First Day

29 2 0
                                    

Kemeja putih, dan celana hitam telah tersemat rapi ditubuh Mallow. Pemuda itu kini berdiri didepan cermin besar yang ada di kamarnya mengagumi betapa tampannya dirinya saat ini [Ya, setidaknya menurut orang tua dan dirinya sendiri]. Dengan senyum terpatri diwajahnya ia menata kembali rambutnya yang sudah rapi seolah ingin penampilan dihari pertamanya masuk ke kampus sempurna.

"Oi, tampannya..."

Refleks Mallow memutar tubuhnya kearah pintu kamar yang memang ia buka sejak tadi. Disana ia mendapati bibi Ploy tengah berdiri menatapnya dengan senyum hangat ikut mengagumi dirinya.

"Ah, bibi bisa saja.." kata Mallow sedikit malu.

"Boleh bibi masuk?" Tanya bibi Ploy.

"Masuk saja, bi.." jawab Mallow dengan kepala sedikit tertunduk.

Wanita awet muda itu pun mendekati Mallow. Tangan terulur kearah kerah kemeja Mallow begitu ia sudah cukup dekat. Ia merapikan lagi kemeja tersebut dengan lebih apik.

"Hh~ bibi senang kau ada disini, jadi seperti memiliki anak lagi.." kata bibi Ploy dengan raut wajah sedikit sedih.

"Aku juga senang bisa dipertemukan dengan bibi Ploy dan paman Ton.." jawab Mallow dengan senyum kekanakannya.

"Imutnya~" puji bibi Ploy sembari mencubit kedua pipi Mallow gemas, "Ah, iya. Paman Ton sudah menunggu di mobil bergegaslah.."

"Eh? Paman Ton menunggu ku di mobil??" Mallow mengerutkan keningnya.

"Iya, paman akan mengantar mu ke kampus. Ia takut kalau nanti kamu tersesat.." kata bibi Ploy.

"O-oh.. aku tak boleh membuat paman Ton menunggu lama. Kalau begitu aku berangkat dulu bibi.." ujar Mallow buru-buru meraih tas yang sudah ia siapkan sejak malam tadi.

——————————————————

"Marsh, ayolah jangan murung terus banyak wanita yang naksir kamu.."

Ram, Goal, dan King tak tau harus bagaimana lagi melihat salah satu teman mereka yang bertingkah seolah tak ada lagi semangat hidup. Sejak pagi ia hanya diam dikantin tanpa memesan apa pun dan hanya duduk menelungkupkan kepalanya pada tangannya yang ia lipat dimeja.

"Kalau aku jadi kamu Marsh aku akan balas Catty dengan berpacaran dengan banyak gadis yang jauh lebih cantik dia. Sayang sekali wajah tampan mu itu jika tak di manfaatkan.." celetuk King yang tengah menikmati Snack kentangnya.

"Nah, benar sekali. Punya wajah tampan jangan di sia-siakan, bro!" Timpal Goal menyetujui King.

"Oi, aku bukan playboy macam kalian.." sahut Marsh sembari mengangkat wajah murungnya sedikit.

"Dari pada kau macam manusia tak ada semangat hidup seperti ini, Marsh.." Ram yang sejak tadi diam mulai menimpali.

Ditengah-tengah obrolan empat sekawan tersebut tiba-tiba saja masuklah gadis yang sedang dibicarakan Goal, King, Ram, dan Marsh bersama seorang pria yang menurut mereka tidak lebih tampan dari Marsh. Buru-buru mahasiswa kedokteran itu menegakkan tubuhnya dan memalingkan wajahnya kearah lain menghindari kontak mata langsung dengan mantan kekasihnya itu.

"Sayang, nanti malam kita ke Club lagi ya~" kata Katty yang tengah berjalan melewati meja Marsh dengan pacar barunya.

"Apa pun untuk pacar cantik ku ini.." jawab pria tersebut sembari mencubit salah satu pipi Catty.

Dengan wajah kesal Marsh menoleh kebelakang melihat punggung Catty dan pacar barunya yang baru saja melewatinya. Tak lama kemudian ia kembali menoleh kearah depan dimana ketiga temannya tengah menatapnya.

MarshMallowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang