11. Raffa dan Janjinya

39 10 14
                                    

sorry for typo(s). happy reading!

(。ノω\。)

“Kelas 11 MIPA 1 jangan dulu pulang, inget. kita latihan persiapan upacara untuk Senin nanti.”

Siang ini keadaan kelas gerah banget. Matahari tepat di atas kepala posisinya. Deritan kursi dan meja yang sedang dirapikan terdengar ramai. Sahutan yang terdengar malas menjawab perintah ketua kelas. Beberapa dari mereka bahkan banyak yang diam-diam kabur, tapi ditahan sama anak-anak perempuan. Beberapa lagi sibuk foto-foto di jendela kelas.

“Aduh.. lemes gue lemes. EH LO JIHAN, JANGAN SALAH KAIT TALINYA YA!” Matanya melotot, dikit lagi keluar kayaknya.

Miya rasanya menyesal mengajukan diri menjadi pengibar bendera. Awalnya dia pikir itu bakal seru. Tapi, belum juga mulai latihan udah kayak cacing kepanasan gini.

Jihan yang sudah malas banget latihan hanya memberi kode “oke.” aja pakai ibu jarinya. Perutnya terasa kosong banget. Padahal tadi sewaktu beresin buku, cewek ini udah berangan-angan sampai rumah makan cumi tumis buatan Bunda. Tapi aman, udah diganjel sama roti koperasi tadi. Walau nggak enak-enak banget, Lumayan, lah, daripada pingsan.

Sambil menunggu yang lain siap, Jihan mengedarkan pandangannya ke sekeliling lapangan. Banyak anak cowok lagi main bola. Terus latihannya gimana, dong? Pikirnya saat itu.

Nggak lama pertanyaan Jihan terjawab. Reval—si ketua kelas, turun ke lapangan. Ngobrol sebentar sama anak-anak yang lagi main bola. Habis itu, mereka menyingkir. Ternyata tadi Reval izin buat pinjem sebentar untuk latihan.

“Ayo, siap di bagiannya masing-masing, ya,” koordinir sang ketua.

“Han, topi lo pake dulu, gih, panas ini.”

“Oh, iya, sebentar.” Setelah mendengar perintah Reval, ia langsung bergegas kembali ke kelas. Untungnya lagi, kelasnya tepat tiga lantai di atas lapangan. Yaa, walau memang tetap aja capek, sih, bolak-balik.

Kelas-kelas udah sepi semua. Palingan ramai di aula sama mushola, anak osis dan anak rohis biasanya. Jihan paling malas kalau udah ketemu anak osis. Nggak tau, deh, mereka bawaannya sinis mulu ke dia. Ada beberapa yang Jihan respect juga, kayak Kak Arjun dan Kak Ivana, misalnya. Mereka galak memang, tapi tegas, bukan sok galak.

Di lapangan, ternyata ada kakak pembina Pramuka yang mengawasi. Tapi, cuma sebentar katanya. Ada kepentingan yang harus dilaksanakan. Jadi, sisanya mereka latihan sendiri.

Latihan pertama selesai, anak kelas memutuskan istirahat sebentar. Semenjak selesai latihan pertama, Jihan jadi nervous. Gimana nggak? ternyata anak yang main bola di lapangan tadi itu kelasnya Raffa.

And guess what?

Betul, ada Raffa disana. Memperhatikan kelas yang sedang melaksanakan latihan upacara bendera. Ternyata, mereka duduk di bawah pohon itu sejak latihan pertama dimulai.

Jihan malu, gara-gara kemarin malam. Memang nggak pernah ada temen cowoknya yang kayak gitu soalnya. Jaya yang paling dekat sama dia pun mentok-mentok cuma nganterin pulang.

Cowok garang itu keliatan biasa aja, Jihan doang yang panas dingin. Raffa menyenderkan tubuhnya dengan satu kaki ditekuk, dan tangan kanannya memegang bola yang tergeletak di tanah. Wajahnya menengadah, kaos olahraga yang bagian atasnya terlihat sedikit basah, juga rambut yang juga berkeringat, menambah kesan menawan dari anak itu.

[ kira-kira begini ]

[ kira-kira begini ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

blue jeans | jisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang