A Reason For Being Life - 2

28 3 0
                                    

Nur's pov back to 13 years ago

Awan kelabu menyelimuti langit hari ini, suara gemuruh mulai terdengar dari kejauhan, sepertinya hujan akan turun disini. Rumah-rumah tersusun rapi, namun tak ada satupun suara manusia disini. Kebiasaan masyarakat modern adalah membiasakan diri dengan urusan masing masing, mungkin mereka pikir hidup hanyalah tentang mencari uang sebanyak banyaknya tak peduli tentang sosialisasi dengan tetangga. Mata mereka semua tertutup untuk melihat keadaan manusia yang hidup disebelah rumahnya sendiri. Mungkin prinsip mereka "jika kau tak menguntungkan untukku, apa pentingnya kau bagiku".

Tidak pagi, tidak siang, tidak malam, perumahan ini selalu sepi. Masyarakat disini memang terbiasa hanya bersosialisasi ketika butuh saja, berbeda dari masyarakat pada umumnya yang suka berkumpul dan bercengrama. Memang begini bisa meminimalisir konflik antar tetangga tetapi kurasa dengan begini lebih berasa sedang hidup berindividu saja, tak ada rasa peduli untuk sesama tetangga. Memang mengurusi urusan orang lain itu tidak baik, namun terlalu acuh begini juga tidak enak.

Aku anak pertama dari 3 bersaudara, Mama dan Papa-ku adalah seorang pekerja disuatu perusahaan swasta. Jika kedua orang tua ku pergi bekerja, aku dan kedua adikku tinggal bersama Tanteku yang tak lain adalah adik dari Papa, namanya Maya tapi aku biasanya memanggilnya Tante saja. Rumah Tante ku itu hanya beda satu lorong dari rumahku.

"Assalamualaikum, Tante aku pulang"

"Wa'alaikumussalam, didapur sudah Tante masakin Ayam dan sayur Sop, kamu kasih adik kamu ini makan yah, kamu juga jangan lupa makan, nanti Mama kamu marah dengan Tante kalau sampai kamu nggak makan"

"Iya Tante"

"Oh iya, sebelum kedua adik kamu itu tidur, kamu jangan keluar main dulu ya, Tante pusing kalau mereka merengek susah tidur"

"Hemm..."

Tante ku ini hanya punya satu anak, Tante tidak bekerja, sedangkan suaminya adalah pegawai Pertamina yang gajinya lumayan besar. Lihat saja rumah mereka yang sebesar gedung ini. Tapi, rumahku juga lebih besar kok ehe.

Hari ini suami tanteku sedang libur, Om sangat baik padaku, sering mengajakku jalan, membelikan aku mainan, es krim, dan juga Om sering mengajakku bermain kerumahku bedua, tapi aku tak mengerti permainan apa yang sebenarnya kami mainkan, aku hanya anak kecil yang polos jadi aku mengikutinya saja.

"Aini, yuk ikut om, kita jalan jalan"

Dirumahku, keluargaku memanggilku Aini, karena namaku adalah Nur'aini jadi agar kau tak bingung kedepannya. Seperti keluarga lain pada umumnya yang lebih menyukai memanggil nama anak mereka dengan nama belakangnya dibanding nama depannya.

"Resti nggak diajak Om?"

"Resti lagi tidur, kita berdua aja yuk"

"Yuk Om"

(Dimobil Om)

"Kita kerumah kamu yah, kamu bawak kunci rumah kamu?"

"Oh iya Om, aini bawak, ini kuncinya"

"Nih kita udah sampe, yok kamu bukak pintunya"

"Kita mau ngapain Om kerumah, nggak ada siapa siapa dirumah Om"

"Kita main yang kayak biasa, kamu mau kan?"

"Ohh tapi Om.."

"Udahlah, yok"(om menggendongku kekamar)

.....

"Diem yah, nggak usah bersuara, nanti ada yang denger, Mama kamu pulang jam berapa?"

"Mama pulang jam 5 sore om"

A Reason For Being LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang