Di bangku sebuah taman, Bharata mulai membaca dengan lebih jeli naskah komik yang akan digambarnya. Sebuah tablet sudah digenggamnya untuk mulai membuat sketsa komik itu. Ia juga sudah mendapatkan jawaban yang cepat dari penulisnya tentang jenis karakter komik seperti apa yang diinginkan.
Menggambar ilustrasi seperti ini sudah menjadi hobi Bharata sejak kecil. Saat masih SMP, ia pernah menjuarai lomba menggambar nasional dan mengharumkan nama sekolahnya. Ketika lulus SMP dan pindah ke Australia mengikuti orangtuanya yang bekerja di sana, ia juga masih menggeluti hobinya itu.
Sekolah SMA dan kuliah di Australia membuatnya rindu kembali ke negara kampung halaman. Setelah lulus, ia memutuskan untuk kembali dan bekerja di sini. Beruntung, ia mendapatkan pekerjaan sebagai ilustrator di perusahaan situs kepenulisan yang tengah naik daun.
Baginya, pekerjaan apapun tak perlu melihat statusnya sebagai lulusan luar negeri. Ia cukup mendapatkan pekerjaan yang sesuai keahliannya, senang mengerjakannya, dan mencukupi kehidupannya. Maka, saat ada lowongan pekerjaan di Love Me Write, ia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan dan mencobanya. Keberuntungan pun berpihak padanya.
Di saat yang sama, adiknya Ayudi berhasil lolos audisi menjadi trainee grup berkonsep idol pertama dari sebuah agensi baru di sini dan mereka berdua pun kembali ke kampung halaman tempat mereka dilahirkan.
"Ini akan menjadi naskah komik yang luar biasa kalau aku yang mengerjakan," gumamnya sambil berkonsentrasi membuat sketsa komik itu.
Sedang begitu, dari kejauhan seseorang menatapnya ragu-ragu tapi terlihat panik. Sebab melihatnya dari belakang, orang itu beberapa kali merunduk dan menggerak-gerakkan kepalanya seolah memastikan sesuatu.
"Kayaknya bener deh!" ujar orang itu yang ternyata seorang perempuan. "Bener deh kayaknya!" katanya panik.
Ia menghentikan langkahnya dan menatap ke arah Bharata sambil berpikir keras. Matanya berpencar ke sekitar sampai berhenti ketika melihat sebuah kedai kopi yang berada tak jauh dari sana. Ia pun segera berlari ke kedai kopi itu.
Sementara Bharata masih terus mencoret-coret tabletnya, mendeskripsikan sedikit demi sedikit naskah yang ada di tangannya menjadi sebuah gambar. Ia mengawali dengan menggambar seorang tokoh perempuan yang tampak bersedih tengah berdiri mematung di depan sebuah rumah megah.
"Permisi..." tiba-tiba suara seorang perempuan terdengar dari sampingnya.
Bharata terhenyak dan langsung menoleh ke sumber suara. Seorang perempuan yang mendekap laptop dan menyoren tas di bahu kiri berdiri sambil tersenyum kepadanya. Di tangan kanannya membawa segelas kopi yang baru saja dibeli di kedai kopi tadi.
Bharata sangat ingat dengan gadis itu. Ia adalah orang yang menumpahkan kopinya di coffee shop tadi sebelum ia memilih duduk dan mulai mengerjakan pekerjaannya di sini.
"Maaf tadi saya nggak sengaja numpahin kopinya, sebagai gantinya, ini saya belikan kopi yang baru. Hmm.. saya nggak tahu kopi apa yang tadi Anda beli, tapi saya menggantinya dengan kopi espresso. Ini," ujar gadis itu sambil menyodorkan gelas kopi yang dibawanya.
Gadis itu rupanya Sachi. Meski ini bukan kebiasaannya, tapi melihat lelaki ini membuat Sachi merasa bersalah akibat perbuatannya tadi. Ia hanya ingin menebus rasa bersalahnya itu selagi orangnya masih bertemu dengannya.
"Tidak apa-apa, tidak usah. Saya sudah tidak mood minum kopi," Bharata menolaknya dengan ekspresi dingin.
Senyum di wajah Sachi tiba-tiba memudar. Apakah lelaki itu takut jika ia meracuni kopinya seperti kasus yang sudah-sudah?
"Kopi ini aman, saya tidak memberinya racun kok!" Sachi berusaha menjamin.
Bharata mengernyitkan dahi. Sebenarnya ia tidak sampai berpikir hingga ke sana, tetapi pernyataan Sachi membuatnya jadi curiga dan bertanya-tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Puzzle
General FictionSachi (Shin Ye Eun) bersahabat dengan Arthur (Jeong Jae Hyun) sejak SMA. Sampai kuliah, mereka terus bersama meskipun berbeda kesibukan. Sachi yang gemar menulis cerita dan memanfaatkan platform online agar ceritanya banyak dibaca orang, sedangkan...