Jangan lupa vote, komen, kritik dan sarannya. Typo, kalimat rancu, tandai di kolom komentar.
____
Wanita itu meneguk ludah, sesuatu tak kasat mata terasa mencekik kerongkongannya. Marsya, dia sudah mengatur nama itu sebelumnya. Namun sorot mata gadis itu menyamai ayahnya. Membuat rasa sayang yang seharusnya ia rasakan menguap dan menyulut kebencian mendarah daging.
Sebelum semuanya dipatahkan, Hasni pernah menjadi perempuan dengan asa menjulang tinggi di hadapannya. Kehidupan bahagia yang selalu menjelajah khayalnya seperti yang laki-laki itu janjikan dan menjadi damba baginya. Namun, luka yang laki-laki itu berikan hingga saat ini masih menyisakan rasa perih yang menjalar, membuat bara di hatinya kian bepijar dan membakar.
Ia ingat, tatkala perempuan lain hadir, menitikkan noktah hitam di antara lembaran kisah manis yang pada akhirnya tercemari. Ia tergantikan saat tengah berbadan dua dan dibuang sia-sia. Menelan derita di tengah kesendirian yang nelangsa.
Jika saja laki-laki itu tak pernah menghadirkan perempuan lain. Tentu saja Marsya akan hidup bahagia dengan keluarga utuh. Kini laki-laki itu telah tiada, tapi dendam itu tetap terlipat rapi di lubuk hati. Bukan hanya mencari Marsya, tapi dia juga akan membalas perempuan itu. Perempuan yang telah mengambil Djoyosastro darinya, laki-laki yang paling ia cintai sekaligus ia benci.
Tiga belas tahun bukan waktu yang singkat, berulang kali Marsya hadir dalam mimpinya sambil tersenyum. Membawanya ke halaman belakang rumah ini. Entahlah, Semenjak mengusir dan menghardik putri semata wayangnya agar mencari sang ayah, ia tak pernah menemuinya lagi. Masih hidup atau sudah mati, Hasni juga tak tahu. Jika masih hidup, di mana Marsya berada? Dan jika sudah mati, di mana peristirahatan terakhirnya?
Jemarinya lincah menyerbeti bufet di samping pigura besar dengan lukisan indah bertengger di ruang tamu. Lukisan lelaki gagah yang mungkin adalah ayah dari Djoyosastro. Atau mungkin ayah dari nyonya di rumah itu. Pikirannya beredar, penglihatannya menyebar, sejenak langkah lebar seorang lelaki berpakaian serba hitam memasuki kamar Rengganis. Mengawas dari jauh, setahap demi setahap kaki Hasni bergerak mengekori. Ia menajamkan rungu, sayup-sayup ia mencuri dengar percakapan mereka dari depan pintu yang telah tertutup kembali.
"Bukankah seharusnya bukan gadis itu? Kau salah target rupanya." Suara itu yang pertama kali Hasni dengar, tampak sarat kekecewaan dan kemarahan.
"Saya tidak berhasil membawa yang Anda inginkan, Nyonya. Gadis itu seperti memiliki keberuntungan layaknya seekor kucing dengan sembilan nyawa."
"Aku tak butuh dalihmu! Bawa dia padaku pada purnama berikutnya. Aku tak mau tahu. Atau aku akan menghentikan seluruh biaya kuliah putramu. Dan mimpimu untuk menjadikannya seorang dokter hanya akan tinggal mimpi."
"Saya akan usahakan, Nyonya. Bukankah saya sudah menggantinya dengan gadis lain agar tak ada kemurkaan dari Narakasesa?"
Hasni mengerutkan dahi. Narakasesa? Nama yang sama seperti yang pernah nenek tua itu sebutkan. Artinya benar, ada kesepakatan dengan iblis, dan apakah benar bahwa Rengganis adalah Sashmita? Jika tidak, ada kemungkinan bahwa ada korelasi antara Rengganis, Sashmita dan Kartaradjasa.
"Aku menyukai pekerjaanmu, tapi aku tetap mau gadis itu," ucapnya bersikeras.
Diam sejenak. Hasni lagi-lagi meneguk ludah untuk melumasi tenggorokan kering kerontangnya menahan gugup. Gadis itu? Siapa yang dimaksud dengan gadis itu?
"Bagaimana kabar tawanan kita?"
Jakun Jagad naik turun, menunduk. Tawanan kita? sejak kapan ia memiliki tawanan? bahkan ia tak pernah punya musuh. Satu-satunya alasan dia berubah menjadi keji adalah karena dia adalah tangan kanan Rengganis. Dan mengapa ia bersedia menjadi budak iblis betina itu, tak lain hanya untuk masa depan Jatra dan keselamatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
death flower
HorrorApa rasanya seandainya saat terbangun dari tidur tiba2 dirimu menjadi ganda? itulah yang sedang di rasakan Nadira Ashmaranaca, mendapati dirinya menjadi dua dengan segala aroma mistis melingkupinya. Ritual persembahan bunga kematian pada akhirnya m...