"Sejauh aku berjuang kalau semesta tidak merestui kita aku bisa apa?" -Jung Jena"Aku tidak tahu harus berbuat apa, jadi aku hanya mengikuti alur. Aku terlalu takut untuk menentang takdir. Im sorry!"-Mark Lee
###
Aku sedang menyiapkan sarapan untuk adikku Jeno dan Mark yang kebetulan pagi ini sarapan di rumahku. Aku dirumah hanya berdua dengan Jeno karena mama, ayah, dan bang jaehyun belum pulang dari rumah nenek yang ada di Semarang.
Kita bertiga sedang menikmati sarapan nasi goreng buatanku. Aku memang sering memasak kalau memang mama nggak ada dirumah. Sebagai anak perempuan satu-satunya aku membantu mama mengurus urusan rumah.
"Jeno, nanti pulang sekolah langsung balik kerumah, Jangan main keluar!"kataku memperingati Jeno, karena biasanya dia bermain keluar dengan Jisung dan Chenle teman satu kelasnya.
"Yah...... padahal aku pengen main keluar."jujur Jeno padaku dengan nada kecewa.
"Boleh main sama Chenle sama Jisung tapi dirumah aja, kalau nggak gitu dirumah mereka aja, jangan diluar pokoknya!"perintahku pada Jeno supaya dia tidak keluyuran.
"Diluar ya kak!"bujuknya padaku dengan mengandalkan muka memelasnya padaku berharap aku kasian lalu mengizinkannya main diluar.
"Bolehin aja Jeno main diluar! Nggak setiap hari kan?"kata Mark yang hanya menyimak dari tadi.
"Belain terus Jeno. Nanti dia malah ngelunjak, tahu nggak sih Mark?"aku kesal pada Mark karena selalu membela dan memanjakan Jeno. Sebenarnya pacarnya itu aku atau Jeno sih? heran deh.
"Anak laki-laki biasa main diluar kan? Nggak papa asalkan inget waktu Jenonya."kata Mark meyakinkan ku. Aku sadar kadang aku terlalu mengekang Jeno, karena aku nggk mau dia terjerumus kepergaulan bebas. Lagian Jeno kalau main diluar sering lupa waktu.
"Kak Jena....boleh ya main diluar hari ini aja?nanti aku pulangnya cepet kok."bujuknya padaku sekali lagi.
"Iya boleh. Tapi jangan pulang terlalu sore ya!"akhirnya aku memperbolehkan Jeno main keluar. Tapi aku kesel banget sama Mark karena dia itu terlalu memanjakan Jeno. Iya aku tahu memang itu bukti sayang dia ke Jeno, tapi aku nggk mau Jeno malah ngelunjak nanti.
Mark itu sering beliin Jeno jajan, bawain mainan, ngajak Jeno keluar, pokoknya apa yang Jeno minta selalu dikasih sama Mark. Aku udah berkali-kali nyuruh Jeno nolak tapi tetep aja diterima, namanya juga bocil.
Kalau aku jalan sama Mark dia selalu ikut , karena ayah gak bolehin aku jalan berdua sama Mark. Kecuali kalau aku jalannya nggak bilang dan langsung kalau pulang sekolah. Nasib-nasib.Setelah sarapan selesai aku mencuci piringku beserta piring Mark dan jeno. Dari tempatku mencuci piring aku mendengar jeno yang berbicara pada Mark.
"Makasih ya bang, gara-gara bang Mark aku dibolehin kakak pergi main."Jeno mengatakan itu pada Mark sambil tersenyum manis seperti bulan sabit.
"Santai bro!kayak sama siapa aja."
Aku yang mendengar dari dapur hanya tersenyum. Bahagia melihat mereka seperti itu. Aku ingin seperti ini terus dengan Mark. Tapi apa iya bisa selamanya dengan Mark. Kalau kami ini berbeda. Apa bisa salib dilehernya bisa bersatu dengan tasbih digenggaman tanganku. Semoga saja ada keajaiban suatu saat nanti.🍉🍉🍉
Aku dan Mark sekarang sedang ada di dalam mobil untuk menuju ke sekolah setelah mengantar Jeno ke sekolahnya.
Kami hanya sibuk dengan pikiran masing-masing, tapi karena aku nggak tahan jadi aku bicara duluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
with you (Mark Lee )
Teen FictionMungkinkah kita bisa bersama Sampai ke pelaminan walau tempat ibadah kita berbeda. Aku tidak berani melakukan apapun, kecuali hanya mengikuti alur yang telah Tuhan buat untukku. Aku hanya berharap bisa terus bersamamu Mark Lee. Aku hanya ingin bahag...