PROLOG

214 13 5
                                    

"eomma, aku sekolah dulu," kata anak laki laki sambil berteriak dari meja makan. Sesaat kemudian, Nampak seorang wanita muda dengan Apron di tubuhnya, ia tersenyum lalu mengusap surai anak laki laki tersebut.
"Baiklah, ini bekalmu, jangan lupa di makan ya," katanya masih terus tersenyum.
"baik eomma," jawab anak tersebut lalu pergi keluar rumah untuk menempuh pendidikan sekolah dasarnya.

Ia berjalan sambil menenteng tas makan siangnnya, berjalan santai sambil sesekali melihat suatu objek yang dapat membuatnya kagum.
Tak beberapa lama, Anak itu telah tiba di depan gerbang sekolahnya, sekolah yang besar dan luas karena di gabung dengan sekolah SMP dan SMA. Ia memasuki gerbang beriringan dengan anak anak yang lainnya.

Di perjalanan ia sering mendapatkan gangguan dari kakak kelasnya, bisikan bisikan yang ia dengar dapat menyakiti hatinya.

Lihat, itu anak miskin tanpa ayah kan?

Wah lihat ada anak tidak punya teman disini...

Anak miskin seharusnya tidak sekolah disini!!

Dan berbagai bisikan yang menjatuhkannya. Anak itu berjalan sambil menunduk, menahan air natanya yang akan keluar.
Tiba di kelas, semua murid disana terus saja memperhatikannya, masih terus menunduk, anak itu berjalan ke kursi tempatnya duduk lalu meletakan bekal makan siangnya di loker yang terletak di belakang kelas yang menghadap ke timur.

Jam pelajaran di mulai, dengan serius ia mencatat apa yang di catat oleh guru di papan tulis yang terletak di sebelah utara, tangab kirinya menangkup pipinya sedangkan tangan kanannya terus menulis.

HEALING LOVE

"Baik anak anak, pelajaran bapak selesaikan sampai sini, sekarang, bereskan barang kalian dan segeralah pulang," kata guru pengajar di depan lalu membawa barangnya dan keluar kelas.
Saat keadaan sudah sepi, anak laki laki berambut hitam itu hanya bengong tanpa ada niatan untuk pulang, saat sedang asik memandang para anak SMA yang sedang bermain basket di lapangan Outdoor, tiba tiba dua orang pria berbadan tinggi dengan setelan khas anak SMA menghampirinya, memegang bahunya dengan tatapan yang menyeramkan. Anak itu menatap kakak kelasnya dengan takut, kakak kelas yang satu menutup dan mengunci pintu serta menutup semua jendela dengan tirai abu abu yang disediakan sekolah lalu kembali menghampiri temannya.
"Sedang apa kau sendiri di dalam kelas?" tanya laki laki dengan seragam yang terlihat seperti anak brandal. Anak itu tak menjawab.
"hei, jawablah adik manis," kata temannya yang masih terlihat lebih baik. Sedangkan anak itu masih diam.
"sudahlah, lucuti saja pakaiannya," kata pria brandal tersebut. Eric mulai panik ketika kakak kelas dengan baju rapih itu mengangkat baju serta menuruin celana dan dalamannya. Ia berontak namun apa daya, tenaga mereka jauh lebih kuat untuk anak berusia 9 tahun tersebut.
"Tidak, apa yang kau lakukan, kumohon lepaskan aku," berontak anak tersebut ketika dua laki laki di hadapannya mulai membuka pakaian mereka.

Laki laki yang lebi tinggi mengangkat tubuhnya, ia meletakan tubuh adik kelasnya itu di ataSC mejanya, meminta temannya yang lebih pendek untuk memegangi kedua kaki anak laki laki tersebut, sedangkan ia sibuk menjilati lubang anus bocah tersebut.
"a euuh, hah, kumohon lepaskan akuu," berontak bocah itu sambil menggelengkan kepalanya dan memejamkan matanya.

Tak ingin berlama lama, pria tinggi itu menggendong tubuh adik kelasnya dengan posisi membelakanginnya, ia menopang tubuh bocah tersebut dengan memegang kedua pahanya. Perlahan ia memasuki penis besarnya kedalam lubang anus milik bocah tersebut.
"HAAAAAAARGHH, a-apa yang kau lakukan?" kata anak tersebut sambil memegangi lengan kakak kelas di belakangnya, "kumohon lepaskan benda itu, biarkan aku pulang," lanjutnya.
Seakan tuli, laki laki yang lainnya menghampiri mereka berdua dan memainkan nipple bocah lakiblaki tersebut.

HEALING LOVE

"Haarghhh siaaalan Jeno," kata pria yang lebih tinggi. Tanpa rasa kasihan mereka berdua memperkosa anak dibawah umur, membiarkan batang miliknya tertanam di dalam satu lubang adik kelasnya tanpa memikirkan bahwa bocah tersebut sudah pingsan entah dari kapan.
Beberapa saat kemudian, mereka berdua mencabut alat kemaluannya dari lubang anak tersebut, terlihat jelas jika darah dan sperma mereka menjadi satu.

Keadaan sekolah yang sudah sepi membuat mereka jauh lebih mudah untuk menghapus jejak, pria yang tadi di panggil Jeno sedag membersihkan lantai, sedangkan pria yang lebih tinggi itu membawa adik kelasnya serta pakaiannya ke mobil.

Apa sudah bersih? Tanya pria tinggi tersebut, sedangkan temannya mengangguk.
"Baiklah, tanpa sabun, shampoo dan pewangi, hanya air dan bersihkan jejak sperma," kata pria itu lalu memakaikan pakaian pada adik kelasnya.

Terlihat jika pria tinggi itu menelpon seseorang.
'Hallo pak, saya menemukan salah satu murid sekolah jatuh pungsan di kelas 4A, saya membawanya kerumah saya," kata pria tersebut lalu mematikan telponnya.

Beberapa saat kemudian, nampak pria paruh baya yang menekan bell di depan pintu rumah minimalis tersebut lalu masuk kedalam ketika pria yang lebih tinggi darinya membukakan pintu dan mengijinkannya masuk.

Dengan jalan yang tergesa, ia menghampiri anak yang terbaring di atas sofa itu, ia duduk dan memegang lengan bocah tersebut.
"Apa kalin tau kenapa dia bisa pingsan?" tanya-nya sambil menatap kedua anak SMA tersebut. Sedangkan mereka hanya menggeleng dan mengangkat bahu.
"Baiklah, saya akan membawanya pulang kerumahnya, terimakasih Eunwoo, Jeno," katanya lalu menggendong anak muridnya memasuki mobilnya.

Saat tiba di depan rumah kecil, Guru itu tanpa basa basi mengetuk pintu dengan susah payah karena kedua tangannya menggendong murid didiknya.
Tak berselang lama, seorang Wanita berbaju pink pudar membukakan pintu. Raut wajahnya berubah menjadi panik dan takut saat melihat putra satu satunya terbaring lemah di gendongan gurunya (gendong bridal).
"Astaga, Eric, sayang, kenapa bisa seperti ini? Yatuhan," ucapnya sambil membawa Eric masuk, ia membaringkan tubuh anaknya.
"Saya dikabarkan oleh anak 11B jika anak ibu jatuh pingsan di dalam kelas," jelas guru tersebut yang melihat wanita itu terus menangis sambil memegangi tangan anaknya.
"Terimakasih, dan sampaikan terimakasihku kepada murid tersebut," katanya lalu mengusap pipi anaknya.
"Baiklah, kalau seperti itu saya pamit," kata guru paruh baya itu lalu menghilang di balik pintu.

HEALING LOVE
TO BE CONTINUED

Agak takuk buat part ini huhu
Gemeter nulisnya. Maaf semua
Sorry for typo nya. And sorry kalau masih berantakan.

Tidak ada unsur untuk mencemari nama baik para pemain.
Mohon jangan membeci realife karakter antagonis di cerita ini

18 Juni, 2021


05.16 WIB

HEALING LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang