8. Bocah

36 11 24
                                    

[ istilah-istilah game bakal ada di bagian awal, jadi untuk gak paham gak masalah, hihi. happy reading ! ]

sorry for typo(s)

(´ . .̫ . ')



“Teteh, alangkah baiknya jika anda tidak mengganggu AING KETIKA MAIN GAME! ANYING KAN MATI!” Nada bicara Niki yang semula santai jadi naik setelah Jihan nggak berhenti buat tendangin kakinya.

“Dipanggil Bunda, untung gak teteh banting tuh hape.”

“Ya, kan ini game online, gak bisa dipause atuh,” gerutunya sambil kembali fokus ke ponsel.

“Our base is under attack.”

“Burung dara burung pipit!” teriak Niki tiba-tiba.

“DEFEAT!” sambung Jihan dari dapur, “durkaha sama bunda ya gitu emang jadinya.”

“Aelah, masih pagi udah lose streak aja. Kenapa, Bun?” Dilemparnya dengan lembut ponsel itu ke sofa.

“Tolong beliin bumbu ke warung depan tuh.” Ternyata sang bunda lagi masak daritadi. Kenapa nggak nyuruh Jihan aja? Dia udah bantuin bunda di dapur daritadi, jadi bagi-bagi tugas ceritanya.

“Oke.” Setelah ngambil uang dan catatan belanjaan, Niki langsung beranjak pergi.

Kadang, kalau lagi melamun sendiri Jihan suka tiba-tiba bersyukur. Termasuk bersyukur karena ada Niki adalah saudara kandungnya.

Dia memang bukan adik yang benar-benar nurut dan patuh sama kakak. Tapi bisa dibilang Niki ini selalu bisa ada kapan aja dimana aja. Walau masih kelas 2 SMP, anak ini dewasa banget.

Pernah suatu hari Jihan mengeluh karena cowok online yang dikenalnya di Telegram. Niki bersikeras untuk membuat Jihan jauh dari cowok ini. Pasalnya, kakaknya ini suka sama si Tara. Tapi sikap Tara terlihat kayak bosan ngobrol sama Jihan.

“Teh, udah lah. Lo kan cantik, cari cowok yang lain banyak, ngapain sama dia?” katanya kala itu.

Jihan menatap langit-langit rumah, kakinya ia sandarkan ke punggung Niki yang sibuk dengan game di ponselnya.

“Emang kamu kalo jadi dia, bakal bosen gak dichat gitu sama cewek?”

“Nggak, sih. Tapi kan orang beda-beda. Udah intinya gak usah dilanjut.”

Mulai saat itu Jihan baru sadar, bahwa adiknya sudah mulai beranjak dewasa. Sudah paham masalah hati. Walau dia kelihatannya nggak pernah pacaran dan bodoamat banget soal cinta. Kepeduliannya terhadap kakak perempuannya ini kadang bikin iri orang-orang.

Ngomong-ngomong soal hati, pernah juga Jihan bertanya, “Kamu ada cewek yang disuka gak di kelas?”

“Ada,” jawabnya singkat. Saat itu tengah bersantai bersama di teras rumah.

“Terus?” Jihan bertanya lagi.

“Apa?”

“Kamu bilang ke dia?”

“Bilang.”

Jihan kaget. “Terus? respon dia gimana?”

Niki mengangkat bahunya santai, “Dia bilang; ‘Aku juga suka kamu, tapi aku gak boleh pacaran sama Mama.’ terus Niki jawab, ‘Aku juga gak mau pacaran, cuma bilang aja.’”

Seakan mendengar cerita sejarah yang baru didengarnya Jihan terlihat kagum dan penasaran apa yang terjadi selanjutnya.

“Terus dia juga bilang kalau katanya kita temenan aja. Niki setuju, sampe sekarang masih temenan.”

blue jeans | jisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang