10: Take it or leave it?

1.1K 64 11
                                    

Niel memperhatikan pistol yang ia genggam. Pistol semi otomatis, Glock Mayer 22 pistol buatan Austria yang digunakan penegak hukum di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat.

Dan pistol ini ditemukan disaat kekacauan terjadi di pesta pertunangan Niel, Ini pasti milik kelompok yang menyabotase pestanya. Masih ada beberapa butir peluru di dalamnya. Tapi yang menarik, seharusnya pistol ini tidak bisa dimiliki sembarang orang, dan Niel sangat yakin cecunguk yang menyerang pestanya bukanlah dari kalangan kepolisian atau semacamnya. dari mana mereka bisa mendapatkan benda ini? mencuri?

Masih serius memperhatikan setiap detailnya, Niel sudah bisa menebak bahwa ini bukanlah senjata keluaran terbaru.

Niel mengalihkan pandanganya pada sebuah topeng putih yang terkena percikan darah.

Cih, mereka tidak lebih dari sekedar pecundang yang bahkan tidak ingin identitasnya terlihat.

Namun hanya dua benda ini yang menjadi petunjuknya sementara ini. Karena cecunguk yang berhasil kelompoknya lumpuhkan sudah mati sebelum sempat diintrogasi.

Sementara itu Fedric, asisten Niel diam-diam hanya memperhatikan tuannya yang nampak sedang serius dengan dahi yang berkerut. Jika sedang serius begini, Fedric bahkan tidak berani berbicara bahkan hanya sekedar menawarkan minuman, kecuali jika diperintah.

"Hmm... Tiba-tiba aku ingin menemui peliharaan-peliharaanku." Gumam pria itu. ia melempar pandangannya pada pria jangkung yang berdiri di belakangnya. "Fed, kau ikut aku."

"Baik,Tuan."

Meskipun Fedric adalah asisten yang menyediakan segala kebutuhan Niel, nyatanya David-lah yang lebih sering bersama dengan Niel. Namun karena pria itu sedang ada urusan lain, ia tidak bisa datang hari ini.

Fedric mengikuti langkah tuan muda-nya ke halaman belakang rumah super megah tersebut, membuka sebuah pintu rahasia yang hanya bisa dibuka dengan kode, dan menuruni tangga hingga mereka menjumpai sebuah lorong panjang dengan penerangan yang temaram. langkah kaki Niel yang terdengar mengintimidasi, memecah keheningan lorong. tak butuh waktu lama, mereka sampai ke sebuah ruangan yang dijaga seorang bertubuh besar di depan pintu.

"Selamat datang, Tuan Niel." Seorang laki-laki bertubuh besar dan berkepala plontos menyambutnya di depan pintu.
tangannya yang kekar memegang senjata laras panjang. Pria itu bernama Callum.

Tanpa basa-basi Callum membukakan pintu untuk mereka berdua, dan mempersilahkan mereka masuk. Begitu pintu dibuka, tampaklah jejeran ruangan bertralis besi mirip sebuah penjara. Ruangan itu sama temaramnya dengan lorong tadi.

Pria itu berjalan menghampiri salah satu ruangan di sana. Tampaklah siluet seseorang tengah tidur meringkuk, bersandar pada dinding, di sudut ruangan yang tidak terkena cahaya.

Niel mengambil sebatang besi yang tergeletak di lantai dan... TRANG! TRANG! Suara potongan besi tadi beradu dengan tralis, sehingga menimbulkan suara bising yang memecah ruangan.

"Hei, bangun keparat!" Perintah Niel dengan nada bicara meninggi.

Suara Niel lantas membuat tubuh yang terbaring itu bangun, walau dengan sedikit kesusahan. Pria tampan itu membuka pintu tralis dengan kunci cadangan yang ia miliki, ketika Fred mendekati sosok itu, barulah terlihat jelas sosok yang tadi terbaring di lantai. seorang pria kurus dengan wajah nyaris rusak dan tubuh bekas luka, hingga mengeluarkan nanah di beberapa bagian tubuh. dia bau, dan rambut dikepalanya tumbuh tidak beraturan, seperti habis dicukur paksa. dan... ada rantai yang mengikat lehernya, seperti seekor anjing.

Fred hanya memperhatikan pria yang tidak berdaya itu. Ia memang telah lama bekerja dengan Niel, menggantika asisten sebelumnya yang meninggal dunia. entah meninggal dalam keadaan wajar atau tidak. Namun ini kali pertama Niel mengajaknya ke ruang yang Niel sebut 'surga', karena biasanya David-lah yang mendampingi Niel kesini.

Niel berjongkok di hadapan pria malang itu dengan wajah mengejek. "Hallo, Justin." Sapanya dengan senyum khas iblis. "Kulihat makananmu tidak habis, kau sedang tidak selera makan, huh?" Niel melirik mangkuk makanan yang berada di dekat mereka. mangkuk berisi makanan anjing. Niel benar-benar memperlakukan pria itu seperti seeor anjing peliharaanya. Pupil mata Fedric melebar begitu mendengar nama 'Justin' apakah pria ini bernama Justin O'Cellen, asisten pribadi yang sebelumnya bekerja dengan Niel? Jadi selama ini dia masih hidup?

"Cih," Niel meludah ke arah Justin. "Langsung saja, kau tahu oknum siapa yang memiliki senjata ini?" Niel memperlihatkan senjata yang ia pegang. Mata biru Justin memperhatikan pistol itu. "I-itu, p-pistol militer?" Ujarnya dengan suara tercekat. "Iya, aku tahu, tolol." Niel mendesis, menoyor kepala Justin dengan ujung pistol. "Maksudku, kelompok sampah mana yang menggunakan senjata ini? kau tahu sesuatu?" "D-demi Tuhan, a-aku tidak tahu soal itu, yang aku tahu, i-itu harusnya hanya dimiliki p-penegak hukum." Niel mendesis sinis. Nama 'Tuhan' seakan terlalu suci untuk keluar dari mulut manusia seperti Justin, bahkan dari mulutnya sendiri.

Niel berdecak dongkol. Justin sudah cukup lama terkurung di ruangan itu, jadi mungkin dia tidak akan tahu informasi terbaru di luar sana, dan ia sudah tidak berguna lagi.

"Fred, apa kau tahu siapa dia?" Tanya Niel santai. "Tidak, Tuan." Jawab Fedric setenang mungkin. Sebenarnya ia sedikit gugup. Niel bangkit, berjalan melewati punggung Fedric. "Dia adalah asistenku sebelumnya. Tapi aku angkat sebagai mata-mataku mencari tahu informasi lawan, termasuk jenis senjata yang mereka gunakan. Ia cukup cerdas untuk itu." Langkah Niel mundur sedikit, menatap wajah Fedric dengan tatapan menusuk. "Tapi dia menghkhianatiku, Menjual informasi kita untuk kelompok musuh, The Atenic." Fedric hanya diam, menunggu kata-kata Niel selanjutnya. Fedric bisa menangkap maksud tuan muda-nya yang mengisyaratkan bahwa jika dirinya berani mengkhianati seroang Nathaniel Alexander, maka ia bisa bernasib sama dengan Justin, atau mungkin lebih parah.

"Fed, apa kau ingin naik jabatan?"

Sebuah penawaran secara tiba-tiba dari Niel membuat perasaan Fedric tidak enak. Apa ia diminta untuk menjadi pengganti Justin?

"Aku akan menuruti apa yang Tuan perintahkan," Jawab Fedric.

Niel tersenyum miring. "Baiklah," Niel menyerahkan pistol yang dipegangnya. "Coba tembak dirimu sendiri."

Bersambung...

============

Hallo, Jika kalian suka cerita ini, tolong tinggalkan votment di bawah ini. Kritik dan Saran jga dipersilahkan loh! :)

See uu~

Married With Mr.MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang