IV

46 6 0
                                    

*

Berbagai jenis senjata berserakan di lantai ruang kerja Tay. Adik kesayangannya baru saja menghamburkan mainannya itu. Mau tak mau New harus membereskannya setelah Nanon dan Ohm bermain.

"Bukankah ini FN FAL yang baru kau beli di Belgia?" tanya Nanon menatap bodi gagah senjata itu.

Tay hanya membalas dengan gumaman.

"Lihat handgun ini lebih ringan setiap tahunnya," ucap Ohm dengan Glock 45 GAP ditangannya.

Kedua penerus Vihokratana itu terlihat asik dengan dunia mereka sendiri. Walaupun masih menginjak dunia SMA, Nanon dan Ohm sudah Tay ajarkan untuk memegang senjata. Bahkan jika di sekolah keduanya membawa setidaknya handgun untuk jaga-jaga.

"Non, tolong lakukan apa yang Phi minta. Berhenti bermain dan lakukan tugasmu," ucap Tay. Kepalanya sudah mau meledak karena permintaan opium yang sangat akhir-akhir ini. Belum lagi sesekali harus bermasalah dengan anjing-anjing pemerintah.

"Namanya Gun Atthaphan Phunsawat. Mahasiswa jurusan kedokteran semester akhir. Ia tinggal di asrama kedokteran bersama teman sekamar bernama Jane Ramida. Ciri-ciri; tinggi 168 cm, rambut berponi, bibir tebal, kulit putih. Terakhir kali menggunakan kaos putih dengan celana pendek selutut."

New menganga. Kehebatan Nanon dalam aksi meng-hack data seseorang memang sekelas hacker profesional. Bahkan jika si Kakak terkena masalah dengan anjing pemerintah Nanon akan turun tangan dan menghancurkan sistem kepolisian.

"Bagus jangan sampai kau lupa karena malam ini kita akan menemui Tuan Adulkittiporn."

"Ralat Papi. Kau bisa memanggilnya Papi," ucap New berhasil membuat ketiga Vihokratana menatapnya tajam.

"Kenapa?" New acuh dan kembali membereskan senjata yang berserakan.

*
*

Angin malam menerbangkan helaian rambut Namtarn. Seakan kencangnya angin tak mampu membawa seluruh perasaanya terbang menjauh. Namtarn sering merasakan ngilu di hatinya jika Papi menatap matanya dengan lembut. Wajah tampan tuannya seakan topeng tertebal yang pernah Namtarn lihat.

Sejak usia 11 tahun Papi terjun ke dunia gelap dan kejam. Nama mafia pada marganya memang berhasil menundukkan musuh namun bukan hal yang mustahil jika musuh makin membencinya. Berkhianat. Itu yang sering dilakukan para mafia rendahan dengan nyali sebesar kacang kenari.

Namtarn sering bertemu dengan rekan bisnis juga kolega Papi dari dunia atas maupun bawah. Mereka semua sama. Penjilat, penipu, dan pengkhianat. Papi tahu hal itu namun kepala keluarga Adulkittiporn itu diam dan berjalan tanpa menunduk.

"Melamun?" Sebuah benda dingin menyentuh pipi Namtarn, ia terjengkit dan menatap pelakunya.

Senyum lebar New menjalar pada bibir Namtarn, mereka terkekeh geli.

"Terima kasih," ucap Namtarn seraya menerima kaleng bir dari sahabat lelakinya.

"Apa yang kau lamunkan, heh? Terlalu rahasia itu juga tidak baik Namtarn. Telingaku ada dua diciptakan untuk mendengarkanmu," ucap New. Pria satu ini memang tidak dapat dibohongi.

"Aku mengingatnya, New. Semuanya."

"Masa lalumu?" tanya New. Wajah manis pria itu tampak terkejut. "Aku juga mengingatnya, lalu?"

Kali ini Namtarn yang terkejut. Dunia bawah menciptakan sistem perbudakan dengan cara menculik orang secara random. Ketika sampai di kapal mereka akan di cuci otak agar lupa akan identitas dan masa lalu. Mami Jennie juga memberikan mereka nama dan terus merecoki racun bahwa mereka memang terlahir sebagai budak seseorang.

You Can Call Me Papi || OffGun StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang