🦋[5] 06-05

5 2 0
                                    

Jika bukan diri kita sendiri yang peduli, siapa lagi?
~AKADM~





Hari keenam, hari yang menjadi sejarah kenapa Anna membenci Mei. Anna menatap sendu Poto keluarga kecilnya. Disana nampak gadis kecil yang lucu, dengan rambut sebahunya, dan memakai bandu kelinci. Dia, Syanna alfiani, gadis yang saat itu masih berumur 4 tahun. Beralih menuju foto berikutnya, nampak Anna yang sedang memegang piala juara umum dikelasnya, itu adalah foto saat Anna kelas 5 SD. Beberapa bulan sebelum kejadian itu terjadi.

"Kalau saja, waktu itu Anna gak nyuruh Mamah beliin Anna eskrim, kalau saja waktu itu Anna gak nangis minta boneka, pasti Mamah sekarang masih ada di samping Anna," ujarnya seraya mengusap air yang ada di pelupuk matanya.

Kala itu, Anna duduk di kelas 6, sedang sibuk-sibuknya menyiapkan ujian. Karena orang tua Anna selalu memberikan hadiah jika Anna berhasil meraih sesuatu, maka hari itu Anna meminta boneka karena telah berhasil menjadi juara 1 puisi tingkat provinsi.

Kala itu, hujan sedang turun begitu deras, namun Anna terus merengek meminta boneka beruang. Sedangkan Ayah Anna masih bekerja, hanya ada ibunya dan Anita. Anna hanya ingin Aura--Ibunya Anna yang membelikannya. Dengan terpaksa, Aura pergi walaupun masih dengan derasnya hujan.

Sudah beberapa jam, Aura tak kunjung kembali. Kini Arlan--Ayahnya Anna, sudah pulang, namun Aura tak kunjung ada tanda-tanda kembali. Bahkan, handphonenya pun tidak bisa dihubungi.

"Coba aja, kamu gak minta boneka dulu, Anna!" geram Arlan.

Hingga telepon rumahnya berdering, menandakan ada telepon masuk. "Ini dengan keluarganya dari Ibu Aura Alfiani? Kami pihak rumah sakit memberi tahukan, bahwa Ibu Aura mengalami kecelakaan. Dan sekarang keadaannya kritis," papar seorang perawat diseberang sana.

Arlan dan Anna bergegas menuju rumah sakit. Namun sepertinya, yang kuasa lebih cepat mengambil Aura. Rumah sakit mengabarkan, bahwa Aura mengalami kecelakaan. Saat aura hendak menyeberang, ada sebuah mobil yang melaju kencang. Karena jalanan yang licin, sang pengendara kesulitan untuk mengendalikan mobilnya. Hingga akhirnya, Aura tertabrak dan terpental beberapa meter. Yang mengakibatkan kepalanya terpentur, dan alhasil Aura koma.

Dan sejak saat itu, Arlan selalu menyalahkan Anna atas kejadian ini. Dan melarang Anna untuk bahagia dibulan Mei. "Bisa-bisanya kamu bahagia disaat bulan dimana kamu membunuh ibu kamu!" Itulah kata-kata Arlan yang menjadi cambuk bagi Anna agar tidak merasakan bahagia dibulan Mei. Arlan memutuskan untuk pulang ke negerinya, Jerman. Dan meninggalkan Anna bersama Anita.

"Mah, bukan hanya Ayah yang melarang Anna untuk bahagia. Namun juga semesta. Apa ini hukuman bagi Anna dari Mamah?" Gadis itu terisak seraya memeluk foto keluarga kecilnya.

Tok tok tok

"Anna, ayo turun, Nak. Cyan udah nunggu tuh dibawah," ujar Anita.

Anna memutuskan untuk berangkat bersama Cyan. Karena Laras, yang biasanya menjemput Anna ada urusan mendadak.

"Iya, Mah." Anna pun bergegas turun untuk bersiap-siap.

Terlihat Cyan yang sudah bersandar di mobil kesayangannya seraya tersenyum hangat. "Gimana bukunya?" tanya Cyan.

Anna menjawab, "Baru baca beberapa lembar. Nanti gue baca lagi."

Cyan dan Anna pun bergegas menuju sekolah. Ini hari pertama ulangan kenaikan kelas. Mungkin tinggal beberapa hari lagi, sekolah akan diliburkan.

"Nanti bukber di rumah Gue, Lo ikut gak?" Ya, hari ini akan diadakan buka bersama di rumah Cyan. Dan mungkin  sekaligus dengan menyambut kepulangan Kakaknya.

"Kayaknya, lain kali aja deh, Yan. Hari ini gue mau ke rumah Mamah," jawab Anna seraya tersenyum terpaksa.

Cyan mengangguk. Raut wajah Anna sedang menyiratkan kesedihan. Entah apa yang telah terjadi dengan gadis ini, pikirnya.

Tidak terasa, mereka pun telah sampai di sekolah kesayangan mereka. Anna turun terlebih dahulu, dan melihat sudah banyak siswa yang berkerumun. Sepertinya, sedang menggosipkan sesuatu.

"Gatel, ya. Kemarin-kemarin sok-sokan nolak. Sekarang di deketin."

"Biasalah, drama aja sok sedih. Biar dikasihani."

Begitulah desas-desus beberapa siswa yang sedang berkerumun itu. Cyan memperhatikan raut wajah Anna yang sedang mencoba menahan emosi. "Udah jangan didengerin. Cobalah jadi diri Lo sendiri. Cobalah," ujar Cyan seraya tersenyum.

Anna menarik napas dalam-dalam. Sepertinya, mencoba kembali pada jati diri yang sebenarnya, tidak ada salahnya. Anna tersenyum lebar seraya memasuki kelasnya. Meninggalkan Cyan yang masih menatapnya. "Semoga semesta kali ini berpihak pada dia."

"Hallo guys!" teriak Anna saat memasuki kelas.

Keempat temannya menganga tak percaya. Mengerjap-ngerjap matanya, semoga apa yang dilihatnya itu bukan mimpi.

"Anna?" tanya Sarah meyakinkan jika itu benar-benar Anna temannya.

"Semalem kalian ngapalin apa aja?" tanya Anna seraya duduk di samping Laras yang masih melongo dengan mulut yang sedikit terbuka.

Anton menepuk pundak Zidan, menyandarkan mereka akan kembalinya Anna. "Alhamdulillah, akhirnya," ujar Zidan.

Anna menatap kelima temannya bergantian. "Kalian kemana? Aneh ya, Gue baik lagi?"

Serentak semuanya menjawab, "Enggak! Kita sangat suka." Seraya berhamburan memeluk Anna.

"Kita semuanya seneng, Na. Lo mencoba berdamai dengan diri, Lo. Gue harap, Lo bertahan kayaknya gini selamanya," papar Laras.

Anton mengangguk. "Bentar lagi, Allen pulang. Pasti dia juga bakal bahagia," tuturnya.

Semoga saja, ini bukan awal dari kesedihan berkepanjangan.

****

Sepulang sekolah, Anna langsung pergi ke tempat peristirahatan terakhir ibunya. Memeluk bunga mawar kesukaan Aura. "Mah, Anna datang. Mamah masih benci Anna?" Seraya mengusap batu nisan di depannya.

Anna meletakkan bunga yang dibawanya. Dan bercerita akan keluh kesahnya selama ini. "Gimana, Mamah masih benci Anna? Setelah 5 tahun Anna berjuang untuk menemui Mamah, tapi selalu gagal." Langit mulai menunjukkan cahaya jingga nya, Anna masih menatap sendu kearah gundukan tanah itu. "Anna pulang, ya, Mah. Anna sedang berjuang berdamai. Mamah jangan terus-terusan hukum Anna. Anna pamit," pamitnya seraya melambaikan tangannya.

Hari ini begitu bermakna bagi Anna. Semoga selalu seperti ini kedepannya.

Anna memeluk erat buku yang Cyan belikan. Tersenyum penuh makna. "Ayo jadi diri sendiri lagi."




🦋🦋🦋🦋
Hewo, annyeong yeoreobun 🍃
Semoga selalu sehat. Dan terus baca AKADM ya😘❤️ see you

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Antara Aku, April dan MeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang