tersebut.
"Ya Allah, kamu kasian banget. Keterlaluan banget Ayah kamu"
Bocah tersebut hanya terdiam sambil memeluk badan kecil nya.
Wanita yang sedari tadi memperhatikan anak ini turut perihatin. Melihat tubuh anak kecil itu kurus, baju yang tidak rapih. Padahal jika di lihat dari pakaian yang di pakai sudah jelas dari brand ternama. Tetapi kenapa seperti tidak terurus seperti ini. Pikir wanita itu."Nama kamu El?"
Anak yang di sapa El itu hanya menggangguk saja dengan tatapan polosnya.
"Kamu ganteng sekali sayang, mirip anak Tante. Oh iya kenalin. Nama Tante Kirana. Kamu boleh panggil Tante Ira" sebut Ira tersebut.
El hanya menatap wanita di depannya ini dengan tatapan polosnya, sambil menangangguk.
"El, sering disini?"
"Iya"
"El ke sini sama siapa?"
"Sama Nenek, nenek selalu ninggalin El disini"
"Setiap hari?"
El hanya menggangguk
"Nenek jemput lagi?"
El menggeleng kan kepala
"Trus, gimana kamu pulang nya sayang?"
"El jalan kaki ke rumah Tante"
'Ya Allah kejam sekali nenek ini' batin Ira
Ira terus memandangi wajah El, wajah yang mirip dengan seseorang. Seseorang yang sangat amat dia rindukan. Tapi semua iya tepis, ia tak boleh berlalut dalam masalah itu. Toh ia telah di fitnah dan di tuduh yang tidak pantas oleh orang itu. Biarlah.
..
" Ayah, tadi El dapet nilai seratus loh di sekolah" ucap El dengan rawut gembira di wajahnya. Sambil menyerahkan selembar kertas pada sang Ayah.
Tapi sang Ayah acuh tak acuh, lebih fokus pada laptop didepannya ini.El merasa di acuhkan pun tak tinggal diam, dia duduk di sebelah sang Ayah mencoba menarik lengan sang Ayah guna mengalihkan perhatian kepada nya.
Merasa ada yang menarik lengan nya, Raga-Ayah El. Menghempas kasar tangan El.
"KAMU TUH BISA DIEM GA?! JANGAN GANGGU AYAH. AYAH LAGI KERJA. BISA GA, SEHARI AJA JANGAN BANYAK OMONG?!" Teriak Raga geram karena merasa terganggu.
El yang mendapatkan bentakan tersebut hanya mendudukkan kepalanya dengan menggit bibir nya kuat guna menahan isakan. Ia tak mau Ayah nya mengatahui jika ia menangis, bisa nambah marah Ayah nya. Ini bukan hal pertama bagi El mendapatkan bentakan seperti ini. El selalu mendapatkan hal serupa jika ia ingin diperhatikan oleh sang Ayah. Ayahnya itu sosok dingin, cuek dan acuh. Tak pernah menanyakan keadaannya. Jangankan menanyakan keadaannya, meliriknya saja mungkin tidak pernah, ia sosok yang gila kerja, yang jarang sekali ada waktu di rumah. Ya, memang mereka hanya tinggal berdua, dengan para pembantu saja. Jangan tanya kemana Bunda El. El pun tidak tau, pernah El menanyakan sosok Bunda pada sang Ayah. Tapi amukan yang dia dapat.
El juga tidak di sukai oleh keluarga besar Ayahnya. Apalagi sang Nenek, dia selalu mengatakan El anak pembawa sial. El tidak mengerti apapun.
Hanya beberapa orang saja yang menganggap El ada, Tande Dira- adik dari Raga dan Bi Sumi- Art di rumah Raga. Hanya itu, bahkan Ayah nya pun acuh tak acuh terhadap nya.
Bayangan di masa lalu lah yang membuat El dingin seperti ini. El cape dengan hidup nya, tapi dia tidak boleh menyerah. Elrizo Altair Malik, pria tampan tinggi dan menawan. Dimata orang El itu dingin, irit bicara. Tapi El Mempunyai otak yang dibilang diatas rata2. Dia sering mengikuti olimpiade bahkan sampai tingkat internasional. Itu semua ia lakukan agar mendapatkan perhatian dari sang Ayah. Tapi itu semua percuma, Ayahnya tak pernah memandang dia. Tapi El tak pernah menyerah.