03. Tentang Hari

6 5 0
                                    

Sewindu sudah kau tak berada di sisiku,
Kau menghilang dari pandanganku,
Tak tau kini kau dimana...

Ternyata belum siap aku, kehilangan dirimu...
Belum sanggup untuk jauh darimu,
Yang masih selalu ada dalam hatiku...

-Stevan Pasaribu
♬♩♪♩ ♩♪♩♬♬♩♪♩ ♩♪♩♬

Axel memerhatikan tubuh mungil Lova. Apakah bajunya sudah kering?

Ternyata sudah, syukurlah-- batinnya.

Lova tidak kuat menahan lagi, ia sepertinya harus segera ke toilet.

"Kak maaf, kalo toilet dimana ya? " Ujarnya dengan wajah kusamnya.

Axel menoleh, "ngapa lo? "

"Kak sekarang bukan waktunya Lova buat jawab pertanyaan kakak. Kasih tau Lova, toilet wanita dimana?"

Axel menyengir, " Mau gue anter? " Seorang Axel tidak akan pernah serius.

Lova melotot, "kakak mesum!"

Axel tertawa, "tuh dipojok sana, belok kiri. Baru tuh ketemu tulisan 'Toilet untuk Akhwat' " Uajrnya, menjelaskan dengan jelas ciri-ciri toilet wanita.

"Makasih kak... " Kemudian Lova berlari terbirit-birit tidak sabar untuk buang air kecil.

"Eh cantik, mau gue anter gak?" Ujar Axel yang masih saja genit.

Semua temannya melirik jijik dengan prilaku kumat dari pria bernama Axel itu.

Pagi dia gak mood, sekarang good mood. Dasar emang bunglon si Axel.

"Cantik juga ya?" Ujar Tristan.

"Kagak. Cantikan Lesha, " Bantah Taksa yang mengutamakan nama gadis di hatinya yang sangat cantik nan baik hati itu.

Tristan mencibir kalimat Taksa, " Yeee bodoamat gue soal gebetan lo, "

Tidak bisa dipungkiri, cinta Taksa memang lah bertepuk sebelah tangan. Dirinya hanya bisa melihat jauh wanita cantik itu dengan rambut hitam yang selalu digeraikan.

Dia memang bodoh-- suka, tapi tidak berani mengungkapkan pada wanita itu.

Elard pun merasa gemas ketika Taksa hanya diam termenung dalam cinta tak terbalaskannya itu.

"Bahagia banget gue, bisa satu kelompok sama dia"

"Bego! Cepetan tembak, anying"

"Nanti. Gue belum siap,"

Selalu itu yang ia katakan. Tak kunjung sampai dia masih belum bisa mengungkapkan perasaannya.

"Bangsat panas, " Keluh Axel dibawah terik matahari siang yang sangat terasa seperti di padang mahsyar.

Nichol melirik, "iya. Kasian gue sama si Ezra, " Pria itu melirik jahil pada Ezra.

Ezra membalasnya dengan sinis, "heh bege! Ka'bah lebih indah dibanding kain kafan" Ujarnya dengan penuh dramatis.

Mereka tertawa bersama-- saat di suasana itu, Lova kembali dan menunduk.

AXEL [end of history] || Byun BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang