Malam begitu indah diselimuti bintang, di kawal oleh awan yang tidak begitu padat, dan bulan yang ikut serta menyinari.
Dibalik indah nya malam, ada sunyi yang terlibat, ada sayup angin yang menghantar rindu.
Secangkir coffee berada digenggaman, wangi nya menyeruak menyentuh indra penciuman, menenangkan pikiran. Ketukan pintu mengalihkan atensi yang manusia tampan.
Tok tok tok~
"Abang, ini Yaya~" dengan suara lembutnya.
Lengkungan di bibir nya terlihat jelas "Masuk dek, gak abang kunci".
Muncul lah sosok gadis dengan piyama Putih, dengan rambut panjang yang dibiarkan teruai. Melangkah kearah Jeffrey atau yang Yaya sering sebut abang.
Jeffrey menaruh cangkir coffee nya di meja nakas, ia tau jika adik satu - satu nya ini akan memeluk nya, padahal sudah memeluk boneka kelinci di dekapan nya.
"Yaya kangen hmm". Memeluk erat Jeffrey, menjatuhkan boneka kelinci nya kelantai kamar.
Jeffrey yang mendengar penuturan dari adik nya itu tersenyum sendu, ia tau akhir - akhir ini sibuk dengan restaurant nya hingga jarang pulang dan lebih sering menginap di ruang kerja nya. Dia harus menyelesaikan masalah di salah satu cabang, yang mengharuskan nya meninggalkan Yaya sendirian di rumah.
Yafyrasta Gattaryl Andrala, perempuan tercantik yang Jeffrey punya, sosok adik kecil yang tidak pernah merengek kepada nya jika ditinggalkan, tidak pernah meminta hal yang mungkin anak muda perempuan zaman sekarang inginkan. Dia sosok sederhana yang murah senyum, dalam keadaan apapun dia akan tersenyum. Jika ditanya, kenapa selalu tersenyum. Maka Yaya akan mengkatakan "Kata Papa senyum Yaya manis, senyum juga ibadah. Kalau ada masalah Yaya harus tetep senyum, soalnya kehidupan kaya hujan. Setelah ada air yang jatuh, guntur yang mengagetkan, dan petir yang memberi peringatan akan ada pelangi dan juga langit yang cerah. Masalah itu harus di lewati dengan senyuman agar Allah pun cepat menyelesaikan masalah kita. Kita hambanya hanya cukup berdoa dan berusaha."
Jeffrey senang mendengar ucapan adik nya itu, dia selalu mengingat kata - kata Papa nya itu. Sampai Jeffrey pernah hampir kesal karena Yaya sering sekali tersenyum padahal saat dia masih di SMA nya yang lama sering di Bully, tapi dia tetep tersenyum dengan bibir berdarah.
"Masih bisa senyum? Itu bibir udah sobek, masih mau senyum kaya Momo Celeng hah!!" kesal Jeffrey sambil mengobati luka adik nya.
Yaya tertawa sambil menahan perih di bibir nya, bukan nya merasa bersalah tapi Yaya malah tertawa. Jeffrey sampai tak habis pikir, begitu kuat nya nasihat sang Papa hingga putri kecil nya ini masih mengikuti nya.
"Maafin abang ya? Besok udah gak keluar kota kok. Nanti abang yang antar jemput Yaya". memeluk erat Yaya, sambil mengelus rambut adik nya.
Yaya mendongak, menatap tak percaya Abang nya itu "Beneran? Abang gak bohong?"
Jeffrey hanya menggangguk sebagai jawab an atas pertanyaan Yaya.
"Yes!! Yaya gak perlu denger Alin ngomel ngomel lagi kalau Yaya harus ke Perpus abis Bell Pulang".
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembaran : Kisah Lalu
Fanfiction... Setiap cerita tidak dapat terulang, namun setiap moment terekam didalam ingatan, dan tersampaikan melalui tinta hitam. "Jangan diulang ya kisah nya? Biarkan aja Aku aja yang rasain ini. Biarkan hati ini yang mendominasi, biarkan ego ini dipend...