*
Sebuah koper berisi emas batangan di lempar keras hingga isinya berhamburan.
"Serahkan milikku!"
Kursi berisi tali dilempar di samping koper lalu bunyi ledakan terdengar.
*
You Can Call Me Papi
*Mafia. Satu nama yang membuat semua orang ketakutan. Walaupun hal itu mungkin agak sulit ditemukan pada abad sekarang, namun tak dapat dipungkiri sekelompok orang jahat itu masih banyak berkeliaran.
Under world; dunia bawah, dunia yang tak memiliki aturan pemerintah yang mengekang. Yang ada hanya aturan setiap kelompok mafia dengan berbagai persyaratan dan konsekuensi. Budak, perdagangan manusia, obat-obatan, senjata dan segala sesuatu yang ilegal menjadi sah di sini.
Setiap kelompok mafia selalu memiliki kepala ketua atau pemimpin. Namun, sebuah mafia hanya ada pemimpin tanpa anggota. Bergerak sendiri bagai anaconda yang ganas. Bermulut tajam bak belati. Inilah Tuan Jumpol Adulkittiporn. Pemilik saham profit terbesar di Underworld. Tak segelintir orang yang tahu namanya. Semua orang tahu nama Adulkittiporn. Seluruh mafia bergantung pada seorang pria berusia 30 tahun itu.
Sangat disayangkan kota indah seperti Bangkok menyimpan segudang kejahatan dunia bawah. Namun, inilah kehidupan. Segala sesuatu yang putih selalu ada yang hitam. Begitupun manusia yang tak ayalnya binatang yang selalu mencari cara agar menjadi yang paling berkuasa. Hukum alam seakan terikat dengan setiap darah manusia dan disinilah peran dunia bawah untuk menjadi penyeimbang terangnya dunia atas.
"Papi memanggilku?" Suara merdu berhasil menarik pria berwajah chinese dari lamunan.
"Iya. Apa yang kamu lakukan?! Kenapa belum pakai baju?!"
Seorang gadis dengan rambut basah berdiri di belakang Tuan Adulkittiporn mengenakan bathrobe.
"Papi tadi memanggil makanya Namtarn segera kemari," sahut gadis yang berusia sekitar 20 tahun itu.
"Pakai baju dulu kemudian siapkan wine."
Gadis itu menghilang di balik pintu. Tak lama sebuah botol anggur tersaji bersama dua gelas berkaki panjang. Aroma manis dari anggur tercium.
"Terima kasih, Namtarn," ucap Tuan Adulkittiporn.
"Ini anggur tahun 1951," sahut Namtarn.
"Kau tidak mengenakan riasan? Pakai riasan terlebih dahulu." Perintah tuannya harus dilaksanakan karena itu Namtarn bergegas menuju kamarnya.
Akhirnya Adulkittiporn tunggal itu menyesal karena meminta asistennya untuk berdandan. Sudah sejam ia sendirian menatap hamparan indahnya kota Bangkok dari penthouse tertinggi di kota kelahirannya itu. Uang bukanlah hal yang sangat diperlukan oleh Off Jumpol Adulkittiporn karena itu ia lebih sering berfoya-foya menikmati sahamnya yang melejit.
"Papi," panggil Namtarn. Wajah gadis itu sudah cantik dengan riasan yang tampak natural.
"Kau jauh lebih cantik seperti ini. Jangan lagi bertelanjang seperti tadi dan tak memakai riasan di depanku."
Namtarn mengangguk patuh. Pria yang berada di sampingnya terlihat asyik menyesap anggur dari gelas.
"Keluarga Chansook ada mengirimkan sesuatu?" tanya Off.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Can Call Me Papi || OffGun Story
FanfictionDunia terlalu terang untukmu yang terang. Dunia terlalu gelap untukmu yang gelap. Kita sama namun berbeda. Kita berbeda dan akan selalu berbeda. Mafia organisasi dunia bawah dengan kejahatan yang tidak