Wattpad Original
Ada 6 bab gratis lagi

BAB 1

180K 10.1K 283
                                    

Dia terdiam, cukup lama.

Sepertinya aku tahu arti ekspresi itu, lagi?

Yap, ini bukan pertama kalinya. "Kali ini saya serius," ucapku, sangat serius.

Dia hanya duduk kembali ke mejanya. "Kembalilah," balasnya, sibuk membuka lembaran dokumen pekerjaan yang aku siapkan tadi pagi.

Hanya itu?

Aku menunduk sedikit, memberi hormat dan saat aku berbalik. "Ah, jangan lupa, Gadis Biskuit—"

Sakit, apa hanya itu yang dia pikirkan?

Aku kembali berbalik, tersenyum sebisa mungkin. "Kita memiliki lima belas karyawan baru dan ada dua yang bekerja di sini. Meminta perlakuan khusus hanya untuk satu orang bisa mengakibatkan kritik dari karyawan lain." Perhatiannya bisa menjadi bumerang untuknya.

"Tapi, ini adalah perusahaanku," tegasnya. Oh, apakah dia sedang menjadi tipikal bos bodoh yang ada di drama-drama, mabuk cinta, hingga melupakan rasionalitasnya?

"Ini perusahaan kakek Bapak, belum menjadi milik Bapak." Apa aku harus mengingatnya itu?

Lagi pula, "Memang suatu hari nanti ini akan menjadi perusahaan Bapak, tapi perlu Bapak ingat, yang membangun perusahaan ini tidak hanya Bapak, tapi juga karyawan-karyawan Bapak, orang-orang yang bekerja keras untuk Bapak. Hormati mereka dengan bersikap sebijaksana mungkin." Perusahaan ini adalah warisan turun-temurun keluarganya, tapi memang akibat kerjanya yang sangat luar biasa, perusahaan kami sedang dalam masa terbaiknya.

"Kurasa kau terlalu berlebihan," sanggahnya, ugh, dia benar, aku mungkin berlebihan.

"Saya hanya menyarankan, Pak. Yang terbaik bagi semua orang," jawabku, membalikkan badan kembali, menutup pintu dari luar.

Caraku menutup pintu sedikit, tidak, melihat ekspresi semua orang di depanku, mungkin agak kasar. "Apa terjadi sesuatu, Bu?" tanya Beth, salah satu sekretaris Wakil Presdir, dia yang paling senior di sini, setelahku tentunya.

Beruntung aku sudah terlatih. "Tidak." Mengembalikan senyum profesionalku.

"Kembali ke pekerjaan kalian masing-masing," lanjutku, Beth, Joshua dan Windy mengangguk, eh, tunggu dulu, mana—

"Gadis Biskuit, maksudku, mana Anna?"

"Ke lantai empat, Bu," jawab Joshua, ah, iya, aku menyuruhnya tadi, tapi tunggu dulu.

Sial.

"Apa ada yang memberitahunya soal earl gray milk tea?" tanyaku, Beth menggeleng, dia duduk dekat Anna.

"Anak itu tidak bertanya," sahut Windy.

"Bukannya itu termasuk pengetahuan dasar?" sambung Joshua.

"Tidak usah khawatir, Bu. Dia pasti sudah belajar," Beth menyahut, kemarin dia menyerahkan bundel berisi kebiasaan dan tradisi perusahaan, pada Anna dan Windy, dua anak baru di tim kami.

Tapi, perasaanku tidak enak.

"Aku akan memeriksanya."

Berbeda dengan Windy yang masuk melalui seleksi ketat dariku dan direksi lainnya, Anna masuk dari rekomendasi langsung Wakil Presdir, dia tidak melalui pelatihan dasar yang seharusnya bisa dia dapatkan, karena dia baru masuk, secara mendadak, sebulan setelah penerimaan karyawan baru.

Pas depan lift, aku bertemu Direktur Connie, sahabat Wakil Presdir.

"Ada apa Judith? Kok, buru-buru," tanyanya, aku menunduk sedikit memberi hormat.

Resign From YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang