🦋[4] 05-05

3 2 0
                                    

Ikhlas itu bohong. Yang benar itu, sudah terbiasa karena menjadi hal yang biasa.
~AKADM~







Ini adalah hari kelima di bulan Mei. Anna masih seperti biasa, menghindari kerumunan. Bagi Anna, untuk saat ini, sepertinya menyendiri lebih baik.

Anna bersiap-siap untuk pergi ke danau. Mungkin saja, ketika masih pagi, disana sangat sepi. "Mah, Anna berangkat," pamit Anna.

Tanpa berniat memakai mobil, Anna berjalan sendirian. Menghirup udara ibukota. Jalanan terlihat tidak terlalu padat seperti biasanya. Mungkin karena ini hari libur, dan kebanyakan masih tertidur.

Tempat itu sepi. Tak ada satu orangpun disana. Anna bersandar dibawah rindangnya pohon. Membuka sebuah novel yang menceritakan kisah cinta anak SMA. "Beruntung banget jadi mereka. Dicintai layaknya ratu," gumam Anna. Kembali meneruskan acara membacanya, Anna tak sadar jika seorang laki-laki sedari tadi membuntutinya.

Cyan perlahan duduk di dekat Anna. Namun gadis itu belum juga menyadari kehadiran Cyan. "Kayaknya suka banget baca novel," ucap Cyan, berhasil membuat Anna kaget.

"Ngapain Lo disini?!" ketus Anna.

Cyan tak menjawab pertanyaan Anna. Memalingkan pandangannya, untuk menatap danau. "Semesta selalu egois, ya. Dia selalu mementingkan tugasnya, daripada mengerti perasaan orangnya," tutur Cyan yang membuat Anna bingung.

"Maksudnya?"

Cyan tersenyum. Ternyata, Anna tertarik juga dengan obrolannya. "Gini, Lo benci sama keramaian di bulan Mei 'kan? Ahh, Lo benci ada yang ganggu Lo." Cyan menjeda kalimatnya.

Anna mengangguk. "Tapi, semesta pengen Lo gak kesepian , walaupun itu adalah hal yang Lo gak suka. Semesta selalu punya cara agar rencana dan tugasnya berhasil, apapun itu. Termasuk ngirim gue kesini. Dia gak peduli, Lo suka atau enggak. Yang penting, dia berhasil membuat Lo gak kesepian."

"Ngadi-ngadi. Lo bisa bicara sama semesta emang? Alesan Lo aja pengen ganggu Gue," jawab Anna ketus.

"Gue tadi lagi lari pagi, terus liat Lo. Gak ada niatan buat ngikutin Lo, tapi emang niat gue lari buat kesini." Ya, pagi tadi Cyan memutuskan untuk pergi ke danau. Pikirannya sedang butuh kesendirian.

Terjadi keheningan diantara keduanya. Sibuk dengan pikirannya masing-masing. Keduanya tak saling kenal dekat. Mereka hanya sebatas sama-sama murid Dwiwarna.

Sampai akhirnya Anna berkata, "Apa yang buat Lo masih bisa tersenyum." Seraya menunjukkan sebuah pesan di handphonenya.

Flashback on

Setelah selesai sahur, Cyan memutuskan untuk tidak tidur lagi. Ada perasaan tak enak dalam hatinya. Entah apa yang akan dia terima. "Jangan Overthinking, Cyan. Mungkin semesta sedang berbaik hati memberikan kejutan," ujarnya pada dirinya sendiri.

Tak lama setelah itu, dering telepon rumah berbunyi. Buru-buru Bi Surti mengangkatnya. "Hallo."

"Bi, Cyan nya ada?" tanya seseorang diseberang sana.

"Ada, Nyonya. Sebentar, Bibi panggilkan."

Cyan yang mendengarnya pun langsung bertanya, "siapa?"

"Nyonya," jawab Bi Surti seraya memberikan telepon nya.

"Ada apa Mah?"

Angel---ibunya Cyan, terdengar menghela napas. "Cyan, ada beberapa hal yang ingin mamah bicarakan."

"Keadaan Papa drop, Cyan. Tapi kamu jangan kesini. Selesaikan dulu urusan disana. Mama sudah telepon Kakak kamu untuk pulang segera ke Indonesia. Kamu disana sama Kakak yah, jangan khawatir. Mamah tau, kamu pasti selalu doa'in Papa. Dan Mamah tau, kita pasti bisa lewatin ini semua," papar Angel.

Antara Aku, April dan MeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang