Chapter 8

2K 88 12
                                    

Sesampainya di sekolah, Maura segera mencari keberadaan Arka untuk meminta penjelasan. Saat sedang mencari keberadaan Arka Maura bertemu dengan Aline. Aline sendiri cukup terkejut melihat keberadaan Maura disini karena ia pikir hari ini Maura tidak masuk sekolah, saat Aline menelfon tetapi ponsel Maura tidak bisa di hubungi.

"Untung aku bertemu denganmu Lin. Aku sedang mencari Arka, apa kau bertemu dengannya?" Aline mengenyit heran melihat wajah gelisah dan tak sabar Maura.

"Oke, tenang kan dirimu. Aku tadi melihat dia di belakang sekolah dan.." sebelum menyelesaikan kalimatnya Maura terlebih dahulu memotongnya.

"Aku pergi dulu." Maura segera pergi meninggalkan Aline yang bertanya tanya kenapa dengan sahabat nya itu. Sedangkan Maura melangkah dengan lebar karena ia tak ada waktu lagi karena Papi nya mungkin bisa saja menemukan nya sebelum ia mengetahui semua nya. Sesampainya di sana ia melihat Arka yang sedang duduk bersama Tiara, tak banyak kata ia segera mendekati mereka berdua.

"Arka, bisa kita bicara?" tiba tiba saja Maura berkata membuat kedua orang itu cukup terkejut tetapi Arka seketika tersenyum miring melihat siapa yang datang."Aku ingin bertanya kenapa kau menuduh Papiku melakukan semua itu?"

"Aku tidak menuduhnya Maura, tetapi memang itu kenyataan nya." sahut Arka dengan mata dingin nya."Kau tidak tahu Papi mu bisa melakukan apapun untuk mencapai keinginan nya meski dengan cara kotor sekalipun."

Maura tak terima mendengar tuduhan Arka meski ia mencintai pria itu tetapi bukan berarti ia langsung percaya dengan semua ucapan Arka kepada Papi nya. Ia tahu Papi nya tidak mungkin berbuat hal mengerikan itu.

"Apa kau ada bukti nya? Mungkin Papi ku menginginkan tanah kalian tetapi untuk kebakaran itu aku yakin Papi ku tidak terlibat. Itu kecelakaan Arka." Arka menatap sinis Maura yang masih tak percaya bahwa Papinya dalang dari semua ini.

"Sayangnya aku tidak ada bukti karena bukti itu sudah menghilang sebelum aku memberikan polisi, Papi mu pasti yang menghancurkan semua bukti itu." Arka mengeram membuat Maura menatap Arka dengan sorot mata sedihnya.

"Ra, percayalah kepada kami bahwa ini semua perbuatan Papi mu. Dia tidak sebaik yang kau pikir, mungkin dia baik kepada kau dan Mami mu tetapi kepada orang lain dia bisa berbuat hal yang mengerikan." Tiara membuka suara nya. Maura mendelik tajam kearah Tiara yang entah kenapa membuatnya kesal.

"Kau yang tidak tahu Papi ku! Dia orang baik dan tidak akan melakukan hal keji itu!" bentak Maura membuat Tiara terkejut mendengar bentakan Maura.

"Tentu saja sayang, Papi tidak mungkin melakukan itu." tiba tiba saja sebuah suara berhasil membuat mereka bertiga menoleh. Di Sana mereka melihat Tommy berjalan kearah mereka dengan intimidasi nya."Jangan mendengarkan tuduhan tak masuk akal dari mereka sayang. Mereka hanya iri kepada kita karena mereka tidak seberuntung kita menjadi orang kaya."

Arka mengepalkan tangan nya sampai kuku nya memutih mendengar cemoohan dari Tommy, rasa nya ia ingin menarik Tommy dan menghajarnya seperti tempo hari tetapi ia masih waras tidak melakukan itu di sekolah. Tommy menatap kearah Arka dengan pandangan mencemooh.

"Papi.. Kenapa Papi ada..." sebelum melanjutkan kalimatnya Tommy terlebih dahulu memberikan tanda untuk diam. Tommy menatap Arka yang dengan tatapan tak bisa di artikan.

"Hentikan mempengaruhi putriku itu tidak akan bisa. Kau ingin uang berapa? Aku akan memberikan kepada kalian tetapi hentikan omong kosong ini. Orang seperti kalian pasti mengincar uang bukan? Jadi aku akan berikan, sebutkan berapa dan aku akan memberikan nya." jelas Tommy membuat rahang Arka mengeras.

"Aku tidak butuh uang kotor mu!" desis Arka hampir meledak tetapi Tiara menggenggam tangan Arka dan mencoba menahan kemarahan dari pria itu."Kau begitu bangga memiliki uang tetapi kau tidak memiliki hati! Tega nya kau membakar rumah kami dengan kejinya!" teriak Arka dengan mata memerah.

Yang TerdalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang