Tak terasa hampir 1 minggu berlalu, tugas maupun praktik sudah menjadi makanan sehari-hari. Bahkan deadline sudah menjelma menjadi support system yang selalu setia menemani dan menghantui tiap jam nya. Sekedar informasi, mari kita membahas bagaimana Shery dan teman-temannya bersekolah. Sekolah ini sekolah menengah kejuruan yang berarti 80% lebih penuh dengan praktik bernama SMK Negeri 1 Tirtareksi.
Menurut berbagai macam berita yang beredar, sekolah ini adalah sekolah terluas ke 2 dari seluruh sekolah yang ada di kota tersebut. Dan memang benar. Jarak menuju kantin dari kelas G3 itu saja hampir sekitar lebih dari 100 meter. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya berjalan terutama orang yang malas gerak alias mager kayak Shery.
Tapi bersyukur ada 2 posko kantin yaitu didepan dan dibelakang dekat dengan lapangan sekolah jadi kalau semisal lagi malas untuk berjalan lebih jauh selalu pergi saja ke belakang.Karena ini adalah sekolah menengah kejuruan, maka akan ada 2 kelas yang berbeda yaitu kelas normatif dan kelas produktif. Simpel nya sih, kelas normatif adalah kelas dimana semua mata pelajaran nya bersifat yang akan diujikan nanti di ujian akhir berbasis nasional.
Sementara kelas produktif ini adalah kelas praktek dimana isinya full dengan pelajaran sesuai dengan jurusan. Shery dan kawan-kawan berada di jurusan Software Engineering dimana jurusan ini mengajarkan mengenai cara membuat suatu perangkat lunak alias software yang tentu saja menggunakan laptop.
Lalu bagaimana dengan pembagian pelajarannya? Dibagi menjadi seminggu. Seminggu full dengan kelas normatif dan seminggu kemudian kelas produktif. Maka dipastikan benar-benar banyak tugas dan kerja kelompok setiap harinya. Belum lagi kalau ada event-event sekolah yang mengharuskan untuk ikut tiap kelas, maka double juga mikir membagi waktunya.
Karena ada dua kelas yang berbeda, tentu saja kelas nya pun juga berbeda. Ada 3 ruangan tiap kelas, yaitu kelas untuk normatif, kelas untuk produktif teori, dan lab untuk produktif praktek. Awal pertama kali masuk, wajar saja semua siswa baru dibuat bingung oleh sistem kelas yang sangat berbeda dari sekolah menengah pertama.
Untung saja tidak jadi setiap ganti pelajaran ganti kelas sesuai gurunya, karena Shery dengar sebelum dia masuk kesana akan dibuat sistem kelas yang lebih rumit sebelumnya dan tentu saja lebih capek. Sekian dari informasi mengenai sekolah, mari kita fokus kembali ke jalan cerita utama.
Ting Tong Ting Tong Ting Tong
"Atas nama Sadie Rivka dari kelas tingkat satu SE 2 harap segera menuju Ruang TU. Diulangi, Atas nama Sadie Rivka dari kelas tingkat satu SE 2 harap segera menuju Ruang TU. Terimakasih."
Ting Tong Ting Tong Ting Tong
Mendengar pengumuman itu, kursi sebelah Shery berderit menandakan si empu yang menduduki tengah berdiri hendak meninggalkan kursi. Iya, Sadie duduk bersebelahan dengan Shery. "Izin, Bu. Saya dipanggil menuju ke Ruang TU." kata Sadie yang sekarang sedang berada di depan meja guru dengan membawa sebuah map berisikan berkas yang Shery tidak tahu itu untuk apa.
Setelah melihat anggukan dari guru yang sedang mengajar, Sadie dengan segera beranjak keluar kelas sambil menoleh ke Shery menggunakan isyarat tubuh bahwa dia titip catatan selama ia keluar. Shery hanya menunjukkan jempolnya saja kemudian lanjut menulis apa yang dituliskan oleh sekretaris kelasnya di papan tulis.
"Eh, kenapa Sadie tiba-tiba dipanggil di TU?" tanya seseorang yang tiba-tiba pindah di bangku Sadie. "Ah, dia tadi pagi cerita katanya dia diikutkan semacam lomba nasional pendidikan mewakili sekolah gitu. Kayak kalau punya prestasi yang tahap nya sampai provinsi nanti di bawa ke lomba itu untuk dilombakan dengan prestasi lainnya. Tapi aku juga kurang tau sih, Wyne." jelas Shery.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berwarna.
Teen FictionShery Laveka, seorang remaja perempuan yang sedang mencari warna nya untuk memberi kontras pada hitam abu-abu miliknya. Bertemu dengan warna nya mengajarkan rasa yang aneh merelung di jiwanya. Bahagia, sedih, marah, kecewa, sakit, segalanya. Membuat...