Start

771 88 14
                                    

Acara pernikahan telah usai. Kini Baekhyun berada di sebuah kamar yang luas nan elegan. Terlihat maskulin dan berwibawa dari aroma ruangannya.

Suara pintu terbuka, membuyarkan lamunan Baekhyun yang sedang mengamati isi ruangan tersebut.

"Apa kau ingin istirahat?" tanya sosok yang baru saja memasuki kamar.

Baekhyun menganggukkan kepalanya, ia tidak berbohong jika tubuhnya cukup lelah setelah melakukan acara resepsi.

"Istirahat lah. Aku akan istirahat di ruang depan," ucap sosok tersebut yang berlalu mengambil bantal dan selimut.

Baekhyun masih mematung. Diam seorang diri dengan berbagai pertanyaan yang berkecamuk di pikirannya.

Lain halnya dengan Chanyeol. Kini ia sedang merapihkan ruang depan untuk di tempatinya beristirahat. Chanyeol tidak ingin membuat Baekhyun tak nyaman, hingga ia berpikir lebih baik tidur di ruang depan seperti saat ini.

"Aahhh, tubuh ku sangat lelah," tuturnya ketika ia merebahkan tubuhnya di atas karpet berbulu.

Ia segera memejamkan matanya, tenggelam dalam dunia mimpi yang tidak di ketahui bahagia atau kepedihan.

Waktu terus berjalan, hingga jarum jam menunjukkan pukul satu tengah malam. Baekhyun terbangun dari tidurnya, lalu beranjak dari atas ranjang menuju kamar mandi. Namun— langkah kakinya terhenti, ketika mendengar suara tangisan dari ruang tengah.

"Bukan aku eomma hiks ... Ku mohon, percaya pada ku hiks ... " ujar Chanyeol sambil menangis dan mengeluarkan peluh di wajahnya.

Terlihat sangat jelas, kegelisahan yang menimpa diri Chanyeol dalam mimpi. Baekhyun memegang kening Chanyeol, dapat ia rasakan suhu panas yang berasal dari sosok tersebut.

"Dia demam?" gumam Baekhyun yang mulai menjauhkan punggung tangan nya.

"Bukan aku eomma hiks ... " Lagi, Chanyeol bergumam dalam tidurnya sambil terisak.

Baekhyun segera melangkahkan kaki kecilnya menuju ke arah dapur, mengambil air semangkuk besar dan sebuah handuk kecil. Submisif itu segera memeras handuk yang di celupkan kedalam air dan meletakkan nya tepat di kening Chanyeol.

"Aku tidak tahu apa yang kamu mimpikan. Tapi— aku tidak tega, membiarkan mu demam dan menangis seperti saat ini." Ucap Baekhyun yang masih setia mengompres kening Chanyeol.

Denting suara jarum jam dinding terus terdengar, kini Chanyeol sudah lebih tenang, ketika berhenti dari mengigau nya. Baekhyun kembali memeriksa suhu panas Chanyeol meletakkan sebuah termometer di bilah bibir sang dominan.

"Akhirnya, demam mu sudah mulai turun." Monolog Baekhyun setelah melihat termometer.

.

.

.

.

.

.

Suara kicau burung menandakan hari telah berganti. Dengan perlahan, mata besar itu mulai terbuka menyesuaikan cahaya mentari yang bersinar cerah.

"Engghhh, kepala ku." Chanyeol berusaha mendudukkan dirinya sambil memegang kepalanya yang terasa nyeri.

Chanyeol menatap sebuah mangkuk, obat dan segelas air putih di atas meja. Sepucuk surat pun terlipat dengan indah diantara nya.

"Makanlah, lalu minum obat penghilang nyeri dan penurun demam. Maaf, tapi aku masih belum bisa bertemu dengan mu secara langsung." Isi pesan pada surat tersebut.

Chanyeol tersenyum bahagia ketika membaca isi pesan tersebut. Ia tidak menyangka, bahwa Baekhyun akan membuatkan nya bubur dan memperhatikan nya sedemikian rupa.

Ktitikos 🔞🔞 [END] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang