2

79 7 2
                                    

Pulang sekolah. Aku biasanya dijemput Appa  tapi hari ini Appa telat. Aku memutuskan untuk menunggu di depan gerbang sekolah. Suara deru motor menyadarkanku dari lamunan. Jimin terlihat tampan berada di atas motornya.

“Kamu belum pulang?”

“Appa belum menjemputku!”

“Ayo kuantar!”

“Hah?”

“Kalau tidak mau kutinggal nih!”
Aku berpikir sejenak. Appa  mungkin lupa menjemputku, aku juga tidak tahu jalan. Jimin  kembali mengagetkanku dengan deru motornya.

“Ikut nggak?”

“I..iya!” Aku langsung naik keatas motornya. Jimin menjalankan motornya setelah kuberitahu alamat rumahku. Ternyata kami bertetangga.

Eomma  berada di depan rumah sedang mengobrol dengan seorang wanita, saat kami sampai.

“Jimin.. kalian kok bisa bareng?” Tanya wanita itu.

“Kami satu kelas.” Jawabku. “Dia siapa?” Tanyaku setengah berbisik kepada pria yang tubuhnya tinggi.

“Eommaku.” Jawabnya. “Eomma, aku pulang dulu.”

Astaga, ternyata rumahnya berada tepat di samping rumah kami.
“Aku pulang dulu ya.” Pamit Eomma Jimin

Hari berikutnya, aku kembali pulang bersama Jimin. Sekarang kami sudah mulai dekat. Jiminternyata orang yang sangat menyenangkan, tapi dia merasa susah mendapatkan teman.

Aahh.. andai saja aku tidak berani menyapanya saat itu, mungkin sampai sekarang kami belum berteman.

Hari ini libur,

Kami akan pergi menonton bersama. Jimin terlihat sangat tampan hanya dengan t-shirt dan celana jeansnya. Jantungku berdetak sangat kencang hanya dengan menatapnya.

Tidak, tidak.. ayolah Jisoo .. jangan tertarik pada siapapun. Tidak boleh!!

Kami sudah sampai di bioskop. Filmnya agak membosankan. Tapi Jimin terlihat begitu menikmatinya. Dua jam terasa sangat lama.

Setelah menonton kami makan di sebuah cafe. Dan entah kenapa, Jimin terlihat sangat mempesona saat sedang makan.

“Waeyo? Apa ada sesuatu di wajahku?”

“Hah? Ti.. tidak kok..” Aaahhh.. aku pasti sudah gila.
“Kau mau jalan-jalan ke mana lagi? Atau.. kita langsung pulang saja?”

“Kita pulang saja. Hari ini sangat menyenangkan tapi, juga melelahkan!”

“Owh..” Hanya perasaanku saja, atau tadi dia memang terlihat kecewa?

“Besok lagi ya!” Ucapku sebelum turun dari motornya.

“Oke!” Jawabnya dengan tersenyum. Dia sangat tampan.

“Daahh..” Aku melambaikan tangan kepadanya. Dia membalas lambaian tanganku.

Aaahhhh.. aku berlari memasuki rumah. Wajahku pasti sudah sangat merah. Tanpa aku sadari dia tersenyum menatapku masuk rumah.

BONUS

Vote dan koment yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dan koment yaa

Gomawo^

BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang