8: Tenggelam

2.5K 150 42
                                    

"Nah, ini taman belakang," David membawa Luna ke bagian paling belakang rumah.

Luna mengerjap. taman yang bagus.

Seperti ada sepotong surga di tengah-tengah neraka.

Taman yang sangat luas, dengan sungai kecil buatan di tengah-tengah dan jembatan kecil untuk menyebrang. Pohon-pohon pinus mengelilingi taman, dan berbagai jenis bunga dengan aneka warna berjajar dengan rapi.

"Kalau bosan, kau bisa pergi bersantai disini." Ujar David.

Luna berjalan mendahului David dengan semangat. Menyentuh kelopak bunga mawar di dekat mereka. Luna sangat menyukai mawar, begitupun dengan mendiang ibunya.
Dulu, setiap mendiang ibunya berulang tahun, ayahnya tidak pernah lupa memberi sebuket bunga mawar. Bahkan saat ibunya meninggal, ayahnya tetap memberi bunga mawar pada makam istrinya setiap mereka berziarah.

"Kau suka mawar?" Tanya David.

Luna mengangguk.

"Seperti nyonya Mauren."  Pandangan David mengarah pada bunga-bunga mawar yang merah merona. Raut wajahnya seperti flashback pada suatu hal.

"Nyonya Mauren?" Ulang Luna dengan nada bertanya.

Gantian David yang mengangguk. "Mendiang ibu Niel."

David berjalan ke bangku taman di dekat mereka dan merebahkan bokongnya disana.

"Mau bergabung?" David menawarkan tempat kosong di sebelahnya. Luna menghampiri pria itu dan duduk di sisinya.

Pandangan David merambah ke penjuru taman.

"Taman ini diciptakan untuk nyonya. Ia sangat mencintai keindahan. Setiap pagi atau sore setiap harinya, nyonya akan duduk di salah satu kursi taman sambil menyesap teh dan baca buku, atau menyulam." Sebuah senyum tipis terukir di wajah David. Pikirannya tampak menerawang, mundur ke beberapa tahun yang lalu.

Luna terdiam sejenak. Ibu Niel pasti wanita yang sangat anggun. Luna sudah menebaknya saat pertama kali melihat fotonya. Seperti wanita yang lembut dan sangat keibuan.

Tapi kenapa anaknya berbeda sekali?

"Uhm, ayah Niel.. apa ia masih ada?" Ragu-ragu gadis cantik itu bertanya. Sebenarnya bukan urusannya, tapi gadis itu merasa itu masih pertanyaan yang wajar. David menggeleng.

"Niel sudah sebatang kara sekarang."

David menatap Luna. "Tapi dia bukan manusia yang lemah. Dia selalu menjadi Niel yang kuat, sejak dulu."

Luna mengangkat alisnya tertarik.

"Niel sangat mencintai ibunya. maka dari itu ia sangat menjaga taman ini, terutama bunga mawar kesukaan ibunya."

Ah, rupanya pria sedingin Niel memiliki sisi romantis juga.

Luna mulai tertarik untuk sedikit mengetahui lebih dalam tentang latar belakang kehidupan seorang Nathaniel Alexander Brown.

"Apa yang terjadi sebenarnya?" Tanya Luna penasaran.

"Apa Niel belum menceritakan apapun padamu?" Tanya David.

Luna menggeleng.

"Kalau begitu, bukan hak-ku untuk memberitahunya, nona."

Ucapan David langsung memblokade rasa ingin tahu Luna yang mencuat.

"Ah, ngomong-ngomong kita belum berkenalan lebih dalam ya?" Ujar David lagi. Pria itu mengulurkan tangannya. "Aku Davidio, Sepupu Niel."

Luna menjabat uluran tangan kekar di hadapannya. Gadis itu merasa tidak perlu mengenalkan dirinya karena David pasti sudah tahu.

Married With Mr.MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang