Menguntit

68 5 206
                                    

Jangan lupa vote, komen, kalimat rancu, typo, tandai di kolom komentar. Selamat membaca.

__________________

Senja bergelung pada selongsong gelita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja bergelung pada selongsong gelita. Gumpalan awan hitam menyembunyikan bola api raksasa di balik punggungnya. Kilatan petir mengedipkan cahaya membentuk serupa sulur-sulur jingga menjilat cakrawala. Hujan segera turun, Azmi menyambutnya dengan umpatan kesal. Entah ini hari ke berapa ia menguntit di depan rumah gadis itu untuk mencari tahu, tetapi tak ada apa pun yang bisa menjelaskan sedikit saja mengenai apa yang terjadi.

Netra bulatnya menetapkan tatap sejurus dan fokus pada rumah itu, ada sedikit titik tercecap otaknya. Hasni, pembatu itu. Pengetahuan tersembunyinya memberikan sugesti bahwa ada yang wanita paruh baya itu cari di sini. Ia sibuk bergulat dengan pikiran yang melayang menjadi bayang-bayang. Ashma yang pendiam bukanlah gadis ramah dan periang yang ia kenal. Bahkan ia seperti tak mengenali karakternya lagi. Namun tiba-tiba ia melihat Ashma yang lain. Yang ia yakini bahwa dialah Ashma sebenarnya.

Tak menunggu lama, perempuan dengan garis-garis menua di wajahnya serta rambut diikat sembarangan itu membuka gerbang. Keluar dari sana dan Azmi segera menghampiri.

"Bisa bicara sebentar, Bi?" ucapnya.

Perempuan itu melayangkan pandangan ke sembarang sisi mata angin, sosok pemuda di hadapannya masih berseragam lengkap dan memerangkap atensi. Hujan akan segera turun, dan ia menggiring pemuda itu berteduh di bawah pohon beringin di tepi simpang jalan.

"Aku tidak punya urusan denganmu," ucapnya dingin. Lebih dingin dari udara yang mulai berbaur dengan titik-titik air mata langit.

"Aku ada," ujarnya. Manik hitamnya menjurus ke arah wanita paruh baya itu dengan guratan permohonan tanpa dibuat-buat.

"Kita tidak saling mengenal," sangahnya bersikukuh.

"Aku Azmi, Bi. Teman dekatnya Ashma. Aku mencari tahu, karena aku menyayangi Ashma. Ada yang terjadi dan Bi Hasni juga sedang mencari tahu mengenai hal itu, kan?" Ucapan itu keluar dari mulutnya begitu saja secara spontan.

"Atas dasar apa kau bisa mengatakan hal itu? Dan dari mana kau tau namaku?" Bi Hasni menatap pemuda itu datar, tak ada ekspresi yang mampu tergambar.

"Apa yang Bi Hasni cari? Tolong beri tahu aku, Bi."

"Kau hanya orang asing, dan aku tidak memercayaimu. Katakan, apa kau tau tentangku karena kau menguntit?"

"Ya, aku menguntit, terus terang saja kenyataannya begitu. Ashma yang sebenarnya sedang bersama anak kecil berusia sekitar delapan atau sembilan tahun. Tampak dari posturnya usianya memang segitu. Yang Bibi lihat bukan Ashma sesungguhnya, aku benar-benar melihatnya kemarin di sekolah, Bi," jelasnya penuh keyakinan.

"Anak kecil?" Darahnya berdesir, "darimana kau bisa tau?"

"Indigo, aku dikaruniai," jawabnya pendek.

death flowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang