Chapter 5

1.4K 208 7
                                    

Selamat membaca...
.
.
.
.
Senja menemani rombongan pasukan pengintai menyusuri jalanan kota, hujatan dan cemooh penduduk yang menyaksikan iring-iringan mereka kembali menyapa telinga. Ah, sudah biasa. Lagi-lagi seperti itu, setiap kali kembali dari ekspedisi keluar dinding, bisik cemooh lah yang menyambut mereka.

"Sepertinya penduduk disini tidak menyukai kalian ya?." Shino bertanya, akhirnya dia membuka mulut.

"Aa, sepertinya memang begitu." Jean menjawab singkat. Ekspresinya datar, dia juga tidak suka melihat reaksi warga yang seperti itu, seolah menganggap pasukan pengintai tidak berguna.

Disamping Shino, Naruto menggeram kesal. Sebenernya dia juga belum terlalu paham apa tujuan ekspedisi keluar dinding itu, Armin tadi hanya menjelaskan singkat saja, tapi demi melihat pasukan pengintai yang berani berhadapan dengan para Titan, rela mempertaruhkan nyawa mereka, berarti ekspedisi itu sangat penting. Seharusnya pasukan pengintai mendapatkan sambutan yang layak. Cih.

"Apa selalu seperti ini?." Sakura memberikan diri bertanya. Wajah Mikasa sejak tadi datar, membuat Sakura sedikit canggung.

"Entahlah. Aku dan beberapa temanku adalah anggota baru, ini ekspedisi pertama kami."

Mikasa hanya menjawab singkat, sejak tadi dia tidak peduli sama sekali pada cemoohan penduduk. Hanya Eren yang ada di kepalanya. Karena dia berkuda tepat dibelakang Erwin dan Levi, dia jadi tidak bisa melihat Eren yang terbaring di gerobak di barisan belakang.

Rombongan pasukan terus menyusuri jalanan kota dengan santai. Sejak memasuki gerbang tadi, beberapa keluarga prajurit mendekati Levi dan Erwin, bertanya mengenai keluarga mereka. Levi dan Erwin lebih banyak diam, lagi pula tidak ada yang bisa mereka jelaskan. Dan itu sudah cukup menjadi penjelasan bagi keluarga prajurit itu, mereka sudah mengerti maksud diamnya Levi dan Erwin.

Tidak lama kemudian akhirnya mereka sampai. Gerbang markas dibuka lebar, setelah beberapa pengumuman dari Erwin, sebagian prajurit langsung menuju kandang kuda, mengistirahatkan kuda-kuda mereka. Sebagian lagi bergegas menuju rumah sakit, memeriksakan luka. Sisanya kembali ke kamar masing-masing, mereka sungguh perlu istirahat.

Naruto, Sakura, dan Shino diminta menunggu di suatu ruangan. Ruangan itu kosong, hanya ada satu meja panjang dengan beberapa kursi, sepertinya itu ruang rapat atau sejenisnya. Pintunya dijaga beberapa prajurit. Salah satu penjaga bilang Erwin dan Levi akan langsung menemui mereka setelah menyelesaikan beberapa urusan.

Naruto tidak banyak protes, dia cukup memahami situasinya, tapi Sakura sempat protes tidak setuju, dia ninja medis, punya kemampuan untuk mengobati yang terluka. Sebagai ninja medis, tentu saja refleks keinginan untuk mengobati selalu muncul saat melihat yang terluka. Tapi lagi-lagi Shino melarang, dia bilang saat ini prioritas mereka adalah mendapat kepercayaan, setidaknya dari pasukan pengintai. Akhirnya Sakura dengan berat hati setuju.

Kruyukk

Shino dan Sakura menatap Naruto. Jelas sekali itu suara perutnya, Naruto hanya tersenyum malu.

"Kalau dipikir-pikir, dari pagi kita memang belum makan apapun. Karena terburu-buru demi menghindari Otsutsuki itu, kita bahkan tidak sempat sarapan. Dan sekarang sudah menjelang malam."

Shino berkomentar, dia baru ingat mereka sama sekali belum menyentuh makanan dari pagi.

"Jaa, kalo begitu aku akan bertanya pada prajurit yang berjaga, siapa tau mereka punya makanan."

Sakura bangkit dari duduknya, membuka pintu dan bertanya pada prajurit di depan pintu. Prajurit itu mengangguk mengerti, dua dari mereka bergegas ke dapur untuk membawa makanan.

Meski mereka bertiga ditahan di sebuah ruangan, sebelum pergi Erwin meminta agar para prajurit yang bertugas berjaga di depan pintu memperlakukan mereka dengan baik. Erwin juga berpesan jika para Shinobi itu perlu sesuatu agar mengatakannya pada prajurit yang berjaga.

ANOMALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang