e n a m

82 41 18
                                    

———————————————
Tuk tuk tuk

Bunyi langkah nya yang sedang menyusuri koridor sekolah cukup bergema. Koridor tampak sepi karena masih sangat pagi. Bahkan hanya satu dua siswa yang terlihat sudah datang ke sekolah. Entah kenapa Nevan sedang dalam mood datang pagi. Bahkan ia sampai melewatkan sarapan nya di rumah.

Nevan memasuki kelas nya. Hanya dia yang sudah datang, masih sangat sepi. Ia memilih duduk di dekat jendela karena bisa melihat pemandangan lapangan sepak bola yang cukup luas dan angin nya juga cukup menyejukkan. Sejenak ia menutup mata dan menikmati momen ini.

15 menit berlalu dan ia mulai bisa merasakan satu persatu murid di kelas nya mulai berdatangan.

Seseorang menepuk pundaknya, ia menoleh.

"Taraa oleh-oleh buat lo nih dari Jepang." ucap lelaki itu sambil menyerahkan seperti bingkisan yang didalamnya terdapat beraneka macam jajanan khas Jepang.

Itu Enzo. Sahabat Nevan juga yang sudah satu bulan tidak masuk sekolah karena ada urusan di Jepang. Kalo kalian bertanya kenapa bisa ijin satu bulan diperbolehkan, kalian pasti sudah tau aturan utama dari sekolah ini. Yap, asal ada duit semua bisa jalan.

"Kapan lo balik? Kok ga kabarin."

"Kemarin, sengaja nggak kabarin kan biar susurupris gitu beb." jawab Enzo sambil mengedipkan matanya.

"Surprise maksud lo?" tanya Nevan yang tak terlalu paham bahasa Enzo.

Enzo hanya mengangguk. Sedangkan Nevan memandang aneh. Bahkan sepulang dari Jepang sifatnya masih sama ia kira akan berbeda.

Enzo menduduki bangku disamping Nevan persis.

"Hari ini Fisika ada PR." peringat Nevan.

Seketika muka Enzo menjadi panik, "eh Van contekin dong."

Nevan pura-pura tuli dan acuh. Enak saja tinggal main contek. Ia bahkan mengerjakan nya sampai satu jam karena soal terakhir lumayan memusingkan. Namun Enzo masih berusaha membujuk sahabat nya itu.

"Van please sekali ini doang lu kaga kasian ntar gue di gaplok penggaris gede ama udik." pinta nya.

Mana Fisika pelajaran pertama, sangat apes sekali dirinya. Pak Udik yang dikenal guru yang sangat galak itu pasti akan memarahi nya habis-habisan.

"Van.."

"Nggak mau."

"Cuman sekali doang nggak sama persis kok."

"Nyontek yang lain aja."

"Nggak keburu."

"Ah yaudahlah nih! Untung lo sahabat gue. Sekali ini aja ya dan jangan SAMA plek ketiplek." ucap Nevan akhirnya menyerah karena rengekan Enzo yang sangat berisik.

Enzo tersenyum bahagia,"makasihh, jadi sayang deh."

Nevan memandang horror Enzo.

"Canda elah gini-gini gue masih demen cewek."







Jam istirahat, 10.30 WIB
——————————————

Nevan berjalan beriringan bersama Enzo menuju kantin. Ia sangat lapar karena sejak pagi belum sarapan. Bahkan saat ini ia sudah membayangkan apa saja yang akan dipesannya nanti.

Saat perjalanan nya menuju kantin, tak sengaja ia berpapasan dengan Emma. Namun salah satu dari mereka tak ada yang bertegur sapa.

"Lah Van, tadi itu Emma kan?" tanya Enzo.

"Iya."

"Lo lagi musuhan apa gimane tumben kaga saling nyapa." 

"Ya gitu lah." jawabnya singkat dan jelas.

Enzo tak bertanya lebih jauh mengenai hal itu karena ia takut akan merusak mood Nevan. Walaupun Nevan bisa dibilang orang yang cuek dan agak kalem, tapi sekali marah akan sangat mengerikan. Pernah sekali Enzo terkena amukannya dan ia tidak ingin terjadi lagi.

Sedangkan saat ini Leviana tengah menatap Emma dengan wajah introgasi di kantin. Dilihat dari luarnya saja sudah ketahuan ada banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan.

"Jadi.. Bisa lo jelasin kenapa malah lu saling diem begini ama Nevan." kata Leviana ingin mencari kejelasan.

Emma yang sedari tadi hanya mengaduk-aduk sop ayam di depannya menghela nafas lelah.

"Gue kan minggu lalu ketemu Heinry, nah dia bilang kalo dia gasuka gue terlalu deket ama Nevan—"

"Trus lo lakuin gitu?! Astaga Emma." potong Leviana terhadap perkataan Emma.

Emma menatap Leviana kesal,"tunggu dulu dengerin ampe selesai."

"Okok maap."

"Nah gue ngomong ke Nevan tentang perintah Heinry itu kalo gue gamau ngelakuin dan Nevan kayak ga peduli bahkan ngatain gue egois." jelas Emma.

"Loh kok gitu sih Nevan, kayaknya waktu lo cerita dia lagi ga mood. Lu mah kaga tau sikon anaknya."

"Kok lu belain Nevan sih Lev." sewot Emma kepada Leviana.

"Hah iya juga ya."

Emma sudah terlanjur gondok dan memakan sop nya dengan cepat. Alhasil ia tersedak sampai terbatuk-batuk.

"E-eh pelan pelan Ma, lu kesurupan reog apa gimana dah." khawatir Leviana sambil memberinya air minum.

"Btw Lev, menurut lo gue emang egois ya?" tanya Emma dengan wajah sedih.

"Ih kaga lah, menurut gue maksud Nevan bukan egois kearah sikap."

"Terus?"

Leviana menggaruk tengkuk nya apakah ia akan membeberkan perasaan Nevan. Jika firasat nya benar, maka maksud Nevan adalah begini. Emma kan sudah ada pacar tapi ia masih tetap juga temenan ama Nevan yang notabene nya ada rasa. Jadi kesannya agak...

Eh tapi Leviana juga belum tau pasti apakah Nevan benar-benar menyukai Emma. Benar, lebih baik tidak mengungkit nya sekarang.

"Gapapa lupain aja, menurut gue lo ga egois sih." sangkal Leviana berusaha mengalihkan topik.

"Nahkan..gue tu baik dan tidak sombong ya."

Leviana memandang datar Emma, tidak sombong apanya.

Ponsel Emma bergetar tanda ada pesan yang masuk.


Nevan
Malem ini temuin gue di Alfa seberang rumah lo.


"Kenapa?" tanya Leviana yang menyadari raut Emma berubah.

"Nggak kok, gapapa." ucap Emma menenangkan sahabat nya itu.

Buru-buru Emma memasukkan ponselnya kembali di sak seragam sekolah dan melanjutkan makannya yang tertunda.

.



.

.

.


Tbc.

Akhirnya kemunculan Enzo :) untuk part selanjutnya siapkan mental kalian karena spoiler dikit si uler bakal berulah.

Pokoknya jangan lupa vote+komen untuk terus dukung author.

Makasihh <3

Love u so much
Geniaalmaa

Ma FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang