“Alhamdulillah adzan…,” Arya merenggangkan tubuhnya karena merasa letih dengan begitu banyak pekerjaan yang dilaluinya.
“Istirahat dulu ya semua...!!!” teriakan Riski ini bagai angin surga untuk semua karyawannya.
“Siap Mas…” serempak 3 orang di sana.
“Makan siangnya pada gimana nih?” tanya Riski pada ketiga karyawannya.
“Delivery aja deh Mas. Biar hemat tenaga,” usul Arya.
“Biar aku aja yang keluar, kalian WA aja mau nitip apa,” tawar Riski.
“Mas Riski gak capek?” tanya Dani.
“Capek sih, tapi sekalian ada perlu.”
Riski menyambar jaket kemudian segera menaiki motornya. Ia melaju dalam kecepatan standard dan berbelok memasuki sebuah gerbang kampus. Sayang ini bukan kampusnya tapi merupakan kampus Dewi. Setelah menemukan mushola, ia segera berhenti untuk melaksanakan sholat di sana.
Selesai sholat, Riski masih berhenti di serambi. Ia tak tahu untuk apa dia ke sini. Tiba-tiba getaran ponsel berhasil mengusik lamunannya.
“Halo Al, ada apa?”
“Salam dulu kek.”
“Kagak usah, aku tahu kamu masih punya nyawa.”
“Tai!”
Riski tertawa saat diumpat sahabatnya seperti ini. Yang menelfonnya ini adalah Alfa sahabatnya yang kini sudah lulus dan bekerja.
“Ada apa?” tanya Riski akhirnya.
“Gak apa-apa. Cuma pengen tahu, kamu masih punya nyawa apa kagak, ha_ha_ha…”
“Udah puas sekarang.”
“Belum. Aku pengen hajar kamu sekarang. Cepetan ke sini.”
“Kemana emang?” tanya Riski
“Ke tempat kerjaku.”
“Ogah,” sahut Riski cuek.
“Tapi Dwi di sini. Doi gak mau balik kalau bukan kamu yang jemput.”
“Suruh pulang sendiri, orang dia perginya juga sendiri.”
Alfa menghela nafas. “Kalian ada masalah?” tanyanya pada Riski.
Riski menghela nafas. Tak mudah menyembunyikan sesuatu dari sahabatnya ini.
“Kita udah putus," ujar Riski akhirnya.
“Kenapa? Padahal kalian udah jadian lama.”
“Ya karena aku gak kayak kamu, yang doyan ganti pacar kayak ganti baju.”
“Ya beda lah. Aku putus karena ngerasa gak cocok. Lha kamu pacaran begitu lama tiba-tiba putus, kenapa?”
“Bukan urusan kamu.”
Alfa terdengar kembali menghela nafasnya. “Oke, itu urusan kamu. Sekarang yang kamu harus urusin juga, ini Dwi yang lagi ngelibetin kerja aku. “
“Kamu suruh dia balik sendiri ya Al. aku beneran gak bisa.”
“Udah dari tadi Ki, tapi dianya gak mau. Kamu gak kasihan sama aku, udah jam segini, belum juga makan siang, belum sholat pula. “
“Oke deh, oke deh.” Riski menyerah.
Riski memutus sambungan telfonnya dan segera bangkit. Ia menaiki motornya dan ingin pergi dari tempat ini sekarang juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maafkan Aku Mencintainya
RomanceRiski Septian dan Lukman Alfarizi adalah dua orang yang bersahabat sejak kecil. Mereka tak pernah satu sekolah, namun persahabatan mereka awet hingga dewasa. Mereka berdua cocok dalam banyak hal, bahkan hingga kriteria gadis idaman pun tak sengaja...