Satu

130 6 2
                                    

# Aku benci anak perempuan itu (Yandra)

“Iyan, pipis di celana…Iyan pipis di celana…” Seorang anak perempuan kelas empat sekolah dasar menyanyikan kata-kata dengan nada mengejek sebelum kemudian tertawa terbahak-bahak yang diikuti oleh teman-teman sekelasnya.

“Aku nggak pipis di celana,” bantah anak laki-laki yang bernama lengkap Yandra Lesmana. Anak perempuan itu menatap celana merahnya yang basah, kemudian tertawa dan mulai memimpin teman-temannya untuk bernyanyi dengan semangat bagai menyanyikan yel-yel saat pramuka.

Yandra sudah siap menangis mendengar lagu yang penuh ejekan itu, tetapi ia menahan titik-titik air mata yang sudah berkumpul di pelupuk matanya. “Reyna, ini cuma air,” omel seorang anak perempuan yang sedang memberikan tisu pada Yandra.

“Hahaha…kalau cuma air, kok baunya aneh?” Reyna bertanya sambil kedua tangannya berada di pinggangnya.

“Ini bau teh, Reyna,” jawab Yandra dengan wajah merah karena menahan tangis. Anak perempuan yang memberikan tisu tadi, membantunya mengelap lantai dan meja yang ketumpahan air teh milik Yandra. Memang ini salahnya, ia tidak menutup rapat botol minumnya yang mengakibatkan air minumnya tumpah mengenai celananya.

“Makasih, Nad,” Yandra berterima kasih pada Nadia yang sudah membantunya mengelap lantai dan mejanya.

Bel pun berbunyi yang menandakan pelajaran akan segera dimulai. Wali kelas mereka, Bu Indah sudah terlihat di koridor. Dengan cepat Nadia mengelap lantai dan meja Yandra lalu membuang tisu bekas ke tempat sampah. Semua siswa segera menuju bangkunya karena tidak mau dimarahi oleh wali kelasnya yang dikenal sebagai guru paling galak.

“Yandra pipis di celana,” Bisik Reyna di kursinya yang bersebrangan dengan kursi Yandra. Yandra memasang wajah kesal yang membuat Reyna bergidik ngeri.

“Awas kamu, tunggu pembalasanku.”

.

Benar saja, Yandra telah merencanakan sesuatu untuk membalas perlakuan Reyna keesokan harinya. Bahkan dia datang pagi-pagi untuk menyiapkan kursi yang sudah ditempeli permen karet dan menaruh mainan tikus di loker Reyna. Dia bahkan rela tidak menonton Spongebob, kartun kesukaannya sebelum berangkat sekolah. Tinggal menunggu Reyna datang, dia tersenyum senang rencananya akan berjalan lancar.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit. Reyna belum datang. Yandra menunggunya dengan berdiri dibalik pintu kelas. Ia sedikit berjinjit mengintip apakah gadis itu sudah muncul di koridor. 

Bel masuk pun berbunyi, namun Reyna belum juga datang. Yandra merasa resah, rencana yang sudah dibuatnya akan gagal. Ia bergerak gelisah di bangkunya ketika Bu Indah sudah masuk ke dalam kelas.

“Anak-anak, ada yang mau Ibu sampaikan, Reyna, pindah ke Jakarta hari ini. Pekerjaan orangtuanya yang mengharuskan dia pindah. Kemarin dia menitip permintaan maaf karena sering iseng di kelas.”

Yandra terdiam kaku di bangkunya, lalu dengan gerakan kaku dia menggeleng. Ia tidak mau memaafkan Reyna. Rencana yang sudah dipersiapkannya gagal total. Ia semakin benci pada Reyna. Tanpa sadar, dendam sudah tertanam dalam dirinya.

.

.

.

# Aku benci perubahan (Reyna)

Mobil yang Reyna tumpangi melaju kencang di jalan tol. Ia memandangi lurus jalan yang hanya terdiri dari mobil-mobil dan pepohonan yang tinggi. Langit terlihat sangat cerah, namun tidak secerah wajahnya. Kepindahan keluarganya ke Jakarta kali ini membuatnya murung seharian, tidak mau makan dan tidak mau keluar kamar. Tuntutan pekerjaan Papanya yang mengharuskan dia pindah dari tempat kelahirannya. Ia tidak bisa menyalahkan keadaan sepenuhnya.

Little Star In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang