1 - Asphyxiate

2.1K 135 21
                                    

Asphyxiate

Fear is an acid which is pumped into one's atmosphere. It causes mental, moral and spiritual asphyxiation, and sometimes death; death to energy and all growth.
-
-
-

-
-

"Taufan!" aku menolehkan kepalaku kebelakang dan melihat lelaki bermanik merah kejinggaan yg meneriakkan namaku sembari melambaikan tangannya keudara.

Kedatangannya membuatku sedikit terusik karena telah membuyarkan lamunanku tapi mana mungkin aku marah karena hal sepele seperti itu kan?
"Blaze? Apa yg kau lakukan disini?"

"Tadinya aku ingin mengajakmu bermain bola, lalu kata Gempa kau ada dibukit belakang sekolah, dan seharusnya aku yg bertanya. Apa yg kau lakukan disini?"

Baiklah sudah kuduga dia malah bertanya balik, untung saja aku ini ahli dalam berbohong ya kan? Terkadang berbohong juga diperlukan ketika kau tidak ingin menyusahkan orang lain.

Sambil menunjukkan senyuman khas milikku, aku menjawab pertanyaannya dengan santai "kau tau? Aku sudah sering datang kemari, disini itu sangat menenangkan dan nyaman.." jawabku lalu merebahkan tubuhku direrumputan.

Aku mendengar jejak kaki Blaze yg mendekat kearahku, aku mendongakan kepalaku agar dapat melihat wajahnya. Raut wajahnya menatapku keheranan. "Ada apa?" tanyaku

"Kau...tidak sepertinya kau seperti ini, apa ada sesuatu yg mengusikmu?"
Oke kali ini aku terkejut dengan kalimat yg Blaze keluarkan, apa topeng yg kugunakan sudah mulai melemah? Mungkin saja karena sudah 3 bulan aku menggunakannya

3 bulan? Iya cukup lama bagiku, tapi siapa sangka bahwa mereka semua benar benar terjerumus dengan topengku ini. Sebuah 'kesuksesan besar' banggaku terhadap diriku sendiri.

"Apa maksudmu?" tanyaku kembali.
Blaze mengriyipkan matanya tak senang akan kalimat yg kulontarkan.
"Kau tak berpikir hal hal aneh kan Taufan?"

Pft pertanyaan konyol seperti apa itu? Tak bisa menahan tawa, suara tawaan kecil keluar dari mulutku. "Hm? Kau pikir aku akan melompat dari bukit ini?" Sahutku dengan cekikikan kecil.

"Hey! Itu tidak lucu!" baiklah aku sudah mulai melihat raut wajah Blaze yg ketakutan dengan candaanku tadi, candaan? Bukan, tapi rencana.

Tak ingin melihat raut wajahnya yg sedih aku pun harus meminta maaf kepada dirinya. "Janganlah sedih, aku hanya bercanda, tak mungkin kan aku meninggalkan kalian semudah itu" Godaku atau aktingku, harap harap raut wajah sedihnya itu lenyap. Aku benar² tidak suka ketika melihat orang lain menatap sedih kearahku.

"Aku kesini karena ini tempat yg nyaman untuk berpikir" ujarku memecahkan keheningan yg berlangsung selama 8 menit.

"Apa yg kau pikirkan?"























"Sesuatu, yg sangat menyenangkan"

06.23 PM

Aku melihat semua anggota keluargaku melakukan kegiatannya masing-masing; Ochobot yg memijat kaki Tok Aba, Gempa yg tengah menyiapkan hidangan makan malam, Halilintar yg tengah membaca novelnya, Ice yg tengah merebahkan dirinya di sofa, Thorn yg tengah bermain dengan tanamannya, dan Solar yg tengah memainkan hpnya.

Tunggu..dimana Blaze? Seperti membaca pikiranku saja, Gempa tiba-tiba menyuruhku untuk memanggilkan Blaze yg berada dikamarnya karena makan malam yg sudah hampir siap.
Aku pun menuruti saja permintaan Gempa, lagipun tak ada kegiatan yg kulakukan.

Random oneshots -TaufanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang