Lemari Yang Terbuka

2.3K 284 3
                                    

Kriet!
Kriet!

Dalam keadaan setengah sadar, aku mendengar suara itu. Rasanya ingin dihiraukan saja, tapi tidak bisa. Suara itu terus mengganggu.

Kubuka mata perlahan. Dalam gelap, melihat pintu lemari bergerak maju-mundur dengan sendirinya.

Spontan kembali kututup mata. Lalu menutup telinga dengan bantal, sambil terus berkata dalam hati.

"Jangan ganggu! Aku mau tidur."

Tak lama suara itu pun menghilang, sehingga aku sudah bisa tidur dengan tenang.

Dalam tidur, kembali bermimpi. Mimpi ini di mulai dengan aku yang berdiri di pinggir jalan, melihat mobil lalu-lalang.

Dari kejauhan, kulihat ada sebuah mobil minibus yang melaju kencang. Gerakan mobilnya sedikit aneh, oleng ke kanan dan kiri. Mobilnya terus melaju, mengarah ke bagian belakang kontainer yang sedang diam di bahu jalan.

DUAG!

Suara benturannya keras sekali. Bagian depan minibus sudah ringsek tak berbentuk. Terlihat sebuah tangan menjulur ke luar, dari kaca samping mobil yang pecah. Tangannya masih bergerak-gerak, seperti meminta pertolongan.

DUAR!

Ada suara ledakan. Mobil minibus itu tiba-tiba terbakar. Tangan itu pun menghilang.  Tenggelam dalam kobaran api yang semakin membesar.

Tiba-tiba dari kejauhan ... kulihat ada seseorang ke luar dari kobaran api. Seluruh tubuhnya hangus, nyaris seperti arang.

Dengan langkah kaku, dia berjalan mendekatiku. Entah kenapa, pada saat itu aku tidak bisa berpindah tempat. Hanya diam saja menatap sosok menyeramkan itu yang semakin dekat.

Hua!

Aku pun terbangun, lalu melihat pintu lemari sudah terbuka lebar. Kuambil ponsel dan melihat jam. Ternyata sudah pukul lima pagi.

Aku bangkit, berjalan ke arah kamar mandi, melewati lemari dan menutup pintunya rapat-rapat. Lalu buang air kecil dan mengambil wudhu di wastafel. Setelah sholat subuh, langsung pergi ke luar kamar.

Pintu kamar ibu sedikit terbuka. Kuintip ke dalam, ternyata ibu baru selesai sholat subuh. Terlihat masih menggunakan mukena.

"Bu," sapaku mengagetkan ibu.

"Apa, Dan?"

Aku masuk ke dalam kamar, ternyata Amir sudah tidak ada.

"Si Amir ke mana?" tanyaku.

"Tadi sih bilangnya mau ke bawah," balas Ibu.

"Oh, aku susul ke bawah juga deh."

Aku pergi ke lobi hotel. Kulihat Amir sedang duduk di dekat kolam renang.

"Mir," panggilku.

"Apa, Kak?"

"Hantu yang di lemari itu cowok ya?" tanyaku.

"Udah ketemu? Kasian, Kan?"

"Huuh, dimimpiin dia semalem, terus ada satu lagi yang niruin Akbar."

"Hah?" Amir terlihat kaget. Kemudian menatapku tajam.

"Hmm ... Genderuwo," ucapnya

"Nah loh, genderuwo dari mana yang iseng masuk kamar."

"Gak tau dah, Kak! Namanya juga hotel, pasti banyak ruangan kosong. Mungkin dia cuman mampir sebentar."

Amir mengajakku ke luar hotel, tujuannya untuk mencari sarapan. Ada gerobak soto ayam di depan hotel, cocok dengan udara Bandung yang dingin di pagi hari. Kami pun mengobrol tentang kejadian kemarin, sambil duduk di bangku kayu. Menunggu pesanan selesai.

Amir bilang, kalau Kuntilanak Merah yang mengikutiku itu lebih kuat daripada yang pernah aku pegang wajahnya. Dia berasal dari sebuah pohon di dekat rest area KM 97. Tidak hanya satu, di sana ada lebih dari lima Kuntilanak Merah.

Pemimpinnya itu yang mengikutiku sampai ke hotel. Alasannya karena aku tidak sengaja melihatnya di jalan tol. Sungguh alasan yang aneh. Padahal melihatnya pun tidak jelas.

*

Pesanan pun sudah tersedia di meja kayu. Kami pun mulai makan.

"Itulah, Kak. Kenapa Amir pas pulang pergi Karawang-Bandung malem-malem, gak pernah mau buka mata batin," ucap Amir sambil memasukan dua sendok sambal ke soto ayamnya.

"Kenapa," balasku.

"Terlalu banyak hantu lalu-lalang. Ada yang nangis lah. Ada yang jerit-jerit minta tolong. Kadang-kadang nih, ada yang ngikut juga karena dia tau kalau Amir bisa ngeliat."

"Terus kalau ngikut gimana?" tanyaku.

"Ya, aku usir," balasnya.

"Pernah juga pas tengah malem pulang lewat Tol Cipularang sama temen-temen. Amir ngeliat banyak orang tergeletak di tengah jalan. Di deket bus yang terguling gitu. Kondisinya kasian-kasian, ada yang kejepit badan bus, kepalanya pecah dan lain-lain," ucap Amir.

"Amir pikir ada kecelakaan. Soalnya ada Ambulan lewat dari arah berlawanan. Eh ... pas besok paginya Amir cek berita. Ternyata gak ada kecelakaan apa-apa," sambungnya.

"Makanya, Kak. Nanti, pas pulang dari sini, mending kakak tidur aja. Soalnya, Kan. Kondisi kakak lagi kurang sehat, terus jadi lebih sensitif. Daripada gak sengaja liat yang aneh-aneh terus ngikut sampe rumah. Ya, mending dipaksa tidur," pesan Amir.

"Iya mending gitu sih," balasku.

Selesai sarapan, kami pun kembali ke hotel dan bergegas mandi. Setelah mandi, aku langsung merapikan pakaian. Akbar bilang, pagi ini dia akan mengajak jalan-jalan ke daerah Lembang, sekaligus 'check out' dari hotel.

Semua sudah rapih, aku memastikan tidak ada barang yang tertinggal. Lalu, pergi duluan bersama Amir ke lobi hotel.

"Di kolam renang ini kalau malem rame, Kak," ucap Amir sambil menatap pintu kaca yang mengarah ke kolam renang.

"Dingin-dingin renang, gak ada kerjaan amat."

"Bukan orang maksudnya ... Kuntilanak."

"Kalau jam segini mereka ke mana?" tanyaku sambil meminum segelas teh hangat yang disajikan staf hotel.

"Masuk ke kamar-kamar yang kosong."

Ibu dan Akbar sudah turun ke lobi, langsung berjalan ke resepsionis, untuk mengurus 'check out' dari hotel.

Ke luar dari hotel, Akbar langsung tancap gas menuju sebuah Restoran dengan konsep alam bebas di daerah Lembang. Kami duduk di gajebo, ditemani suara aliran sungai yang jernih. Setelah itu, Akbar mengajak kami berkeliling kota Bandung, sekalian mencari oleh-oleh.

Sehabis sholat Magrib, kami pun pulang ke rumah. Amir sudah menurunkan senderan joknya, bersiap-siap tidur. Aku memikirkan kata-kata Amir tadi pagi dan memilih untuk tidur.

Tidak terasa, mobil sudah sampai di tol Cikampek.

"Parah banget sih, pada tidur semua," protes Akbar ketika melihatku bangun.

Aku pun hanya bisa tersenyum tipis sambil menggaruk-garuk kepala.

"Percuma juga bangun, lu aja gak bisa diajak ngobrol pas lagi nyetir," batinku.

BERSAMBUNG

Kuntilanak Merah Tol CipularangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang