"Udah, udah.... Bentar lagi juga kamu bisa balik lagi buat ketemu."
"Lagian... bisa sering-sering video call...."
"Nanti juga biasa, kok, lama-lama bakal sama-sama nyaman juga LDR...."
Ketiga pemilik suara tadi serentak menoleh ke arah Arin yang tengah duduk-duduk sambil menatap sekeliling kamar dengan bosan. Kalau tahu bakal terjebak di sini dengan keempat temannya yang dramatis, Arin lebih memilih membantu ibu kos berkebun di lereng Merapi. Livia yang kini tengah mengelus-elus bahu Sisil, memberikan kode pada Arin untuk ikut bersuara. Rhea dan Nattaya yang sedari tadi sibuk mengulurkan tisu turut memberikan pandangan penuh penghakiman seolah-olah Arin yang membuat Sisil menangis sejak pagi tadi.
"Udahlah, nangis mulu lo dari Subuh," Arin berdecak, mengundang pelototan dari ketiga sahabatnya. "Ntar kalo dia meninggal, kan, lo dikabarin."
Spontan boneka jerapah melayang ke arahnya bersamaan dengan tangisan Sisil yang semakin kencang.
"Eh, udah nongol tuh!" Nattaya berteriak histeris.
Sisil cepat-cepat duduk tegak menghadap laptopnya yang sejak tadi tengah membuka laman Skype. Senyumnya melebar dan air matanya terhenti ketika melihat kontak yang ia namai Love of My Life telah terkoneksi dengannya.
"Haiii, baby-," kalimat penuh suka cita Sisil terhenti.
"Mbak," ia menyusut hidungnya yang berair. "turunin dikit," pintanya dengan suara serak khas pasca menangis semalaman.
"Oh! Siap, Neng Sisil!"
Layar yang tadinya hanya memperlihatkan perut gempal seekor kucing anggora berwarna putih tanpa kepala, kini beralih menampilkan seluruh wajah kucing tersebut. Campuran rambut putih abu-abu dan mata bulat yang menggemaskan itu seketika memenuhi layar.
"Winter!!!!!!!!!! I miss you so much!!!!!!!"
*****
Xoxo, 14 Juni 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Streetfeeding [ongoing]
General FictionVisi hidup Sisil cuma satu : Semua kucing-kucing di kampus memperoleh keadilan dan kesejahteraan sebagaimana kucing-kucing privileged macam kucing-kucingnya di rumah. Visi hidup Rayyan cuma satu : Jauh-jauh dari kucing-kucing di kampus sampai wisud...