Devotion 06 : Unhealed Wounds

3.6K 576 260
                                    

Setelah beberapa menit, akhirnya pesawat mereka pun berhasil mendarat dengan selamat di landasan pesawat yang sudah disiapkan oleh tuan rumah sekaligus panitia pelaksana world meeting ini, siapa lagi kalau bukan America, mantan negara superpower yang hampir saja mengambil alih seluruh dunia

Indonesia melangkahkan kakinya, sejujurnya dia agak takut untuk bernafas, mengingat tempat ini dulunya adalah tempat dimana memori buruknya diciptakan, namun dia tidak ingin ambil pusing soal itu, semua ini akan berakhir segera

Dia segera keluar dari dalam pesawat, menatap para reporter yang sudah menunggu dirinya dari bawah

Banyak kamera mulai menyorotinya, Indonesia mengenggam tangan Airlangga dengan begitu erat, seolah menyalurkan rasa takutnya

Airlangga meringis dalam kesakitan, sepertinya persona negara sekaligus ayah asuhnya ini mencengkeram tangannya terlalu erat, sampai sampai dia nyaris tidak merasakan tangannya lagi, namun dia ingat harus tetap bersikap cool dihadapan kamera yang sebentar lagi akan menyorotnya

Para ajudan mulai berdiri di depan mereka, menjaga Indonesia dan presidennya dari para reporter yang ingin mencari informasi soal mereka, membuat Indonesia makin tertekan saja, seolah olah tubuhnya akan lumat diantara kerumunan orang yang menyorotinya dengan kamera

Pada akhirnya, mereka pun sampai, didepan gedung kedutaan PBB yang berdiri dengan megah, gedung itu telah direnovasi beberapa tahun yang lalu setelah runtuh sebagian akibat ledakan bom bunuh diri

Airlangga menatap sekelilingnya, beberapa orang yang tampak mencurigakan seolah mengawasinya dari kejauhan, namun dia tidak peduli, paling itu cuma pembunuh bayaran yang ingin membunuhnya.

"Cuma pembunuh bayaran your ass!"

Dia sudah sangat paham rencana busuk pemerintah Amerika padanya, mereka sengaja mengijinkan pembunuh bayaran masuk ke dalam gedung ini untuk menunggu saat dirinya lengah dan membunuhnya, ketika dirinya mati, mereka akan menampakkan diri dan memberikan belasungkawa palsu, lalu menggantikannya dengan orang yang bisa mereka manfaatkan

Jujur, saking seringnya menerima ancaman pembunuhan dan menghadapi orang orang yang menginginkan nyawanya, Airlangga menjadi tidak terlalu peduli terhadap mereka, dia yakin kematiannya sudah ditentukan oleh Tuhan dan secerdik apapun mereka mencari kesempatan untuk membunuhnya, mereka tidak mampu menyaingi kehendak ilahi

Presiden itu berjalan lurus, hingga akhirnya mereka sampai ke dalam gedung tempat pertemuan akan diadakan, Indonesia membusungkan dadanya, berjalan dengan angkuh, seolah tidak peduli tatapan orang lain pada dirinya yang sekarang

Orang orang mulai menatapnya, namun sekali lagi, baik Indonesia maupun Airlangga tidak peduli

Beberapa orang mulai menatap ke arah mereka, Indonesia berpura pura tidak merasa terganggu dan tetap tenang, meskipun hatinya menjerit penuh nestapa karena tidak kuat menjadi pusat perhatian

"Airlangga..."

Presiden itu menoleh ke arahnya, Indonesia terlihat menahan gugup dan itu malah membuatnya terlihat makin menggemaskan bukan hanya di matanya, melainkan di mata orang lain yang ikut menatapnya

"Ya, ayahanda?"

Indonesia membawanya ke sebuah taman di samping gedung itu dan akhirnya melepaskan cengkraman yang cukup menyakitkan itu, Airlangga bisa bernafas lega, ditatapnya telapak tangannya sendiri yang membiru akibat Indonesia

Sakit, tapi dia tidak memikirkannya

"Aku akan segera kembali..."

Ucap Indonesia, dia kemudian pergi meninggalkan pria itu dan menuju ke toilet terdekat yang ada disana.

Airlangga tetap berdiri di tempat itu, mengabaikan para bodyguard miliknya yang terlihat sangat khawatir pada keselamatannya.

Namun tidak lama kemudian...

SNAP!

Sebuah peluru laser tanpa suara mendesing pelan dan menembus keningnya, Airlangga seketika tersungkur dengan kepala berlubang yang mengalirkan banyak darah

Beberapa orang yang tadinya sembunyi dibalik semak semak pun menampakkan diri, mereka mengamati Airlangga yang kini terbaring kaku diatas tanah

"Dia sudah mati?"

Satu dari tiga pembunuh bayaran itu meraba pergelangan tangannya, mencari urat nadi pria itu

Tidak ada denyutan di nadinya, Airlangga benar benar sudah tewas, kulitnya mulai memucat akibat kehabisan banyak darah

"Shit! dia benar benar mati!"

"Serius? dia mati semudah ini?

SNAP! SNAP! SNAP!

Ketika mereka sudah lengah dengan apa yang terjadi, sebuah peluru panas dari shotgun anti bising pun menembus kepala mereka bertiga, hingga mereka pun terjatuh di atas tanah dan tewas seketika

Rupanya itu pengawal Airlangga yang telah mengeksekusi mereka, para tentara yang sudah berjaga jaga dari kejauhan itu pun mendekat

"Jendral, mereka semua tewas..."

Ucap salah satu tentara yang melihat mayat tiga pembunuh bayaran yang dibayar oleh pemerintah Amerika untuk menghabisi sang presiden

Aurora tersenyum dingin pada anak buahnya itu, membuat mereka semua merinding karena ngeri

"Kubur mereka sekarang..."

Disaat para tentara itu pergi untuk melaksanakan perintah sang Jendral, Aurora menghampiri Airlangga yang sudah terbujur kaku di dekatnya.

"Hoi bodoh, bangun! aku tau kau hanya pura pura mati!"

BUGHH!

Tanpa rasa keperi-Airlangga-an, wanita itu langsung menendang perut sang presiden hingga Airlangga terbangun dan berteriak kesakitan

"AKKHHH!! SIALAN KAU!!!"

Tanpa rasa bersalah sedikitpun, Aurora mendengus geli, inilah cara yang paling efektif untuk membuat presiden Indonesia itu terbangun dari acara pura pura matinya

"Tidak perlu berlebihan, bodoh..."

"Tetap saja rasanya sangat sakit, sialan! bisakah kau melakukannya dengan baik baik, hah?!"

"Utututu~ aku tidak peduli soal itu~ sekarang bantu aku menemukan master Indonesia, kau tau dia ada dimana sekarang ini?"

Airlangga menutup lubang di dahinya menggunakan poni rambutnya dan bangkit dari tempat itu, menepuk nepuk jasnya yang kotor dan sekarang dia sudah terlihat lebih baik, seolah tadi dia tidak terluka sama sekali, mengelap darah yang berbekas di dahinya dengan selembar tisu basah dan melemparnya ke sembarang arah

"Ya, aku tahu dimana dia..."

.

Indonesia keluar dari area kamar mandi, dia selesai mencuci tangannya dan akan menemui Airlangga yang pasti sedang menunggunya di taman

"Indo!!!"

Seseorang berteriak, memanggil namanya, Indonesia tetap berjalan dan berniat untuk tidak peduli sama sekali, sampai sepasang tangan besar memblokir tubuhnya dari belakang, membuat dirinya tidak bisa bergerak sama sekali karena perbuatannya

"Lama tidak bertemu, Indoneziya..."

Orang yang memeluk dirinya dari belakang  ini, itu adalah Russia, putra dari USSR, mantan sahabat baiknya

Indonesia terdiam, menghela nafas sesaat hingga akhirnya Russia kini membalik tubuhnya, membuat dua personifikasi negara itu kini kembali bertemu pandang, bertatap muka setelah sekian lamanya mereka terpisah karena vakumnya Indonesia dari keanggotaan United Nations

"Aku sangat merindukanmu..."

Russia memeluknya lagi, ada rasa hangat yang terpancar di sana, namun hati Indonesia yang kini telah mendingin secara abadi tidak meleleh sedikitpun karena hal manis ini

Jijik, hanya itu yang dia rasakan

Indonesia masih terdiam, dia tengah menyiapkan kata kata yang harusnya bisa dia pakai untuk menghalau pria ini jauh jauh darinya, meski itu memiliki resiko yang sangat besar

DevotionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang