BAB 75

406 35 6
                                    

Hari-hari yang membosankan telah Jessica lewati. Ya, sekolah tanpa ada Bintang memang sangat membosankan.

Pagi ini, ia berbaring ditempat tidurnya memandang beberapa polaroid yang ada dirinya dan Bintang.

Sesekali dengusan terdengar dari cewek itu. "Bintang." Jessica merubah posisinya menjadi terlentang.

"Lo kemana sih? Kok ngilang gini." Ia menutup matanya dan menarik nafas panjang. "Gue berasa kayak diputusin tau gak. Ck."

Ia membuka mata dan menatap langit-langit kamarnya.

"Dulu pas putus sama Vano, rasanya nggak sesedih ini perasaan. Tapi kok gue sedih banget lo ngilang? Argh, bangsat lo Ntang!"

Jessica kembali memandang beberapa poto polaroid itu. Namun tiba-tiba ada sebuah ide muncul di otaknya.

"Apa gue ke rumah Bintang aja kali ya? Siapa tau hari ini dia ada di rumah," pikir Jessica.

Tak lama setelah itu, ia segera beranjak dari kasurnya dan berlari menuju kamar mandi dan bersiap-siap untuk pergi.

(***)

Semakin hari kondisi Bintang semakin memburuk. Kulitnya putih pucat. Tubuhnya semakin kurus. Pipinya yang dulu sedikit tembam, kini bahkan menampakkan tulangnya.

Nafsu makannya kian menghilang. Seperti pagi ini, Dokter Susan sudah berada di kamar Bintang untuk mengecek kondisinya.

Tak ada yang bisa lakukan selain tersenyum menyembunyikan rasa takut dan sedihnya.

Setelah selesai memeriksa Bintang, Dokter Susan duduk di sebelah Bintang dan mengajaknya bicara.

"Bintang, Dokter lihat badan kamu semakin kurus. Kamu nggak nafsu makan?"

Bintang mengangguk. Perutnya selalu menolak untuk diisi. Ketika Bintang memaksa untuk mengisinya, pasti makanan tersebut ia muntahkan kembali.

"Iya Dok. Ahir-ahir ini emang makanannya nggak bisa masuk," sahut Bintang.

Dokter Susan tersenyum, mengelus lembut tangan Bintang.

"Kamu nggak boleh gitu. Kamu harus tetap makan biar ada tenaganya. Walaupun sedikit yang penting ada."

Mengangguk, Bintang mengiyakan ucapan Dokter Susan.

Tiba-tiba dari luar terdengar suara teriakan yang memanggil namanya.

Refleks Bintang dan Dokter Susan menoleh ke arah jendela di samping tempat tidur Bintang. Dibawah sana ada Jessica sendirian.

"Jessica?" Dahi Bintang mengernyit. Ia terkejut. Kenapa cewek itu tiba-tiba ada disini?

"Itu teman kamu?" tanya Dokter Susan menatap Bintang.

Bintang menoleh. "I-iya Dok." Ia kembali menatap keluar jendela.

"Bintang! Bintang! Tolong keluar, ini gue Jessica!" teriak Jessica di depan gerbang rumah Bintang.

"BINTANG PLEASE! KALI INI AJA LO KELUAR TEMUIN GUE. BINTANG PLEASE!"

"Heh sstt! Jangan berisik," sahut seorang wanita membawa kemoceng, datang menghampiri Jessica.

Bintang (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang